THE RETURN OF THE LIVING DEAD
Sutradara: Dan O’Bannon
USA (1985)
Review oleh Tremor
Gagasan bahwa para zombie ingin memangsa otak manusia telah menjadi bagian mitos zombie yang diterima cukup luas oleh masyarakat umum tentang makhluk ini. Tapi banyak orang akan terkejut saat mengetahui bahwa elemen zombie memangsa otak manusia tidak berasal dari film yang dianggap sebagai tonggak sinema zombie modern berjudul Night of the Living Dead (1968), ataupun dari film-film zombie lainnya di sepanjang tahun 1970-an. Ide soal otak tidak pernah benar-benar diperkenalkan secara khusus sampai pada tahun 1985 dalam film horor komedi berjudul The Return of the Living Dead (yang akan saya singkat TROTLD). Awalnya, John Russo (partner kerja George Romero dalam Night of the Living Dead 1968, sekaligus pemegang hak milik judul tersebut) berencana untuk membuat film sekuel langsung dari Night of the Living Dead tanpa melibatkan Romero. Akhirnya cerita sequel yang telah ia tulis diserahkan pada penulis naskah Dan O’Bannon yang kemudian merombak total cerita TROTLD sambil menyuntikkan banyak komedi ke dalamnya. Menurut saya apa yang dilakukan oleh O’Bannon adalah hal yang sangat tepat, karena pada akhirnya ia berhasil membuat sebuah terobosan baru dalam genre zombie, dan bukan hanya sebagai “pengikut” Night Of The Living Dead 1968 belaka. Berkat keputusan O’Bannon, TROTLD pun menjadi salah satu film terpenting dalam sejarah sinema zombie. Dalam industri film, Dan O’Bannon lebih dikenal sebagai penulis naskah dengan karyanya yang paling fenomenal: Alien (1979). TROTLD sendiri merupakan debut O’Bannon sebagai sutradara, dan kelihatannya ia tidak begitu menikmati duduk di kursi sutradara. Di sepanjang karirnya, ia hanya menyutradarai dua film saja, TROTLD pada tahun 1985, dan adaptasi novella H.P. Lovecraft berjudul The Resurrected (1991). TROTLD juga sering kali disebut sebagai film “punk-rock zombie” dengan alasan yang sangat kuat. Selain menampilkan segerombolan anak punk 80-an di dalamnya, film ini juga terkenal dengan soundtrack-nya yang berisikan band-band punk dan deathrock bertema horror yang tidak pernah terasa ketinggalan jaman hingga hari ini. Band-band pengisi soundtrack TROTLD tidak main-main, dari mulai The Damned, The Cramps, 45 Grave, T.S.O.L. semua ada di sini.
Seorang remaja bernama Freddy baru saja mendapatkan pekerjaan di gudang peralatan medis Uneeda Medical Supply. Pada hari pertamanya bekerja, supervisor-nya yang bernama Frank menceritakan bahwa film Night of The Living Dead buatan Romero merupakan film yang berdasarkan pada kisah nyata. Diceritakan bahwa pada akhir tahun 60an, militer mengembangkan gas kimiawi bernama 245 Trioxin yang rupanya dapat menyebabkan mayat-mayat bangkit dari kematian. Insiden ini kemudian dirahasiakan dan semua sisa-sisa mayat hidup yang tidak bisa dibunuh tersebut disegel dalam gentong berproteksi khusus dan dikirim ke berbagai tempat penyimpanan rahasia militer. Fred tentu tidak percaya. Tapi cerita Frank belum tuntas. Beberapa tahun lalu, beberapa gentong tersebut terkirim ke gudang Uneeda Medical Supply karena kesalahan teknis dalam pengiriman. Untuk membuktikan bahwa ceritanya bukanlah omong kosong, sekaligus mencoba menakut-nakuti Freddy, Frank pun segera memperlihatkan gentong-gentong zombie yang selama bertahun-tahun perusahaannya simpan secara diam-diam di ruang bawah tanah. Namun secara tidak sengaja Frank membuat kebocoran pada salah satu gentong, dan gas beracun trioxin pun menyembur keluar. Frank dan Freddie pingsan seketika. Gas beracun itu menyebar ke seluruh gudang lewat saluran udara. Ketika keduanya siuman, mereka menemukan salah satu mayat cadaver telah hidup kembali di ruang penyimpanannya. Tak hanya itu, semua sampel pelajaran biologi dari mulai (setengah tubuh) anjing yang diawetkan hingga koleksi kupu-kupu pun mulai bergerak-gerak kembali akibat terpapar gas trioxin. Dalam keadaan panik, Frank memutuskan untuk memanggil bosnya, Burt, sang pemilik gudang.
Sementara itu kita diperkenalkan dengan segerombol anak punk. Mereka adalah teman-teman Freddy yang hendak menjemput Fred. Sambil menunggu Freddy selesai bekerja, mereka memutuskan untuk menghabiskan waktu dengan cara berpesta di tanah pemakaman tua yang terletak tepat di seberang gudang Uneeda Medical Supply. Saat Burt datang ke gudang, ia menolak untuk menghubungi polisi atau tentara demi menjaga nama baik perusahaannya. Apalagi seharusnya ia sudah melaporkan keberadaan gentong-gentong zombie tersebut pada militer sejak dulu. Burt pun memutuskan bahwa satu-satunya cara mengatasi masalah ini adalah dengan membunuh zombie yang baru saja bangkit di ruang penyimpanan cadaver. Mengikuti logika dalam film yang pernah mereka tonton (Night of the Living Dead), mereka mencoba menghancurkan kepala zombie tersebut. Namun usaha itu sia-sia, karena rupanya zombie dalam dunia nyata mereka tidak bisa dibunuh. Setiap bagian tubuh zombie yang mereka potong-potong masih bisa bergerak-gerak dan berusaha untuk membunuh. Burt akhirnya mendapatkan ide lain: membakar semua potongan tubuh zombie tersebut di mesin kremasi yang dioperasikan oleh sahabatnya, Ernie, di pemakaman seberang, lokasi di mana teman-teman Freddy sedang berpesta. Setelah mengangkut semua potongan tubuh zombie ke krematorium, Burt berusaha meyakinkan Ernie untuk mengkremasi potongan-potongan tubuh tersebut dan mereka berempat harus merahasiakan kejadian ini. Ernie pun setuju, dan semua potongan tubuh dibakar dengan suhu tertinggi hingga tidak tersisa apapun, kecuali asap dan abu yang keluar lewat cerobong asap. Burt berpikir masalahnya sudah selesai.
Kebetulan saat itu hujan mulai turun di luar. Asap dan abu yang membubung tinggi keluar dari cerobong asap krematorium mulai bercampur dengan hujan deras, turun sebagai hujan asam dan meresap ke tanah di pemakaman. Para anak punk yang sedang berpesta di sana pun berlarian mencari tempat berteduh di gudang Uneeda Medical Supply di mana mereka berhadapan dengan salah satu zombie yang rupanya berhasil keluar dari gentong militer. Tak lama kemudian mayat-mayat di pemakaman juga mulai bangkit satu persatu karena terpapar trioxin, dan para pekerja gudang bersama para anak punk akhirnya terjebak dan harus bekerja sama untuk mempertahankan diri dari gerombolan mayat hidup yang lapar ini.
TROTLD adalah film yang kocak, terutama dari sisi penggambaran zombie-nya. Kontribusi penulis Dan O’Bannon dalam kanon cinema zombie secara keseluruhan tidak kalah penting dari karya-karya George Romero. Zombie versi O’Bannon benar-benar berbeda. Mereka adalah mayat hidup dalam arti sebenarnya: sesuatu yang sudah mati tentu tidak akan bisa dibunuh kembali. Zombie-zombie O’Bannon tetap bisa bergerak walaupun kepalanya dihancurkan. Mereka bisa berbicara, berpikir, bernalar dan bernegosiasi. Mereka juga adalah mayat-mayat hidup yang cerdas karena sanggup saling bekerja sama, menyusun strategi, hingga melakukan penyergapan berencana. Salah satu adegan paling memorable dari film ini adalah saat satu zombie menggapai radio di dalam mobil polisi dan mengirimkan pesan “send more cops” pada operator di kantor polisi, yang tujuannya tentu saja adalah memanggil lebih banyak polisi yang bisa mereka santap otaknya. Apa yang terjadi setelahnya benar-benar konyol. Namun selain adegan tersebut, sebenarnya ada lebih banyak lagi adegan-adegan memorable lainnya dalam film ini. Hal paling signifikan dari TROTLD adalah yang sudah saya sebutkan di awal tulisan, bahwa ini merupakan pertama kalinya dunia diperkenalkan dengan ide tentang zombie yang tidak terlalu berminat mengkonsumsi daging. Mereka hanya ingin melahap otak manusia. Dalam TROTLD ada satu adegan di mana salah satu zombie menjelaskan bahwa berada dalam kondisi mati adalah hal yang sangat menyakitkan, dan satu-satunya hal yang sanggup meredakan rasa sakit tersebut adalah dengan cara mengkonsumsi otak manusia. Walaupun ide tersebut jauh dari ilmiah, tapi ini adalah momen penting untuk kanon cerita zombie dan menjadi titik di mana zombie serta otak manusia menjadi sesuatu yang tak terpisahkan. Kapanpun kalian menemukan kartun atau komik yang menggambarkan sosok zombie yang menginginkan otak manusia sambil berkata “braaiiiinn…”, disitulah pengaruh besar TROTLD akan terasa. Hal penting lain dari TROTLD adalah mungkin untuk pertama kalinya dalam sejarah sinema film zombie populer, dunia diperkenalkan dengan gerombolan zombie yang sanggup berlarian mengejar mangsa. Kesemua faktor inilah yang pada akhirnya menjadikan TROTLD sebagai film zombie yang ikonik dan berbeda dari film zombie lainnya.
Salah satu karakter zombie favorit saya juga ada dalam film ini. Ia diberi nama “Tarman”, sebuah nama yang kemudian menjadi sangat populer dalam dunia film zombie. Nama Tarman sendiri lahir dari julukan yang dilontarkan oleh salah satu anak punk untuk zombie yang keluar dari gentong rahasia militer di gudang bawah tanah Uneeda Medical Supply. Sesuai dengan namanya, tubuh Tarman dipenuhi dengan lumuran tar kental berwarna hitam. Caranya menggerakkan lengan dan kakinya yang panjang terasa sangat janggal, dengan ekspresi wajah yang seperti film kartun. Menurut saya, Tarman merupakan salah satu karakter zombie era 80-an yang paling ikonik dan bisa dibilang setara dengan karakter zombie Bub dari Day of The Dead (1985). Desain Tarman yang brilian membuatnya tetap dikenang sampai hari ini sebagai satu dari banyak kreasi zombie terbaik yang pernah ada dalam film zombie. Sayangnya kemunculan Tarman dalam TROTLD tidak terlalu banyak.
Di atas semua itu, pada dasarnya saya pribadi memang sangat menyukai film ini karena TROTLD terasa sangat fun. Film ini memiliki banyak elemen komedi, horror dan gore tanpa perlu dibumbui konflik melodrama yang tidak penting. The Return of the Living Dead merupakan film zombie murni yang sederhana, klasik, lucu, dan menyenangkan. Saya menaruh banyak rasa hormat pada semua film Trilogy of The Dead zombie buatan George Romero, tetapi TROTLD selalu mendapat tempat spesial dalam hati saya.
Untuk berdiskusi lebih lanjut soal film ini, silahkan kontak Tremor di email: makanmayat138@gmail.com