fbpx

ALBUM REVIEW: FLESHWATER – WE’RE NOT HERE TO BE LOVED

FLESHWATER ‘We’re Not Here To Be Loved’ ALBUM REVIEW

Closed Casket Activities. November 14th, 2022

Alternative rock/metal

Meskipun VEIN.FM sedang sibuk-sibuknya sejak ditarik Nuclear Blast Records, Anthony DiDio, Matt Wood, dan Jeremy Martin tak serta merta melupakan proyek sampingan mereka, FLESHWATER, grup yang mereka bertiga bentuk bareng Marisa Shirar (MIRSY), pasalnya berjarak enam bulan saja setelah VEIN.FM merilis album kedua ‘This World Is Going to Ruin You’, FLESHWATER udah nongol lagi dengan album debut bertajuk ‘We’re Not Here To Be Loved’, yang dirilis via Closed Casket Activities pada akhir tahun lalu. Anthony, Marisa, Matt, Jeremy langsung gerak cepet masuk studio GodCity Studio bareng Kurt Ballou untuk merekam follow-up ‘demo2020’, buat mengkapitalisasi popularitas lagu, “Linda Claire”, yang sempet jadi underground hit tak terduga pas pandemi, dan sampai saat ini sudah di putar lebih dari dua juta kali di Spotify. Walaupun masih mengusung konsep musik rock alternatif era 90’an, ‘We’re Not Here to Be Loved’ terdengar jauh lebih segar dari mayoritas band 90’s revivalists saat ini. Berhubung FLESHWATER dibentuk oleh personel band hardcore/metalcore, komposisi yang mereka bawakan pun cukup heavy, kocokan gitar agresif yang kadang disonan, screaming vocals, dan breakdown (ampe blastbeat sekelebat) masih nampak dibeberapa lagu. Selain itu FLESHWATER tak sekedar dipengaruhi satu-dua band dari era 90’an belaka, karena ‘We’re Not Here to Be Loved’ terdengar campur aduk banget dari segi influence, entah itu alternative rock, shoegazing, grunge, post-hardcore/metallic hardcore, hingga power pop dan nu metal­ digodok jadi satu, yang tentunya membuat materi-materi dari album ini sangat beragam, sekaligus membuktikan kalau FLESHWATER bukan side-project kacangan yang hanya mendompleng tren hardcore kids goes shoegaze doang.

Tak hanya variatif, nomor-nomor dalam ‘We’re Not Here to Be Loved’ pun terdengar super catchy, dan tak hanya nomor-nomor dengan sensibilitas pop kuat aja macam “The Razor’s Apple”, “Kiss the Ladder”, dan “Backstairs Breathing” yang memorable, trek berat nan cadas seperti opening combo “Baldpate Driver”/ “Closet”, “Woohoo”, dan lagu terakhir “Foreign” juga nampol dan punya kans besar nyangkut dikepala, dan jangan lupa, detik-detik awal “Foreign” malah sedikit bikin déjà-vu ke VEIN.FM, selain lagu orisinal FLESHWATER turut membawakan salah satu lagu dari BJORK, “Enjoy”, yang digubah dengan aroma pekat dari HUM dan DEFTONES. Dari segi durasi ‘We’re Not Here to Be Loved’ emang rada minimalis, dengan total runtime yang kurang dari 28 menit, tapi karena Marisa Shirar, Anthony DiDio, Matt Wood, dan Jeremy Martin berhasil menulis aransemen dan melodi yang ngena semua, tanpa ada filler, sekaligus mudah dikounsumsi, yang membuat durasi pendek justru menjadikan album ini tak ada basa-basi dan yang paling penting, punya sense of urgency, hanya saja saya agak menyayangkan dua lagu lain dari ‘demo2020’ (“This, If Anything” dan “What Was Really Said”) gak sekalian direkam ulang lalu diinklusikan ke dalam debut album mereka,  padahal biar genap 30 menit-an, dan saya rasa keduanya punya kualitas yang sebagus lagu-lagu lain yang masuk kedalam tracklist final ‘We’re Not Here to Be Loved’. Lewat ‘We’re Not Here to Be Loved’, FLESHWATER telah meracik album yang luar biasa catchy dari awal sampe akhir, sekaligus langsung menjadi salah satu album 90’s revivalist terfavorit saya setelah Pasiflora (CONSTANTS), ‘Jar’ (DAYLIGHT) dan ‘Tired of Tomorrow’ (NOTHING). (Peanhead)

9.5 out of 10