“What scares the human race more than any other single thing? The dark! Of course. And why? Because the dark has a life of its own. In the dark, all sorts of things come alive.” – Jonathan Shields (The Bad and the Beautiful)
Iya, nukilan memorabilia dari film The Bad and the Beautiful di atas cukup mewakili rasa kagum kami akan satu faset apik antara suatu hal yang samar dengan perihal bercirikan keras, cepat, dan pada waktu singkat dapat menempuh jaraknya yang paling jauh. Ada seorang dari zaman baheula pernah berujar, bahwasanya kekacauan itu tidak mengenal batasan, maka dari itu gambaran dari bagian dunia yang kalut sangat perlu untuk dilestarikan, ditularkan pada dirinya yang paling luar, pada definisi untuk menakjubi terhadap varian apik dari keras, kalut dan samar tersebut, spesimen dari Yogyakarta ini menubuhkan dengan kotor sebuah nama: WICKED SUFFER.
Kami memiliki satu hipotesa alasannya logis dan sederhana, mereka adalah band keren, itu saja saya kira, mereka KEREN! Titik. Setelah cukup terperanjat oleh EP Vicious Circle yang cukup cepat, sangat malah, ada sebentuk riak kiamat kecil ketika mendapati bahwa mereka memiliki agenda split album dengan ALICE. Maka dari itu bisa sedikit disandingkan dengan kaidah sinting sambil sedikit menggondol batasan kabur ke-serba-men-dadak-an, yang mana jurang rasa kaget menjadi padu padan dikarenakan satu hal: dalam artian primer WICKED SUFFER adalah satu dari sekian varian musik yang merangsang perasaan nyaman dan kesanggupan untuk merasa gembira dengan berlebihan.
Dan pada keleluasaan waktu hendaklah kami kabarkan, bahwa spesimen dari Yogyakarta ini telah meng-antik-kan parafernalia dari MATERNAL dengan mengecap secara bersama: generasi kami adalah reduplikasi dari cerita panjang tentang suram, buram dengan sedikit memicingkan mata karena itulah alasan rasa senang menjadi sangat menggembirakan, dan dengan rasa tersebut setiap generasi mampu berkata iya, bahwa kami memang ADA!
Agan Ahsan 2012
SAPERE AUDE!
Photos taken by Dinda Advena, Veni Yeah, and Wicked Suffer