fbpx

MOVIE REVIEW: HUNTER HUNTER (2020)

HUNTER HUNTER
Sutradara: Shawn Linden

Kanada / USA (2020)

Review oleh Tremor

Hunter Hunter adalah film thriller slow burn yang secara mengejutkan ditutup dengan elemen horror yang sangat gelap dan brutal. Film ini ditulis sekaligus disutradarai oleh sineas kelahiran Kanada bernama Shawn Linden. Tidak banyak yang bisa saya tulis tentang dirinya, karena ini adalah pertama kalinya saya menonton film buatan Linden. Tapi Hunter Hunter jelas membuat saya ingin melihat karya-karya Linden berikutnya.

Berlatar di tahun 90-an, kisah Hunter Hunter berpusat pada sebuah keluarga kecil yang sudah lama hidup sederhana dalam sebuah kabin di tepi hutan. Mereka adalah seorang pemburu sekaligus pemasang jebakan yang mahir bernama Joseph, istrinya Anne, serta putri mereka yang masih berumur 12 tahun bernama Renee. Keluarga ini hidup dari daging hasil buruan yang kulit dan bulunya mereka jual pada sebuah toko di dusun terdekat. Joseph sejak dini sudah mengajari putrinya Renee untuk menjadi penerusnya suatu hari nanti. Kini Renee sudah mahir memegang senjata, memasang jebakan, melacak jejak hewan-hewan liar, hingga menguliti hewan buruan dengan teknik sempurna. Tapi bagaimanapun juga, ia tetaplah seorang anak-anak, dan akan selalu bereaksi seperti layaknya anak-anak. Sementara itu, Anne hidup sebagai ibu rumah tangga.  Sudah bertahun-tahun mereka hidup terisolasi tanpa adanya tetangga dan kerabat. Anne sesekali pergi ke dusun terdekat untuk membeli beberapa kebutuhan yang tak bisa didapat di hutan sambil menjual kulit serta bulu hasil buruan Joseph. Namun harga jual kulit dan bulu terus menurun karena minimnya peminat, dan kini keluarga Anne ada di ambang kemiskinan.

Sebenarnya Anne sudah lelah dengan gaya hidup yang penuh ketidakpastian ini. Ia ingin menjalani hidup normal modern dan mapan di dusun agar Renee bisa bersekolah dan bergaul dengan anak-anak sebayanya. Lagipula hidup di dalam hutan membuat Anne merasa tidak tenang. Tapi Joseph yang keras kepala bersikeras bahwa yang mereka jalani ini adalah satu-satunya hidup yang ia yakini sebagai kehidupan sejati. Joseph memiliki banyak kecurigaan terhadap kehidupan perkotaan sekaligus orang-orang yang datang dari kota. Joseph sendiri dibesarkan oleh ayahnya dengan cara yang sama seperti ia mendidik Renee, dan kini ia merasa bahwa ia bisa melakukan banyak hal yang orang kota tidak bisa lakukan. Suatu hari, saat sedang memeriksa jebakan-jebakan yang mereka pasang di dalam hutan, Joseph dan Renee menemukan banyak tanda bahwa seekor serigala besar yang sebelumnya pernah meneror keluarga mereka telah kembali ke daerah tersebut. Joseph tak mau keinginan Anne untuk pindah ke kota semakin kuat karena ini. Ia pun berusaha meyakinkan Anne bahwa tidak ada yang perlu dikhawatirkan, walaupun jelas kini keluarga pemburu yang tinggal di teritori serigala ini menjadi mangsa buruan predator yang lapar. Demi keberlangsungan hidup keluarga kecilnya, Joseph pun bersumpah akan membunuh serigala tersebut agar keluarganya bisa kembali merasa aman. Malam itu juga ia pergi meninggalkan Anne dan Renne berdua saja di rumah untuk memburu sang predator. Dalam perburuan inilah Joseph menemukan sesuatu yang kemudian mengubah segalanya.

Banyak orang memiliki mimpi dan fantasi untuk hidup di tengah alam terpencil yang jauh dari hiruk pikuk perkotaan. Apa yang menggiurkan dari kehidupan seperti itu mungkin adalah udara segar, ketenangan, serta rasa terbebas dari tekanan kehidupan modern di perkotaan. Tapi mungkin kita tidak pernah benar-benar memikirkan sisi lainnya, tentang bagaimana beratnya manusia modern tanpa komunitas saat harus memenuhi kebutuhan dasarnya di alam liar yang penuh bahaya. Perjuangan untuk tetap hidup itulah yang digambarkan di awal film ini. Walaupun keluarga Joseph tidak sepenuhnya hidup dari alam liar (Anne sesekali pergi ke desa untuk menjual kulit dan membeli berbagai keperluan), tapi film ini juga menyinggung gagasan tentang perbedaan kehidupan di alam versus lingkungan urban. Dalam sudut pandang Joseph, kota adalah tempat yang mengikis kemanusiaan, para penduduk kota tidak bisa dipercaya, dan bahwa orang-orang yang hidup sederhana seperti keluarganya tidak pernah memiliki kerumitan yang dihadapi oleh masyarakat urban. Tapi pada akhirnya Hunter Hunter membawa tema yang jauh lebih mendalam dari itu, yaitu tentang batas tipis antara perilaku manusia dengan hewan: sisi hewani dalam manusia.

Di tengah film, saya sempat menduga kalau Hunter Hunter akan membawa plotnya ke arah yang berhubungan dengan hal-hal supernatural, tetapi rupanya saya salah. Film ini penuh dengan kejutan dan membuat penontonnya terus penasaran, dan itu adalah hal yang baik menurut saya. Hunter Hunter memang berjalan cukup lambat. Tapi ketegangan demi ketegangan terus tumbuh seiring berjalannya cerita hingga kemudian ditutup dengan akhir yang brutal dan penuh kekerasan. Saya pribadi sama sekali tidak menduga kalau ending-nya akan sebrutal itu. Kalau tujuan dari elemen horor pada ending Hunter Hunter adalah untuk meninggalkan rasa shock pada penontonnya, saya pikir film ini cukup berhasil, karena kisah ini diakhiri dengan adegan yang tidak akan dengan mudah dilupakan oleh siapapun yang menontonnya. Tapi di sisi lain, saya merasa kalau film ini disudahi dengan agak terburu-buru, dengan perubahan arah yang tidak saya duga sebelumnya. Saya tidak ingin menulis sedikitpun spoiler. Hanya saja, rasanya film ini berakhir dengan begitu cepat. Semua rasa penasaran dan penantian saya tiba-tiba terasa tidak penting dalam hitungan detik saat perubahan arah mendadak terjadi di akhir film. Tapi saya tidak pernah mempertanyakan motif dan alasan mengapa ending-nya seperti itu, karena pada akhirnya, Hunter Hunter tetap merupakan sebuah kisah tentang bagaimana seseorang sanggup melakukan apapun yang diperlukan agar dapat mempertahankan hidup.

Untuk berdiskusi lebih lanjut soal film ini, silahkan kontak Tremor di email: makanmayat138@gmail.com