fbpx

MOVIE REVIEW: THE AMITYVILLE HORROR (1979)

THE AMITYVILLE HORROR
Sutradara: Stuart Rosenberg
USA (1979)

Review oleh Tremor

Dini hari tanggal 13 November 1974, keluarga Defeo ditemukan terbunuh secara mengenaskan di dalam rumah mereka di Long Island. Anak tertua keluarga Defeo, bernama Ronald Defeo Jr, terbukti melakukan pembantaian keji terhadap ibu, ayah, dan empat adiknya tersebut. Ronald mengaku mendengar suara-suara gaib yang memerintahkannya untuk melakukan pembantaian tersebut. Beberapa tahun kemudian, rumah bekas keluarga Defeo menjadi salah satu rumah “berhantu” paling terkenal di Amerika berkat sebuah buku bestseller berjudul The Amityville Horror yang ditulis oleh Jay Anson pada tahun 1977. Ia mengklaim bahwa isi buku ini merupakan kisah nyata berdasarkan pengakuan sepasang suami istri George dan Kathy Lutz yang membeli rumah tersebut dan mengalami banyak gangguan paranormal sejak mereka pindah ke sana, satu tahun setelah tragedi pembantaian keluarga Defeo. Pada 1979, film adaptasi buku The Amityville Horror pun dirilis, disutradarai oleh Stuart Rosenberg yang kemudian menjadi salah satu film independen terlaris pada masa itu sekaligus hit terbesar studio American International Pictures. Keberhasilan The Amityville Horror kemudian menelurkan sekuel berjudul Amityville II: The Possession (1982), dan sekuel/prekuel resmi berjudul Amityville 3-D (1983). Sejak tahun 1989, banyak sekali sekuel tidak resmi yang mendompleng nama Amityville Horror bermunculan, hingga tahun 2005 film remake-nya dirilis.

Tak lama setelah The Amityville Horror dirilis, mulai terungkap bahwa kisah yang dituturkan oleh George dan Kathy Lutz rupanya hanyalah hoax belaka. Banyak orang semakin yakin kalau buku The Amityville Horror adalah skema yang mendatangkan banyak uang bagi penulis Jay Anson dan keluarga Lutz lewat mistifikasi rumah dan pembantaian keluarga Defeo. Satu-satunya fakta yang terkandung dalam buku itu hanyalah memang benar pernah ada pembantaian satu keluarga terjadi dalam rumah tersebut, sementara semua kisah supranatural yang menyertainya hanyalah karangan pasangan Lutz belaka. Kisah ini semakin dianggap palsu karena setelah ditinggalkan oleh keluarga Lutz, tidak ada satupun penghuni rumah itu yang mengalami gangguan paranormal apapun. Tetapi mari kita tinggalkan kontroversi tersebut dan kembali pada film The Amityville Horror berdasarkan kisah karangan George dan Kathy Lutz selama mereka tinggal dalam rumah tersebut.

George dan Kathy Lutz adalah sepasang pengantin baru dengan tiga anak dari pernikahan Kathy sebelumnya. Mereka baru saja membeli sebuah rumah besar di pinggir danau dengan harga yang sangat murah, sesuatu yang umum terjadi untuk properti-properti yang memiliki sejarah gelap. Saat membeli rumah itu, George dan Kathy tahu betul bahwa satu tahun sebelumnya telah terjadi pembantaian keji di sana. Namun mereka tidak terlalu peduli dengan masa lalu rumah itu. Seperti kata George, “rumah tidak memiliki memori.” Tak butuh waktu lama hingga hal-hal aneh mulai terjadi. Kejadian pertama muncul ketika seorang pendeta katolik bernama pastor Delaney datang atas permintaan Kathy untuk memberkati rumah tersebut. Saat ia datang, keluarga Lutz sedang bermain di danau. Sang pendeta yang memang dekat dengan Kathy berinisiatif masuk ke dalam rumah tanpa menunggu keluarga Lutz pulang. Ia segera mempersiapkan ritual pemberkatan. Saat itulah ia merasakan kehadiran supranatural yang sangat jahat. Ia terkunci dalam salah satu ruangan yang tiba-tiba dipenuhi dengan lalat, dan sebuah suara gaib yang menyeramkan tiba-tiba membentak menyuruhnya pergi. Saat pintu ruangan akhirnya terbuka, Delaney pun lari terbirit-birit meninggalkan rumah. Sejak itu, ia jatuh sakit. Delaney tahu betul bahwa ada yang tak beres dengan rumah itu. Namun kekuatan jahat sepertinya selalu berhasil mencegah Delaney untuk memberi peringatan pada Kathy lewat panggilan telepon. Delaney bahkan gagal kembali ke rumah tersebut setelah mengalami kecelakaan mobil dalam perjalanan menuju ke sana. Sebenarnya pendeta Delaney sudah menyampaikan kekhawatiran ini pada para petinggi di gereja katoliknya, namun kekhawatiran tersebut diremehkan oleh mereka. Delaney dianggap sebagai pendeta tua yang mengalami histeria dan membesar-besarkan perasaan takut pribadinya.

Mungkin Kathy tidak benar-benar perlu untuk diperingatkan oleh Delaney, karena toh ia akan segera menyadari bahwa ada sesuatu yang jahat dalam rumah barunya seiring dengan mulai semakin banyak hal aneh terjadi di sekitarnya. Seperti yang biasa ditemukan dalam film tentang rumah berhantu, kejadian-kejadian supranatural dimulai dengan hal-hal kecil terlebih dahulu, sebelum akhirnya secara bertahap menjadi semakin berbahaya. Karakter George Lutz mulai tampak sakit, ketus, dan berperilaku tidak seperti biasanya. Setiap hari George merasa kedinginan. Dengan kompulsif George memotongi banyak kayu bakar dan mengasah kampaknya setiap hari. Ia juga selalu terbangun dengan gelisah setiap pukul 03:15 pagi, jam yang sama saat Ronald Defeo Jr membantai keluarganya satu tahun sebelumnya. Perubahan dalam diri George mau tidak mau menciptakan ketegangan yang tak terhindarkan dengan istri dan anak-anak tirinya. Tak hanya George, putri Kathy yang bernama Amy juga mulai memiliki “teman khayalan” baru bernama Jody, dan beberapa kerabat keluarga Lutz yang kebetulan relijius atau memiliki indera ke-enam merasakan sakit yang tak bisa dijelaskan setiap kali mereka mendekati rumah. Semuanya menjadi semakin buruk, dan tampaknya George secara perlahan mulai tersedot ke dalam energi jahat yang mendiami rumah mereka.

Sekilas, ide dasar cerita The Amityville Horror terdengar sangat mirip dengan isi buku The Shining buatan Stephen King. Kedua buku tersebut sama-sama membahas tentang entitas jahat dalam sebuah bangunan yang sanggup mempengaruhi seorang suami/ayah untuk mencoba membunuh keluarganya sendiri. Rumah dalam The Amityville Horror dan hotel Overlook dalam The Shining juga sama-sama memiliki sejarah kelam seputar pembantaian. Meskipun The Shining diterbitkan beberapa bulan lebih awal, tapi kedua buku tersebut dirilis di tahun yang sama, yaitu 1977. Rasanya tidak mungkin kalau Jay Anson memiliki cukup waktu untuk mencuri ide Stephen King, menuliskan versinya sendiri hingga berhasil mendapat deal penerbitan, dan mencetaknya serta mendistribusikannya hanya dalam jangka waktu beberapa bulan saja sejak The Shining pertama dirilis. Dengan pemikiran yang sama, kita bisa menganggap bahwa The Shining dan The Amityville Horror mungkin saja sama-sama terinspirasi dari novel The Haunting of Hill House karya Shirley Jackson. Namun dalam versi filmnya, ada perbedaan mencolok antara The Amityville Horror dan The Shining (1980). Salah satunya berkaitan dengan sumber ancaman. Dalam di Shining, satu-satunya ancaman nyata yang bisa dirasakan datang dari karakter Jack Torrace sendiri. Entitas jahat dalam hotel Overlook tidak secara langsung mengancam keluarga Jack, tetapi lebih memilih untuk bermanifestasi lewat Jack. Sementara dalam The Amityville Horror, keluarga Lutz tidak hanya merasa terancam oleh George, tetapi juga ikut diganggu secara langsung oleh entitas jahat dalam rumah mereka. Perbedaan lainnya juga ada pada ending kedua cerita.

Apa yang membantu The Amityville Horror cukup berhasil pada masanya mungkin karena film ini tidak hanya menjual gimmick “based on true story” saja, tetapi juga sutradara Stuart Rosenberg sanggup menciptakan atmosfer yang menyeramkan setiap kali ia menyoroti rumah berhantu itu. Hal tersebut membuat bentuk rumah keluarga Lutz kemudian menjadi sangat ikonik hingga hari ini. Atmosfer angker dalam film ini terasa sangat kuat juga karena kontribusi score horror yang sangat efektif, disusun oleh komposer veteran Lalo Schifrin. Hal lain yang menakutkan dalam film ini adalah perubahan karakter George Lutz itu sendiri. Mungkin penonton memang tidak perlu menyaksikan pembantaian penuh darah di sini karena melihat George mengasah kampaknya saja sudah cukup menimbulkan kecemasan. Saya akui penampilan aktor James Brolin yang memerankan karakter George Lutz, ditambah dengan aktor Rod Steiger yang memerankan pendeta Delaney, sangat meyakinkan dan pantas untuk diacungi jempol. Namun, saya merasa perlu untuk memberi peringatan bagi siapapun yang belum pernah menonton The Amityville Horror sebelumnya, bahwa meskipun dibuka dengan adegan mayat yang kepalanya pecah, namun pada dasarnya film ini tidak memiliki adegan kekerasan berdarah sama sekali. Sejujurnya, The Amityville Horror memang tidak pernah masuk ke dalam daftar film horror klasik favorit saya. Meskipun the Amityville Horror adalah film horror yang sudah dianggap sebagai karya klasik, tapi mungkin film ini akan terasa tidak menyeramkan menurut standar penonton modern. Bagaimanapun, film ini tetap memiliki kontribusi besar dalam kultur horror hingga hari ini dan merupakan film wajib tonton bagi siapapun yang ingin lebih dalam menyelami fandom horror.

Untuk berdiskusi lebih lanjut soal film ini, silahkan kontak Tremor di email: makanmayat138@gmail.com