THE MIDNIGHT MEAT TRAIN
Sutradara: Ryûhei Kitamura
USA/UK (2008)
Review oleh Tremor
The Midnight Meat Train adalah sebuah film horror brutal yang diadaptasi secara lepas dari cerpen karya novelis horror legendaris asal Inggris, Clive Barker dengan judul yang sama. Film ini disutradarai oleh sutradara asal Jepang, Ryuhei Kitamura, yang sebelumnya pernah membuat film action fantasi berjudul Versus (2000) serta Azumi (2003). Cerita-cerita buatan Clive Barker jarang sekali berhasil diterjemahkan ke dalam bentuk film dengan baik. Sejauh ini film adaptasi karya Barker yang dianggap paling menonjol tentu saja hanyalah Hellraiser (1987) dan Candyman (1992). Mungkin itu karena karya sastra Clive Barker dipenuhi dengan kreativitas unik dan detail yang tidak umum. Cara bercerita Barker yang tidak konvensional dan mendetail inilah yang menjadi penyebab sulitnya menerjemahkan cerpen dan novelnya ke layar lebar. Bagaimanapun, film The Midnight Meat Train adalah salah satu film yang saya anggap cukup berhasil mengatasi kesulitan tersebut, terutama dalam hal story-telling-nya.
Film ini berkisah tentang Leon, seorang fotografer yang memiliki passion menangkap foto momen-momen kesibukan kota New York. Namun ia merasa hobinya tidak akan pernah berkembang menjadi karir profesional. Pacarnya yang bernama Maya mendorong Leon untuk tetap optimis. Kebetulan salah satu teman mereka bernama Jurgis memiliki kenalan orang-orang penting di galeri berkelas. Atas permintaan Maya, akhirnya Jurgis memperkenalkan Leon pada seorang kurator seni terkenal, Susan Hoff, yang melihat potensi dari diri Leon. Namun menurut Susan, foto-foto yang Leon presentasikan masih terasa kurang kuat. Leon diminta untuk menghasilkan foto-foto lain yang lebih kuat agar bisa ikut pameran. Kesempatan Leon untuk menjadi fotografer profesional ada di depan mata dan ini mendorongnya untuk mulai berkeliaran berburu foto yang sempurna setiap malam. Tanpa ia sadari, Leon sebenarnya terobsesi menangkap momen-momen gelap, seperti kejadian kecelakaan misalnya. Ia pun mulai berkeliaran di area-area yang dianggap berbahaya, contohnya sekitar stasiun kereta bawah tanah. Suatu malam, atau lewat tengah malam tepatnya, ia membuntuti segerombol anak muda yang ia curigai sebagai kelompok kriminal. Dan benar saja, saat mereka turun ke stasiun kereta bawah tanah, para pemuda ini menodong dan mengancam seorang perempuan. Leon segera menangkap momen tersebut dengan kameranya, kemudian ia memberanikan diri mengintervensi aksi anak-anak muda tersebut. Perempuan tersebut berterima kasih, dan Leon sempat mengabadikan momen sebelum perempuan tersebut memasuki kereta tengah malam.
Susan Hoff sangat puas dengan foto penodongan di stasiun kereta bawah tanah yang diabadikan Leon. Kurator itu kemudian meminta Leon untuk mendapatkan dua foto lagi dengan kekuatan dan kesempurnaan momen yang sama, agar Leon bisa ikut dalam pamerannya dalam waktu dekat. Leon pun semakin semangat. Namun ia sangat terkejut saat membaca berita tentang seorang model bernama Erika Sakaki yang hilang tanpa jejak. Perempuan yang Leon selamatkan rupanya adalah model yang ada dalam berita tersebut, dan Erika tidak pernah keluar dari kereta malam yang ditumpanginya. Leon menyadari bahwa mungkin ia adalah orang terakhir yang melihat Erika hidup-hidup. Ia pun membawa foto-fotonya ke polisi yang tampaknya acuh tak acuh soal kejadian ini. Leon yang penasaran memutuskan untuk menyelidikinya sendiri. Sambil menjinjing kamera, Leon mulai lebih sering berkeliaran di sekitar stasiun kereta bawah tanah di tengah malam. Lagipula ia masih harus mendapatkan dua foto lagi untuk pamerannya. Suatu malam ia melihat seorang pria misterius bertubuh besar, pendiam, berpakaian rapi dan berwajah sangat dingin keluar dari stasiun. Leon menyadari kalau pria tersebut sempat terfoto secara tidak sengaja dalam foto Erika yang terakhir, sebelum model tersebut masuk ke dalam kereta. Leon pun membuntuti pria menyeramkan tersebut. Pria ini, yang kemudian kita ketahui dikenal sebagai dengan nama Mahogany rupanya adalah seorang tukang jagal di pejagalan daging. Namun Leon bukanlah seorang penyelidik yang baik. Mahogany menyadari betul kalau ia sedang dibuntuti. Investigasi Leon mulai berkembang menjadi obsesi yang berbahaya. Ia mendatangi perpustakaan setempat dan membaca banyak sekali berita lama di mana ia menemukan fakta bahwa Erika Sakaki hanyalah satu dari banyak sekali orang yang hilang di kereta bawah tanah tengah malam kota New York selama beberapa tahun terakhir. Leon sangat mencurigai Mahagony sebagai pembunuh berantai yang bertanggung jawab atas banyaknya kasus orang hilang di sepanjang rute kereta api malam. Tapi semuanya sudah terlambat bagi Leon saat investigasinya mulai menyeretnya ke dunia yang jauh lebih gelap lagi, tanpa jalan kembali.
Plot yang saya tulis mungkin terdengar cukup sederhana, tapi sebenarnya film ini jauh lebih kompleks dan kreatif dari film horor biasanya. The Midnight Meat Train membangun serta mengupas lapisan demi lapisan misterinya secara perlahan, membiarkan penonton kebingungan lalu menyadari sendiri setiap petunjuk yang ada tanpa perlu didikte, ditambah dengan beberapa situasi aneh yang bermunculan sejak awal film, menjadikan The Midnight Meat Train cukup menarik untuk terus disimak hingga akhir. Tentu saja itu hanya berlaku bagi mereka yang menghindari spoiler sebelum menontonnya. Itulah mengapa saya tidak bisa menceritakan plotnya terlalu jauh, karena akan merusak kejutannya bagi mereka yang belum menonton. Twist dari film ini sendiri mendapat respon yang berbeda-beda dari banyak penggemar horror. Saya pribadi menyukai ending film ini yang, menurut saya, justru sangat Clive Barker. Mereka yang kecewa biasanya adalah mereka tidak begitu familiar dengan ciri khas kisah-kisah buatan Clive Barker, dan mereka menduga kalau The Midnight Meat Train adalah sebuah film jagal / slasher / torture porn generik.
Dari judul filmnya saja kita tentu sudah bisa memastikan kalau The Midnight Meat Train akan penuh dengan adegan-adegan gore elegan khas Clive Barker yang kita semua kagumi sejak Hellraiser: penuh darah dan bagian tubuh yang terputus, puitis, serta penuh momen sureal layaknya adegan-adegan dalam sebuah mimpi buruk. Tapi keluhan terbesar saya pada film ini justru ada pada adegan-adegan gore di awal film ini, di mana sutradara Kitamura memutuskan untuk menggunakan banyak efek CGI yang terlihat mencolok dan berlebihan, termasuk pada cipratan darah yang tampak sangat palsu. Adegan yang saya maksud adalah saat bola mata terbang keluar dari rongganya di awal film. Adegan ini memiliki sedikit kesan kartun dan terasa sangat tidak cocok dengan nada film ini secara keseluruhan. Untungnya semakin jauh film ini berjalan, penggunaan CGI-nya pun semakin jauh berkurang. Pada adegan-adegan gore berikutnya, para penggemar special effect tradisional malah akan mendapat kepuasannya sendiri. Highlight bagi saya adalah saat Mahagony mencabuti gigi, kuku, dan mencongkel mata korbannya sebelum menggantung kaki mereka pada kail daging. Adegan tersebut diperlihatkan dengan sangat mendetail, penuh fokus dan seakan nyata. Tidak ada kesan kartun di dalamnya karena ini dikerjakan dengan special effect tradisional. Keberhasilan adegan itu saja sudah cukup membuktikan kalau film ini sebenarnya memang tidak membutuhkan efek CGI sama sekali. Keluhan lain saya adalah pemeran Leon yang acting-nya tidak begitu meyakinkan. Kita hampir tidak bisa membedakan kapan Leon saat masih normal, dan kapan ia mulai terobsesi hingga sedikit kehilangan logika sehatnya. Untungnya kekuatan film ini bukan terletak pada karakter Leon, melainkan pada sosok Mahagony dan palu dagingnya yang diperankan dengan sangat sempurna oleh Vinnie Jones. Ia berhasil tampil sebagai ‘malaikat maut’ yang walaupun terlihat tenang, tetapi sangat mengancam. Karakter ini terasa berkarisma dan sangat mengintimidasi walaupun hanya lewat sorotan matanya saja. Meskipun Mahagony nyaris tidak pernah berbicara di sepanjang film (dengan alasan yang akan dijelaskan pada klimaks film ini), tetapi ia tetap bisa menghadirkan ancaman hanya lewat bahasa tubuhnya saja. Setiap kali Mahagony tampil di layar, ia tampak selalu mengancam sekaligus sangat tenang. Tapi yang menarik, karakter ini juga tampak penuh dengan kesedihan sejak film ini dimulai, dan itu memiliki alasannya sendiri yang akan dijelaskan kemudian dalam klimaks film.
Poin plus film ini ada pada kisah horor yang kreatif dan berbeda dari biasanya. Sebagai film horor, The Midnight Meat Train memang tidak sempurna. Tetapi menurut saya film ini berada di atas dari rata-rata dan merupakan sebuah perjalanan horror yang menegangkan, penuh kejutan, sekaligus menyenangkan untuk ditonton.
Untuk berdiskusi lebih lanjut soal film ini, silahkan kontak Tremor di email: makanmayat138@gmail.com