fbpx

MOVIE REVIEW: BRIDGE OF RE-ANIMATOR (1990)

BRIDE OF RE-ANIMATOR
Sutradara: Brian Yuzna
USA / Jepang (1990)

Review oleh Tremor

Ketika sebuah film menunjukkan konsep yang brilian sekaligus kreatif, membuat sekuel dan mengulang konsep yang sama tentu bukanlah pilihan yang tepat. Para pembuat film harus berpikir keras untuk memberikan sesuatu yang lebih dibandingkan film pertamanya. Banyak proyek sekuel film bisa dibilang gagal karena penulis film tidak sanggup memenuhi kebutuhan tersebut. Re-Animator (1985) yang disutradarai oleh Stuart Gordon jelas merupakan salah satu film komedi horor terbaik di tahun 1980-an. Membuat sekuel dari film yang sudah terlanjur mendapat gelar cult seperti Re-Animator merupakan keputusan yang cukup beresiko sekaligus menantang, karena Re-Animator sudah terlalu sempurna tanpa perlu adanya cerita lanjutan. Tak sampai lima tahun kemudian, produser dari film pertama Re-Animator, Brian Yuzna, membuktikan kalau ia sanggup membuat sekuel yang cukup berhasil, dan yang terpenting: sangat menghibur. Dilihat dari judulnya saja, Bride of Re-Animator jelas merupakan sebuah penghormatan terang-terangan untuk kisah klasik Bride of Frankenstein (1935), dan Yuzna benar-benar berhasil menyampaikan penghormatan itu di setiap level sambil tetap memprioritaskan semua elemen kunci dari Re-Animator.

Sedikit kilas balik, dalam film pertama Re-Animator, Herbert West adalah seorang ilmuwan yang sangat terobsesi menciptakan “obat” untuk menyelamatkan orang dari kematian. Walaupun ia adalah seorang jenius, sayangnya ia juga gila. “Obat” yang dimaksud adalah sebuah formula berwarna hijau menyala buatan West, yang kalau disuntikkan pada mayat akan membuat mayat tersebut kembali hidup dalam versi yang lebih agresif. Jadi West belum sepenuhnya berhasil menyelamatkan orang dari kematian. Delapan bulan setelah West dan rekannya Daniel Cain membangkitkan mayat-mayat sekaligus membuat kekacauan mengerikan di kampus Miskatonic dalam film pertamanya (kejadian tersebut disebut sebagai “The Miskatonic Massacre”), kini mereka berdua bekerja sebagai relawan medis dalam perang saudara di Peru. Di sana West yang mendapat banyak pasokan mayat-mayat segar masih terus melakukan eksperimen untuk mengembangkan serum buatannya. Diceritakan dalam perjalanan ini West juga berhasil menemukan bahan baku baru yang ia yakini akan menyempurnakan serumnya. Saat situasi perang semakin membahayakan, mereka pun memutuskan pulang dan kembali bekerja di rumah sakit sambil terus melanjutkan eksperimen gila West di ruang bawah tanah rumahnya. Rupanya ulah mereka dalam film pertama Re-Animator tidak pernah benar-benar terbongkar. West dan Cain hanya dianggap sebagai penyintas dalam kejadian “The Miskatonic Massacre”. Lalu kita diperkenalkan dengan karakter baru, letnan Leslie Chapham, seorang detektif yang secara tidak sengaja menemukan potongan kepala Dr. Hill (antagonis film Re-Animator pertama.) Apa yang membuatnya heran adalah, potongan kepala Dr. Hill tampak tidak membusuk sama sekali. Karena penemuan ini, sang detektif akhirnya mendatangi ruang patologi Miskatonic university di mana sisa-sisa potongan tubuh para korban “The Miskatonic Massacre” tersimpan dan mulai mencari informasi lebih jauh. Dalam penyelidikan inilah mulai terkuak kalau ada banyak potongan tubuh yang hilang dari ruang mayat rumah sakit selama beberapa waktu terakhir. Tentu saja kita tahu siapa biang keladinya.

Setelah berhasil menghidupkan kembali kepala Dr. Hill yang terpenggal dalam film pertamanya, Herbert West menyadari bahwa serum buatannya rupanya dapat menghidupkan potongan-potongan tubuh secara terpisah. Film ini membawa konsep serum West selangkah lebih maju dari film perdananya. Sekarang ia tidak hanya mampu membangkitkan orang mati, tetapi juga berpotensi menciptakan makhluk baru dengan cara menyatukan bagian-bagian tubuh yang terpisah, dan memberinya kehidupan. Diam-diam West mencuri banyak bagian tubuh mayat dari kamar mayat Miskatonic untuk digunakan sebagai subjek eksperimen mengerikan, sekaligus menggelikan, suatu aktivitas sakit yang Daniel Cain sebut sebagai “morbid doodling with human body parts”. Eksperimen-eksperimen kecil West adalah menghidupkan kembali berbagai kombinasi potongan tubuh manusia untuk diamati hasilnya. Jadi jangan heran kalau kalian akan melihat bagaimana ia merangkai potongan-potongan jari manusia pada bola mata, atau potongan lengan dan kaki manusia yang dijahit bersama kemudian dihidupkan kembali. Herbert West dalam film ini memang jauh lebih gila, sekaligus brilian. Semua eksperimen kecil ini West lakukan karena ia memiliki rencana besar: membuat manusia utuh yang disusun dari potongan-potongan mayat berbeda yang ia curi dari ruang mayat di kampus Miskatonic, lalu membangkitkannya dengan suntikan serumnya, ala kisah klasik Frankenstein. Cain sebenarnya sudah muak dengan apa yang West lakukan, namun ia memutuskan untuk tetap membantu West dalam eksperimen ini karena rupanya West menyimpan jantung milik Meg, mantan kekasih Cain yang ikut terbunuh dalam “The Miskatonic Massacre”. Rencananya, jantung Meg akan dipasang pada mahluk ciptaan West, dan mahluk itu akan memiliki detak jantung Meg yang sangat dicintainya oleh Cain. Eksperimen gila West kini terasa menjadi lebih personal bagi Cain. Namun tentu saja rencana West tidak akan berjalan seindah yang ia pikir, apalagi kini Dr. Hill telah kembali untuk membalas dendam pada West.

Brian Yuzna sebagai penulis sekaligus sutradara Bride of Re-animator berhasil membuat sekuel yang pantas karena ia mendorong elemen-elemen kunci Re-Animator dengan lebih intens, tanpa perlu mengulang konsep yang sama dengan film pertamanya. Elemen-elemen tersebut tentu saja adalah gore, humor dan rasa fun. Dalam Bride of Re-Animator kita akan melihat lebih banyak potongan tubuh, mayat, adegan gore, darah, dan lebih banyak kreasi sakit jiwa Herbert West. Selain itu, Yuzna juga menyatukan kembali hampir semua karakter kunci Re-Animator, terutama Jeffrey Combs dan Bruce Abbott yang memerankan karakter duo Herbert West dan Daniel Cain, serta tak ketinggalan David Gale sebagai karakter dokter Hill yang jahat. Humor gelap komikal yang dicampur dengan darah dalam film ini juga terasa lebih menonjol dibanding film pertamanya, dari mulai potongan kepala yang digabungkan dengan sayap kelelawar, anjing dengan lengan manusia, hingga kreasi Herbert West yang dirangkai dari empat jari dan satu bola mata, semuanya tampak menggelikan sekaligus (kalau dipikir-pikir) cukup mengerikan. Dan kalau kalian pikir semua kreasi West itu sudah cukup menjijikkan, tunggu sampai adegan klimaks film ini, karena akan ada lebih banyak ciptaan-ciptaan Herbert West yang pernah ia buang mulai bermunculan dan ingin membalas dendam.

Special effect dalam Bride of Re-Animator jelas pantas untuk diacungi jempol. Semuanya dibuat secara tradisional dengan sangat mengesankan bahkan untuk ukuran jaman sekarang, ditambah beberapa efek stop-motion yang cukup halus untuk jamannya. Efek gore-nya pun tidak tanggung-tanggung. Special effect dan makeup terbaik dalam film ini ada pada karakter sang pengantin perempuan ciptaan West. Ia adalah mahluk ciptaan yang sangat mengerikan, sekaligus menyedihkan. Penampilan aktris Kathleen Kinmont sebagai sang mempelai di akhir film ini juga sangat mengesankan. Ia mampu memperlihatkan bagaimana rapuhnya menjadi manusia yang terdiri dari bagian-bagian tubuh berbeda, kebingungan, dan merasa tertolak, membuat penonton bisa saja ikut merasakan simpati pada monster tersebut.

Satu-satunya hal yang saya sayangkan dari Bride Of Re-Animator adalah kurangnya kontinuitas antara pembuka film ini dengan ending film pertamanya, yang dikisahkan hanya berjarak delapan bulan saja. Kalau kita ingat, terakhir kali kita melihat Herbert West dalam Re-Animator adalah saat lehernya tercekik usus, tersudutkan dan dikeroyok oleh mayat-mayat hidup dalam ruang mayat Miskatonic. Lalu bagaimana ia berhasil selamat dari peristiwa tersebut? Tidak pernah ada penjelasan. Tiba-tiba ia berada di Peru bersama Cain dalam pembuka sekuel ini, seakan-akan ending film pertamanya tidak pernah ada. Tapi apa yang lebih mengganjal bagi saya adalah soal absennya karakter Meg dalam Bride of Re-Animator. Kita semua ingat kalau film pertama Re-Animator ditutup dengan adegan Cain menyuntikkan serum West pada tubuh Meg kekasihnya yang sudah meninggal. Ini memberi ide bahwa Meg akan bangkit dari kematian dan menjadi zombie agresif, tanpa kita perlu melihatnya. Tapi kini hanya jantung Meg saja yang muncul dalam sekuelnya. Padahal, siapapun yang menonton film pertama Re-Animator tentu akan berharap kalau “bride” dalam judul film sekuelnya mengacu pada kembalinya karakter Meg sebagai kreasi baru Herbert West.

Di luar kekurangannya, percampuran antara kisah klasik “Bride of Frankenstein” dengan “Re-Animator” ini benar-benar berhasil. Mungkin sekuel ini tidak akan pernah bisa melampaui kesempurnaan film perdananya, tapi Bride of Re-Animator tetap merupakan tontonan yang sangat menyenangkan, penuh dengan kegilaan sambil membuat penontonnya tersenyum.

Untuk berdiskusi lebih lanjut soal film ini, silahkan kontak Tremor di email: makanmayat138@gmail.com