COME TRUE
Sutradara: Anthony Scott Burns
Kanada (2020)
Review oleh Tremor
Come True adalah sebuah film sci-fi slow-burn horror berdasarkan ide cerita buatan penulis Daniel Weissenberger yang naskahnya ditulis ulang sekaligus disutradarai oleh Anthony Scott Burns. Selain menulis dan menyutradarai, Scott Burns yang multi-talenta juga bekerja sebagai komposer, sinematografer dan editor dalam proyek ini. Kali pertama saya mengenal karya Scott Burns adalah saat saya menonton film pendek buatannya, yaitu segmen “Father’s Day” dalam antologi horror berjudul Holidays (2016). Segmen tersebut adalah segmen terbaik dari keseluruhan antologi Holidays, dan saya jatuh cinta dengan bagaimana Scott Burns menciptakan atmosfer mencekam, menyeramkan dan suram seperti alam mimpi buruk. Film Come True membuktikan bahwa gaya Scott Burns tidak banyak berubah sejak segmen Father’s Day. Apalagi Come True memiliki tema yang sangat tepat dengan gaya visual Burns, yaitu soal alam dunia mimpi, termasuk di dalamnya mimpi buruk hingga sleep paralysis (ketindihan). Skenario yang ditulis oleh Burns juga dibagi pada empat babak yang mengacu pada teori mimpi yang dicetuskan oleh psikiater terkenal Carl Jung, yaitu Persona, Anima/Animus, Shadow, dan the Self.
Film ini berfokus pada Sarah Dunne, seorang mahasiswi yang kabur dari rumahnya. Setiap malam ia tidur di bangku taman atau menginap di rumah teman kuliahnya, dan setiap malam pula Sarah kesulitan untuk tidur dengan nyenyak karena selalu dihantui mimpi buruk yang tak pernah ia ingat ketika bangun. Karena tidurnya tidak pernah berkualitas, Sarah selalu kelelahan. Suatu hari, Sarah melihat selembar iklan klinik tidur yang berisi ajakan partisipasi sebagai objek penelitian gangguan tidur. Sarah langsung tertarik dengan iklan ini, karena selain membutuhkan tempat tidur gratis setiap malamnya, Sarah juga akan dibayar $12 perjam hanya untuk tidur. Dan mungkin saja klinik tidur ini bisa membantu Sarah mengatasi gangguan tidurnya. Tawaran ini tampaknya adalah sebuah jawaban tepat bagi banyak masalah Sarah. Akhirnya Sarah mendaftar dan segera diterima sebagai salah satu peserta. Namun Sarah sama sekali tidak tahu apa tujuan penelitian tersebut, dan bagaimana penelitian ini bekerja. Penelitian yang semakin misterius ini rupanya membuat mimpi buruk Sarah yang sudah ada sebelumnya menjadi lebih buruk lagi. Segera setelah itu, hal-hal aneh pun mulai terjadi, dan Sarah menemukan dirinya terhisap ke dalam sesuatu yang jauh lebih nyata dan gelap dari mimpi buruknya sendiri.
Menonton Come True adalah pengalaman yang menarik bagi saya karena secara pribadi saya memang selalu tertarik pada hal-hal yang berhubungan dengan suasana mimpi. Sebagai orang awam yang tak paham dengan hal-hal teknis perfilman, saya berasumsi bahwa menciptakan suasana mimpi ke dalam bentuk film pastilah bukan hal yang mudah. Hal itu membuat saya sangat mengapresiasi semua usaha seperti yang dilakukan oleh sutradara Anthony Scott Burns. Meskipun film ini beralur lambat, tapi saya sangat menikmati tontonan ini berkat special effect serta sinematografinya yang kreatif dan menghipnotis, lengkap dengan beberapa adegan mimpi buruk yang brilian sekaligus menyeramkan. Anthony Scott Burns tidak menggunakan visual spektakuler saat menggambarkan mimpi buruk, tetapi sebaliknya: surealis, suram, berkabut dan gelap, lengkap dengan satu sosok mengerikan yang selalu muncul di setiap mimpi buruk Sarah. Film ini juga sangat terbantu dengan acting aktris muda Kanada Julia Sarah Stone yang sangat berbakat dalam memerankan karakter Sarah. Selain itu, soundtrack film ini juga ikut berperan dalam menciptakan semua atmosfer mimpi-nya. Sentuhan synth yang memperkuat film ini banyak dibuat oleh Burns sendiri (dengan nama panggung PilotPriest) dengan musiknya yang memang memberikan kualitas seperti mimpi, sementara beberapa track lain diisi oleh synth-pop duo asal Kanada bernama Electric Youth.
Satu-satunya kelemahan film ini sayangnya berada pada konklusi dan ending film yang terjadi begitu saja tanpa terasa ada foreshadow sebelumnya. Menurut saya, penutup film ini agak merusak ritme cerita yang sudah dibangun sejak awal, dan saya mendapat kesan bahwa mungkin konklusi yang dibuat Scott Burns adalah bentuk dari rasa bingungnya tentang bagaimana ia harus mengakhiri kisah Sarah. Pendapat orang tentu akan bervariasi tentang ending dan keseluruhan film ini. Semuanya kembali ke selera masing-masing dan seberapa besar kesabaran penonton dalam menikmati film-film beralur lambat. Di luar soal ending-nya yang buruk, secara pribadi saya pikir Come True tetap merupakan film yang cukup mengesankan sebagai pembuka karir untuk Anthony Scott Burns, dengan konsep sci-fi yang menarik sekaligus mengerikan.
Untuk berdiskusi lebih lanjut soal film ini, silahkan kontak Tremor di email: makanmayat138@gmail.com