fbpx

MOVIE REVIEW: VICIOUS FUN (2020)

VICIOUS FUN
Sutradara: Cody Calahan
Kanada (2020)

Review oleh Tremor

Vicious Fun adalah sebuah film horor komedi yang disutradarai oleh seorang pembuat film Kanada bernama Cody Calahan. Film ini layaknya sebuah surat cinta komedi untuk film-film slasher Amerika tahun 80an, sekaligus film nostalgia modern seperti serial Stranger Things (2016), dan Summer of 84 (2018). Judul film ini pun sama sekali tidak berlebihan, karena film ini memang vicious sekaligus fun.

Bersetting pada tahun 1983, Joel adalah seorang kutu buku, penggemar horror, sekaligus jurnalis amatir wannabe yang membuat majalah khusus film horror dengan nama “Vicious Fanatics”. Saat film ini dibuka, kita melihat Joel sedang mewawancarai seorang sutradara horror terkenal. Namun dengan menyebalkan dan congkak, Joel malah mengkritisi cara sutradara itu menulis film-film slashernya. Layaknya seorang kritikus, Joel mungkin merasa kalau ia memiliki ide-ide yang jauh lebih kreatif dibanding sang sutradara. Setelah itu, penonton diperkenalkan dengan kehidupan pribadi Joel. Ia tidak benar-benar memiliki teman kecuali Sarah, teman serumahnya yang diam-diam ingin ia kencani. Tapi Joel adalah seorang kutu buku yg kikuk dan pemalu. Suatu malam, Sarah diantar pulang oleh teman kencan barunya, seorang pemuda yang tampak menyebalkan bernama Bob. Joel pun dibakar api cemburu dan ia segera curiga kalau Bob bukanlah pria baik-baik. Jiwa jurnalis Joel ikut terusik dan malam itu juga ia menguntit Bob.

Setelah mengantar Sarah pulang, rupanya Bob pergi ke sebuah bar. Sesampainya di sana, Joel yang berpura-pura sebagai pengunjung bar biasa memberanikan diri untuk berinteraksi dengan Bob sambil minum. Tapi Joel bukan peminum. Ia segera mabuk dan berusaha untuk pergi dari bar tersebut. Joel yang terlalu mabuk tidak sanggup mencapai pintu keluar. Ia mulai kehilangan kesadaran dan akhirnya tertidur dalam gudang bar. Beberapa jam kemudian, Joel terbangun dan menemukan kalau bar sudah tutup. Saat mencari jalan keluar dari bar, ia melihat ada sekelompok orang duduk melingkar di dalam ruangan utama bar. Salah satu dari mereka memergoki dan mengira Joel sebagai orang yang mereka tunggu-tunggu. Rupanya kelompok tersebut adalah pertemuan self-help / support group, semacam Alcoholics Anonymous di Amerika. Grup seperti ini memang tidak terlalu umum di Indonesia, tapi di Amerika biasanya support group adalah tempat orang-orang yang tak saling kenal menguatkan satu sama lain agar bisa bangkit dari masalah mereka masing-masing. Joel yang tertangkap basah mau tidak mau ikut duduk di tengah mereka dan mencoba berbaur, berpura-pura sebagai pecandu. Betapa kagetnya saat ia menyadari bahwa grup ini sebenarnya adalah support group para pembunuh berantai. Joel, seorang kritikus amatir film horror yang kikuk, menyadari dirinya berada di tengah skenario paling horror dalam hidupnya. Kini ia harus tetap berpura-pura sebagai bagian dari mereka demi keselamatan nyawanya sendiri. Berkat referensi film-film horror dan ide-ide kreatifnya, Joel berhasil mengarang cerita saat tiba gilirannya untuk memperkenalkan diri sekaligus memperkenalkan modus operandinya dalam membunuh. Tapi tak butuh waktu lama hingga cerita bohong Joel terbongkar. Apa yang selanjutnya terjadi hingga film ini berakhir adalah permainan kejar-kejaran dan pertarungan hidup dan mati antara seorang penggemar horror dengan para psikopat sadis.

Vicious Fun berhasil menyampaikan kedua kata yang terkandung dalam judulnya dengan sempurna: ada pembunuhan-pembunuhan kejam dengan banyak darah kental, dan ada juga banyak kesenangan di sepanjang film. Bagian “vicious” film ini jelas banyak datang dari aksi kelompok pembunuh berantai yang kejam. Kita akan melihat usus terburai, mata yang ditusuk, jari-jari terputus, dan banyak pertumpahan darah. Begitu juga dengan bagian “Fun”-nya di mana para anggota kelompok pembunuh berantai dalam film ini juga merupakan salah satu bagian paling menghibur dari keseluruhan film. Mereka seakan-akan diambil dari film tersendiri, dan dipersatukan dalam Vicious Fun. Para pembunuh sadis ini memiliki karakteristik serta keunikan masing-masing: yang satu hanya terobsesi dengan kesadisan dan pembantaian, sementara seorang lainnya adalah pembunuh yang teliti dan penuh perhitungan. Lalu ada juga seorang kanibal, seorang pembunuh massal, dan terakhir adalah seorang sociopath murni, pembunuh paling cerdas dari kelompok ini. Ia memiliki banyak identitas serta mudah berbaur di mana saja. Porsi bagian “fun” lain juga datang dari karakter Joel yang canggung. Ia terus-menerus berusaha untuk menjadi seseorang yang bukan dirinya di sepanjang film, dan jelas ia tidak berhasil. Joel tidak bisa berpura-pura menjadi “cowok cool” di depan Sarah, dan ia juga sangat buruk saat mencoba mengorek-ngorek latar belakang Bob. Bagian kocak lain dari Vicious Fun juga datang dari para karakter petugas kepolisian yang digambarkan secara satir.

Segalanya dalam film ini benar-benar mewakili horror 80-an, dari mulai scoring synth-nya, grafik pembuka film, hingga gore-nya. Karakter Joel sendiri tampak seperti seorang remaja dari era tersebut. Ia bahkan mengenakan vest yang sangat mirip dengan yang dipakai oleh Marty McFly dalam film Back To The Future (1985). Bagi para penggemar horror yang senang mengkritisi hal-hal minor dari sebuah film horror (saya adalah salah satunya), Vicious Fun adalah sebuah film yang akan mengingatkan kita bahwa tujuan dari semua ini adalah soal bersenang-senang, dan kadang kita melupakan hal tersebut karena terlalu berfokus pada kritik sambil mencari-cari kelemahan sebuah film. Pesan ini sangat jelas terasa dalam perbincangan antara Joel dengan seorang sutradara horror. Meskipun saya berharap adegan meeting kelompok pembunuh bisa berdurasi lebih panjang, tapi sama seperti Joel, saya menerima beberapa kekurangan film ini, mengapresiasi tujuan dibuatnya film ini (untuk bersenang-senang), dan tentu saja saya sangat menikmati film yang sangat menghibur ini.

Untuk berdiskusi lebih lanjut soal film ini, silahkan kontak Tremor di email: makanmayat138@gmail.com