fbpx

ALBUM REVIEW: VALLENDUSK – HERALDS OF STRIFE

VALLENDUSK ‘Heralds of Strife’ ALBUM REVIEW

Northern Silence Productions. May 14th, 2021

Melodic Black Metal

Semenjak mendobrak scene bawah tanah Indonesia dengan mini-album self-titled tahun 2012, VALLENDUSK termasuk sangat produktif, menelurkan album baru setiap dua-tiga tahun sekali, jadi dalam satu dekade ini, mereka telah mengantongi 4 buah album penuh plus sebuah EP. Kemunculan VALLENDUSK di kancah black metal Internasional berbarengan dengan sedang naiknya aliran post-black metal/atmospheric black metal, album debut ‘Black Clouds Gathering’ dirilis di tahun yang sama dengan ‘Sunbather’, pada awalnya VALLENDUSK sempat asal dijerumuskan menggunakan tag post-black metal oleh para blogger, meskipun musik yang dibawakan VALLENDUSK sangatlah jauh berbeda benang merah-nya, apabila DEAFHEAVEN akarnya bisa di tarik dari MOGWAI hingga SLOWDIVE, VALLENDUSK justru lebih berpatokan pada grup-grup melodic black metal dan viking/folk metal era 90’an macam WINDIR, MITHOTYN, MOONSORROW, FALKENBACH dll, selain itu band asal Ibu Kota ini punya ciri khas tersendiri yang menjadinya beda daripada yang lain, komposisi black metal yang mereka usung jauh dari nuansa gelap dan gloomy, racikan-nya justru terasa uplifting alias membangkitkan semangat layaknya  power metal Eropa. Setelah tiga tahun pasca peluncuran ‘Fortress of Primal Grace’, VALLENDUSK akhirnya muncul kembali dengan album paling gres mereka ‘Heralds of Strife’, yang masih dirilis bersama label asal Jerman spesialis black metal pencinta alam Northern Silence Productions.

.

Dalam ‘Heralds of Strife’ VALLENDUSK tidak mencoba untuk merubah formulasi musik dari album-album sebelumnya, grup ini telah berada di posisi PW alias posisi wenak, dan tinggal melakukan penyempurnaan di beberapa lini saja seperti pada lini produksi, karena album-album sebelumnya cenderung masih kurang. Para pendengar yang sudah kenal lama dengan materi band ini juga sudah pasti bisa langsung mengidentifikasi lagu-lagu baru VALLENDUSK biarpun didengarkan via blind test., namun sama seperti rilisan mereka sebelumnya, ‘Heralds of Strife’ masih punya beberapa ide-ide terbarukan, faktor yang membuat semua album dalam diskografi VALLENDUSK, punya identitasnya masing-masing, ‘Heralds of Strife’ bisa dibilang merupakan perpaduan antara atmosfir-atmosfir semeriwing dari ‘Vallendusk EP’, melodi-melodi gitar menghangatkan jiwa dari ‘Black Cloud Gathering’, dan komposisi epik penuh kerinduan akan alam dan kampung halaman ala ‘Homeward Path’, hanya disayangkan saja harmonisasi lead khas melodeath yang ada dalam ‘Fortress of Primal Grace’ hilang tak berbekas dalam album terbaru. Dua lagu pertama dalam tracklist “The Last Soar as the Feathers Fall” dan “Towards the Shimmering Dawn” merupakan dua materi yang masih tripikal nomor VALLENDUSK aransemen-nya, baru pada lagu ketiga “Ethereal Echoes of Devotion”, mereka mencoba menghadirkan nuansa berbeda, lagu tersebut memang agak black n’ rollish/nge-punk, Rizky turut pula menggunakan clean vocal pada bagian verse (yang kalo dari jauh samar-samar mirip Greg Graffin).

“Solivagant Heart” merupakan lagu terbaik sekaligus terfavorit pribadi dalam ‘Heralds of Strife’, dalam trek tersebut VALLENDUSK terdengar lebih simfonik dan folk-y dari biasanya, keterlibatan Serberuz Hammerfrost, pentolan band black metal DRACONIS INFERNUM dan HELLUCINATE pada instrumen keyboard, membuat “Solivagant Heart” terdengar makin spektakuler apalagi dari pertengahan hingga akhir lagu. next “Marching Ballad of the Unsung Ones” merupakan track yang paling beraroma power metal dalam album ini, gak bakalan salah sambung misalkan tiba-tiba VALLENDUSK bikin split 7 inch bareng FALCONER pakai lagu tersebut . Walaupun hanya menyisakan dua lagu lagi VALLENDUSK masih belum kendor, malah kalau dibandingkan dua lagu paling awal, dua lagu terakhir dalam ‘Heralds of Strife’ jelas lebih menarik untuk disimak sambil minum bajigur ditemani rebusan pisang dan ubi. “The Sovereign” yang menjadi salah satu single utama dan lagu paling panjang durasinya dalam album, membuktikan bahwa VALLENDUSK masih merupakan standard bearer skena black metal Indonesia, lagu-nya penuh dinamika, banyak lika-liku layaknya kehidupan, dan tentunya ada kejutan di setiap tikungan, tak terjebak pada struktur lagu crescendo yang banyak di adopsi musisi-musisi atmospheric black metal zaman sekarang. Berhubung VALLENDUSK sepertinya telah menemukan ramuan yang paling paten sejak album kedua, jadi peningkatan ketara dalam ‘Heralds of Strife’ paling santer terasa pada lini produksi, VALLENDUSK sepertinya memilih studio rekaman dan ahli tata suara yang berbeda untuk album ini, alhasil ‘Heralds of Strife’ terdengar lebih terang dan bersih dari sebelumnya, gebukan drum-nya jadi lebih organik dan nonjok, hasil mixing dan mastering dari Muhamad Ridho Leonard (CHORIA) juga sangat dua jempol, betotan bass yang biasanya selalu tak kelihatan, setidaknya dalam album baru mulai telihat penampakanya meskipun masih tipis. Ketika band lain apalagi yang produktif rilis album dua-tiga tahun sekali kayak VALLENDUSK mulai mengalami tren penurunan dari segi kualitas, VALLENDUSK masih bisa memertahankan tren peningkatan dari album ke album, dan tetap konsisten pada jalurnya tak tergiur banting setir ikut-ikutan tren yang lagi rame di pasaran. ‘Heralds of Strife’  jadi pembuktian mengapa VALLENDUSK masih berada kasta teratas rantai makanan grup black metal Indonesia saat ini. (Peanhead)

9.0 out of 10