TUCKER AND DALE VS EVIL
Sutradara: Eli Craig
Canada (2010)
Review oleh Tremor
Kecurigaan orang-orang perkotaan modern terhadap penduduk dusun yang tinggal di hutan dan pegunungan Amerika sudah menjadi semacam kebiasaan buruk bagi sebagian orang Amerika. Di sana orang dari dusun di pegunungan biasa disebut dengan istilah “Hillbilly”, yang sebenarnya merupakan sebuah bentuk ejekan khas Amerika. Stereotip yang menempel pada para hillbillies adalah orang-orang yang bodoh, jorok, terbelakang, tidak beradab, kasar, kejam, norak, serta prasangka buruk lainnya. Kecurigaan seperti ini kemudian menjadi materi yang sangat umum digunakan dalam banyak film horror lewat subgenre “backwoods horror”. Para Hillbillies dalam film-film bergenre backwoods biasanya digambarkan sebagai orang-orang yang bermasalah secara mental, psikopat, brutal, jorok, maniak, penyiksa, pemerkosa, keturunan incest, dan lain sebagainya. Formulanya selalu sama: sekelompok penduduk kota modern bepergian ke daerah terpencil, kemudian dibantai atau disiksa satu persatu oleh penduduk lokal yang sakit jiwa. Beberapa contoh film bergenre backwoods diantaranya Deliverance (1972), seri The Texas Chainsaw Massacre (1974), House of 1000 Corpses (2003), Wrong Turn (2003) hingga Wolf Creek (2005). Tucker and Dale vs Evil adalah salah satu film horror komedi konyol yang menggunakan elemen backwoods dengan cara yang tepat, cerdas dan lucu. Film ini ditulis dan disutradarai oleh Eli Craig dan merupakan film debutnya sebagai sutradara. Craig sepertinya sangat menikmati membuat film komedi horror, karena pada tahun 2017 ia kembali membuat film serupa yang berjudul Little Evil (2017).
Tucker and Dale vs Evil secara sengaja dimulai dengan pembuka klise ala backwoods horror: sekelompok anak kuliahan dari kota sedang dalam perjalanan untuk berkemah dalam hutan tepat pada hari Memorial Day (salah satu hari raya / libur nasional di amerika). Melihat sekumpulan karakter mahasiswa ini, kita bisa menebak kalau mereka akan dibantai satu persatu. Di tengah perjalanan, mereka berhenti di sebuah toko di daerah terpencil untuk membeli persediaan bir. Di sanalah mereka bertemu dengan dua penduduk asli daerah tersebut secara singkat, sepasang hillbillies redneck bernama Tucker dan Dale yang mencurigakan di mata para anak muda perkotaan tersebut. Kalau kita tidak tahu bahwa film Tucker and Dale adalah film komedi, tentu sejauh ini kita akan berpikir kalau ini hanyalah film slasher backwoods standar: para hillbillies yang tampak menyeramkan tentu akan membantai anak-anak muda di dalam hutan. Tapi dalam pertemuan singkat inilah kita diperlihatkan kalau Dale dan Tucker sebenarnya adalah orang baik. Mereka berdua hanyalah sepasang sahabat yang ingin berlibur sambil mereparasi kabin rusak dalam hutan yang baru dibeli oleh Tucker. Tidak hanya baik, pada dasarnya kedua karakter ini juga sangat sopan dan menyenangkan. Namun prasangka buruk terhadap mereka sudah terlanjur melekat di mata para remaja kota yang mencurigai Dale dan Tucker sejak awal.
Dale adalah seorang pria bertubuh besar dan bisa tampak menyeramkan. Tapi sebenarnya ia adalah seorang pemalu yang memiliki kepercayaan diri rendah. Saat sedang mengemas barang-barang ke mobilnya, Dale melihat dan menganggumi salah satu mahasiswa, seorang gadis bernama Allison. Tucker yang adalah sahabat sejati Dale berusaha mengangkat kepercayaan diri Dale dan mendorongnya untuk berani menyapa Allison. Nasehat Tucker pada Dale agar ia bisa mengatasi rasa gugupnya adalah: jadilah diri sendiri, perbanyak senyum dan coba untuk sedikit tertawa. Dale yang masih saja gugup mulai mengumpulkan keberanian. Ia berusaha menenangkan dirin dengan cara meraih dan menggenggam benda apapun yang ada di dekatnya, yang kebetulan adalah sebuah sabit besar yang biasa digunakan dalam ilustrasi grim reaper. Dale pun berjalan mendekati Allison. Tidak mengherankan kalau teman-teman Allison segera salah menafsirkan upaya Dale untuk berbasa-basi dengan Allison, karena Dale datang sambil membawa sabit besar dan tertawa-tawa. Para anak muda ini akhirnya pergi ketakutan sambil mengancam Dale agar jangan pernah mendekati mereka lagi. Kebingungan dan tertekan dengan ketidakmampuannya untuk berkomunikasi dengan perempuan, Dale semakin merasa tidak percaya diri. Namun Tucker tetap menyemangati sahabatnya. Mereka berdua akhirnya pergi ke kabin rusak milik Tucker di dalam hutan sambil membawa berbagai perkakas untuk memperbaiki kabin: mesin pencacah kayu, pistol paku, hingga gergaji mesin. Keduanya tidak pernah menyangka kalau liburan mereka akan berakhir dengan sangat buruk.
Malam itu juga para mahasiswa menikmati liburan mereka dengan minum-minum mengelilingi api unggun di dalam hutan. Mengikuti tradisi api unggun di malam hari dalam film-film horror, bertukar cerita seram adalah sebuah keharusan. Salah satu dari mereka yang tampak paling dominan bernama Chad mulai menceritakan kisah Memorial Day Massacre, sebuah insiden berdarah yang pernah terjadi di masa lalu dalam hutan yang sama, dimana beberapa mahasiswa pernah dibantai dengan sadis oleh sekelompok hillbillies dan hanya menyisakan satu orang saja yang selamat. Teman-teman Chad tidak suka dengan cerita ini. Mereka memilih untuk pergi berenang di danau dan kembali bersenang-senang. Pada saat bersamaan, Tucker dan Dale juga sedang menikmati liburan mereka dengan cara memancing di atas perahu di danau. Saat melihat anak-anak muda tersebut memasuki danau, Tucker dan Dale yang sopan mencoba untuk pergi karena takut dituduh sebagai pengintip. Tapi di saat itu pulalah keduanya mengejutkan Allison yang kebetulan sedang berdiri di atas sebuah batu besar. Allison terpeleset dan jatuh ke dalam air. Kepalanya terbentur pada batu, dan Allison tenggelam karena pingsan. Tucker segera menyelam untuk menyelamatkan Allison sementara Dale berteriak pada teman-teman Allison: “Temanmu ada pada kami!”. Tentu saja anak-anak muda tersebut ketakutan dan lari tunggang langgang. Dale dan Tucker bingung. Mereka akhirnya membawa Allison yang tidak sadarkan diri ke kabin mereka, sementara para mahasiswa percaya kalau Allison diculik oleh sepasang psikopat yang sudah membuntuti sejak pertemuan singkat di toko.
Kekacauan yang terjadi dalam sisa film ini adalah dampak dari kesalahpahaman antara Tucker/Dale dengan para remaja ini, yang dengan cepat berubah menjadi pertumpahan darah besar-besaran. Teman-teman Allison berusaha untuk menyelamatkannya dari para hillbillies ‘psikopat’, walaupun sebenarnya Tucker dan Dale hanya mencoba melakukan yang terbaik untuk membantu Allison yang terluka. Kedua sahabat ini menjadi semakin bingung dan ketakutan dengan ulah para mahasiswa kota yang mereka anggap gila. Anak-anak muda tersebut mengira Dale dan Tucker adalah pembunuh maniak, dan sebaliknya, Dale dan Tucker mengira para mahasiswa ini psikopat. Anak-anak muda dalam film ini tidak dibantai satu persatu seperti dalam film backwoods pada umumnya, namun mereka tetap mati dengan cara-cara yang mengenaskan sekaligus lucu, yang semuanya adalah akibat ketidaksengajaan dan kepanikan mereka sendiri.
Film Tucker and Dale vs Evil ditulis dengan pemahaman yang sangat kuat seputar genre backwoods horror, ditambah selera humor yang bagus. Plot bagus dalam film ini pada dasarnya adalah bentuk cemoohan terhadap segala ke-klise-an film-film backwoods, di mana para hillbillies di sini ternyata bukanlah manusia bengis, tetapi sebaliknya. Tucker dan Dale tidak pernah mencoba memperkosa atau membunuh siapa pun. Faktanya mereka berdua justru adalah karakter yang paling sopan, menyenangkan, ramah, dan polos dalam sepanjang sejarah film horror. Semua hal klise genre slasher dan backwoods diolok-olok dan diputarbalikkan dalam film yang penuh darah namun sangat menghibur ini. Tapi olok-olok yang dimaksud di sini bukanlah sebuah ekspresi kebencian terhadap genre backwoods atau genre horror pada umumnya. Sebaliknya, Tucker and Dale vs Evil justru memberi penghargaan pada film-film horror klasik seperti Deliverance (1972), seri Friday the 13th, hingga the Texas Chain Saw Massacre dalam beberapa adegannya. Namun naskah yang baik, pengarahan yang solid dan selera humor yang tepat saja tidak cukup untuk menjadikan film ini sebagai tontonan yang memuaskan. Sebagian kesuksesan dari film Tucker and Dale vs Evil bisa tercapai berkat para aktornya, terutama kedua pemeran Tucker dan Dale. Chemistry antara kedua karakter ini sangat kuat, lucu, dan menyenangkan untuk dilihat. Mereka berhasil mencerminkan sebuah hubungan pertemanan terbaik dengan sempurna dan keduanya tampak begitu nyaman dengan satu sama lain. Sangat mudah untuk jatuh hati pada mereka berdua, dan dalam sepanjang film ini penonton tentu akan selalu merasa khawatir dengan keselamatan Tucker dan Dale.
Sebagai seorang awam, saya pikir membuat film horor komedi yang sukses adalah sesuatu yang cukup sulit untuk dicapai, apalagi banyak orang memiliki selera humor yang berbeda-beda. Usaha untuk membuat film horor komedi bisa dengan mudah menjadikan sebuah film terasa murahan, norak, tidak jelas atau hanya mengulang yang sudah pernah ada. Tucker and Dale vs Evil memahami betul inti dari komedi (walaupun dengan cara yang agak gelap) dan saya rasa film ini bisa dibilang sangat berhasil karena memiliki semua yang kita bisa harapkan dari sebuah film horor komedi: gelak tawa, senyum simpul, perasaan geli, karakter yang menyenangkan, romansa ringan, ditambah dengan banyak adegan kematian penuh darah. Film ini bermain-main dengan elemen-elemen klise yang membosankan dan paling umum dari film-film backwoods yang diracik menjadi sebuah tontonan sangat menghibur. Sejauh ingatan saya, Tucker and Dale Vs. Evil adalah satire film horor yang paling lucu, paling cerdas, dan paling ringan yang pernah saya tonton. Saya pribadi sama sekali tidak keberatan kalau harus menonton ulang film ini di kemudian hari. Dan saya merasa sangat beruntung karena menonton film ini tanpa pernah melihat trailernya terlebih dahulu, karena saat saya sedang mencari link trailernya untuk review ini, ternyata isinya merupakan kumpulan adegan-adegan penting Tucker and Dale vs Evil. Sayang sekali. Jadi kalau kalian belum menonton film ini sebaiknya hindari trailernya dan nikmati semua kejutannya.
Untuk berdiskusi lebih lanjut soal film ini, silahkan kontak Tremor di email: makanmayat138@gmail.com