THE RENTAL
Sutradara: Dave Franco
USA (2020)
Review oleh Tremor
The Rental adalah sebuah film thriller / horror buatan aktor Dave Franco yang untuk pertama kalinya mencoba duduk di kursi sutradara. Sebagai seorang aktor, Franco biasa berperan dalam film-film bergenre non-horror, tapi jauh di dalam lubuk hatinya mungkin ia memang menyukai genre ini. Dalam The Rental, ia tidak hanya bekerja sebagai sutradara, tetapi juga ikut andil dalam penulisan naskahnya. The Rental sendiri merupakan jenis film yang sebaiknya ditonton tanpa kalian tahu apapun tentang plotnya, karena paket thriller / horor ini akan membawa penontonnya ke beberapa arah yang berbeda sebelum akhirnya mengungkapkan teror sesungguhnya secara tidak terduga. Sangat sulit untuk menuliskan plot film ini tanpa spoiler, jadi saya akan menuliskannya dengan singkat saja.
Sepasang rekan kerja, Mina dan Charlie, mengajak pasangan mereka masing-masing untuk menghabiskan akhir pekan bersama di sebuah vila mewah di puncak tebing yang mereka sewa secara online. Charlie mengajak istrinya yang bernama Michelle, sementara Mina mengajak kekasihnya, Josh, yang juga adalah adik kandung Charlie. Harga sewa vila ini memang agak mahal, tapi tentu akan sebanding dengan suasana tenang dan pemandangan menghadap laut yang sangat indah. Lokasinya sendiri cukup terpencil dan jauh dari peradaban, sangat ideal untuk bersenang-senang di sepanjang akhir pekan tanpa gangguan. Perjalanan mereka menuju ke vila itu dimulai dengan tidak menyenangkan saat Mina, yang merupakan keturunan timur tengah, mulai mencurigai kalau pengurus vila yang mereka sewa adalah seorang rasis. Pasalnya, sudah tiga kali Mina mencoba memesan vila itu tetapi selalu ditolak tanpa alasan. Tapi saat Charlie, seorang laki-laki kulit putih, mencoba menyewanya sesaat setelah Mina ditolak, pengurus vila langsung menyetujuinya. Sesampainya di sana, mereka berempat segera disambut oleh Taylor, seorang laki-laki yang menjaga sekaligus menyewakan vila ini. Taylor tampak tidak menyenangkan, dan benar aja, ia kemudian mengeluarkan beberapa komentar sarkas bernada rasialis yang ditujukan pada Mina. Suasana pun menjadi agak awkward karena Mina tersinggung dan mulai naik pitam. Pada akhirnya suasana pun menegang antara Taylor dan Mina sebelum akhirnya Taylor pergi. Masalahnya, walaupun teman-temannya berpihak pada Mina, tetapi mereka berempat sudah tidak bisa membatalkan liburan akhir pekan ini. Apalagi mereka telah merencanakan liburan ini sejak lama. Tujuan mereka hanya satu, ingin bersenang-senang dan menikmati waktu. Charlie, Josh dan Michelle pun berusaha menenangkan Mina. Lagipula Taylor sudah pergi setelah menyerahkan kunci vila, dan mereka tidak perlu lagi berurusan dengannya. Mina pun meredam amarahnya karena ia juga ingin bersenang-senang. Namun liburan akhir pekan yang seharusnya menyenangkan ini mulai berubah menjadi sesuatu yang mencekam dan menegangkan sejak Mina menemukan sebuah kamera tersembunyi di kamar mandi. Rupanya seseorang telah “menonton” mereka sejak awal. Dari sini saya harus berhenti menulis lebih jauh, karena perjalanan sesungguhnya film ini baru saja dimulai.
The Rental menghabiskan lebih dari setengah durasi awal film sebagai kisah drama seputar hubungan antara ke-empat karakter ini. Dengan total durasi yang hanya satu setengah jam ini, rasanya ketegangan thriller yang terjadi dalam babak kedua, dan kemudian pengungkapan mengerikan yang terjadi di babak ketiga menjadi terasa terlalu cepat dan singkat. Porsi drama yang agak terlalu panjang di awal mungkin tidak akan membuat kalian kecewa kalau kalian tidak mengharapkan momen-momen mencekam untuk dimulai sesegera mungkin. Sejak Mina menemukan kamera tersembunyi di vila sewaan ini, The Rental mulai mengubah haluan plotnya menjadi film thriller psikologis penuh. Dan tepat ketika kita berpikir bahwa kita mulai sedikit memahami arah film ini, sutradara Franco mengubah lagi haluan plotnya ke teritori genre horor, yang pada akhirnya ikut mengubah keseluruhan film ini dengan cara yang baik. Kita juga akan sedikit masuk ke teritori film-film tentang rasa terisolasi, karena tidak ada jalan keluar bagi Mina dan kawan-kawan. Tempat yang mereka pilih untuk berlibur sangat jauh dari mana-mana dan tidak akan ada orang yang bisa mendengar teriakan-teriakan mereka kalau terjadi sesuatu yang buruk. Satu-satunya jalan keluar dalam keadaan darurat adalah mobil mereka sendiri. Lapisan pengungkapan demi pengungkapan dikemas dengan sangat baik sejak awal, dengan ritme waktu yang tepat pula. Akhirnya The Rental memperlihatkan wujud aslinya dalam babak ketiga, membuat saya menghela nafas lega karena akhirnya skenario film ini menuju ke suasana penuh kepanikan, ketegangan dan mimpi buruk. Saya juga sangat menyukai ending film ini, momen di mana saya baru benar-benar menyadari kisah tentang siapa The Rental sebenarnya. Perlu dicatat, walaupun akan ada banyak cipratan darah, tapi sisi horor The Rental tidak mengandalkan adegan-adegan sadis dan gore, melainkan lebih pada ide dan suasana intens yang mencekam.
Ide dasar dalam The Rental bisa saja membuat para penonton menjadi paranoid untuk menyewa airbnb, kamar hotel, vila, atau rumah sewa online lainnya untuk rencana liburan mereka. Apalagi memang pernah ada beberapa kejadian di dunia nyata di mana ditemukan spycam pada toilet kampus, ruang ganti, hingga kamar hotel yang sengaja dipasang oleh para pervert. Mungkin itulah yang dijadikan sebagai premis awal film ini, sebelum membungkusnya ke arah yang lebih berbeda, karena antagonis dalam The Rental jauh lebih sakit jiwa dari seorang pervert pengintip biasa. Sutradara Dave Franco melakukan pekerjaan yang cukup baik dalam menghantarkan lapisan ketegangan dalam The Rental, membuat penonton ikut merasakan semua suasana mencekam, kecemasan, rasa bingung dan tekanan yang dialami oleh setiap karakternya. Lewat debut yang cukup solid ini, Dave Franco membuktikan kalau ia lumayan menjanjikan sebagai sutradara. Saya pribadi berharap ia bisa lebih berani lagi dalam film-film horror yang mungkin saja akan ia buat di masa yang akan datang. Walaupun The Rental sama sekali tidak menawarkan hal-hal baru untuk para pecinta thriller / horror, tapi film ini cukup menghibur, membuat kita ikut cemas di beberapa bagian, dan membawa kita terombang ambing mengikuti plot yang mengalir ke arah tak terduga.
Untuk berdiskusi lebih lanjut soal film ini, silahkan kontak Tremor di email: makanmayat138@gmail.com