THE LIVING DEAD AT THE MANCHESTER MORGUE aka LET SLEEPING CORPSES LIE
Sutradara: Jorge Grau
Spain / Italy (1974)
Review oleh Tremor
The Living Dead at the Manchester Morgue adalah sebuah film zombie klasik hasil kerjasama antara Italia dan Spanyol yang dirilis pada tahun 1974. Judul aslinya sendiri adalah Non si deve profanare il sonno dei morti dalam bahasa Italia, dan No profanar el sueño de los muertos dalam bahasa Spanyol. Secara harafiah kedua judul tersebut memiliki arti yang sama yaitu “Do Not Profane the Sleep of the Dead”. Film yang disutradarai oleh Jorge Grau ini kemudian dirilis menggunakan judul-judul lain untuk negara-negara berbeda, dari mulai judul internasionalnya yang paling populer dan dianggap “resmi” yaitu Let Sleeping Corpses Lie. Judul tersebut dianggap sebagai yang paling mendekati arti judul aslinya. Lalu ada judul Breakfast at the Manchester Morgue (yang pernah dijadikan judul lagu oleh band grindcore / death metal Impetigo pada tahun 1992), Don’t Open the Window, The Living Dead Massacre, Invasion of the Zombies, dan masih banyak lagi. Namun judul The Living Dead at the Manchester Morgue (yang akan saya singkat sebagai “Manchester Morgue” saja dalam tulisan ini) sudah terlanjur melekat di hati para penggemar horror. Bahkan band death metal legendaris asal Inggris, Carcass, baru saja merilis single menggunakan judul versi ini tahun lalu. Pada awalnya, proyek Manchester Morgue adalah sebuah usaha untuk membuat remake film fenomenal Night of The Living Dead (1968) versi Eropa. Namun dalam perkembangannya, film ini justru menjadi film zombie yang sama sekali berbeda karena sutradara Jorge Grau ingin membuat sesuatu yang lebih orisinil. Berkat keputusan briliannya itulah Manchester Morgue batal menjadi sebuah sekedar film remake copycat belaka, dan berhasil menjadi sebuah film zombie legendaris dan ikonik yang cukup menonjol dengan gayanya sendiri.
Seorang anak muda pedagang barang antik bernama George mengendarai sepeda motornya di jalanan pedesaan untuk mengunjungi temannya. Saat berhenti di sebuah pom bensin, motornya rusak setelah tertabrak mobil yang dikemudikan oleh seorang garis muda bernama Edna. George pun meninggalkan motornya pada montir di pom bensin untuk diperbaiki, dan ia meminta tumpangan pada Edna karena mereka memiliki tujuan yang searah. Edna setuju untuk mengantar George karena sadar bahwa Edna bertanggung jawab setelah menghancurkan satu-satunya alat transportasi milik George. Tapi Edna meminta untuk pergi ke tujuannya terlebih dahulu, yaitu ke rumah saudara perempuannya, Katie, yang tinggal di sebuah desa terpencil di balik perbukitan. Di tengah jalan mereka terpaksa berhenti karena tersesat, dan George memutuskan untuk menanyakan arah pada penduduk setempat. Saat itulah ia melihat beberapa ilmuwan dan seorang petani setempat yang sedang bereksperimen dengan sebuah mesin di ladang. Mereka mengklaim kalau mesin itu dirancang untuk membunuh hama serangga dengan menggunakan radiasi ultra-sonik. Sayangnya, mereka tidak menyadari kalau mesin ini bukan hanya mampu membunuh serangga, tetapi juga sanggup menghidupkan kembali manusia yang sudah meninggal.
Sesampainya di desa tujuan, mereka menemukan suami Katie yang bernama Martin baru saja terbunuh secara brutal. Katie sendiri menyaksikan pembunuhan ini, dan penonton tahu bahwa pembunuhnya adalah sosok mayat hidup yang muncul dari balik pepohonan. Namun tidak satupun polisi yang mempercayai Katie. Apalagi saat mereka menemukan kalau Katie adalah seorang pengguna heroin dan sedang di bawah pengaruh narkoba saat pembunuhan terjadi. Polisi juga melarang George dan Edna meninggalkan desa tersebut karena mereka ikut dicurigai terlibat dalam pembunuh Martin. Sambil polisi mengumpulkan bukti untuk menjerat mereka, kini George dan Katie juga harus ikut mencari bukti bahwa mereka tidak bersalah. Dalam usaha inilah mereka berdua kemudian berhadapan langsung dengan mayat-mayat yang tiba-tiba bangkit dari tidurnya di kuburan setempat. Kini mereka tahu betul siapa pembunuh Martin, namun tentu saja para polisi yang tidak ikut menyaksikan insiden serangan zombie di kuburan mengganggap kalau cerita soal mayat berjalan sebagai bualan belaka. Mereka yakin kalau George dan Edna adalah anggota pemuja setan dari kota besar yang sedang melakukan ritual-ritual sadis dan mengacaukan kehidupan pedesaan yang tenang. Kini George dan Edna harus berusaha menyelamatkan diri dari kejaran polisi sekaligus mayat-mayat hidup yang kelaparan.
Besar kemungkinan Manchester Morgue menjadi cukup menonjol dalam genre-nya karena film ini merupakan salah satu film zombie pertama yang muncul pasca Night of the Living Dead, era di mana formula dan segala ke-klise-an film zombie modern belum benar-benar terbentuk. Satu hal yang perlu kita ingat, film ini dirilis pada tahun 1974 dan tidak banyak film zombie kanibalistik di masa itu. Walaupun bukan film zombie pertama, tetapi Night of the Living Dead-nya Romero dianggap sebagai pionir genre film zombie modern. Namun untuk sisi gore-nya, Manchester Morgue mengandung lebih banyak adegan gore daripada film Night of the Living Dead yang awalnya ia coba tiru. Sebenarnya adegan gore dalam Manchester Morgue bisa dibilang cukup halus bagi para penonton modern, tetapi mungkin adegan zombie memakan isi perut terlihat terlalu brutal bagi badan sensor Inggris pada saat itu yang langsung memasukkan film ini ke dalam daftar Video Nasty yang terkenal, sebuah daftar film-film yang dilarang di Inggris karena dianggap terlalu sadis. Tapi saya rasa ini adalah bentuk promosi yang baik untuk sebuah film horror, karena saat sebuah film masuk ke dalam daftar Video Nasty, semua penggemar horror di era tersebut justru semakin memburunya.
Ada banyak alasan lain mengapa Manchester Morgue begitu menonjol di jamannya. Penyutradaraan dan sinematografi film ini juga merupakan salah satu hal yang membuat film ini istimewa. Sutradara Jorge Grau sangat diuntungkan dengan lokasi indah tempat film ini dibuat di mana sisi-sisi pegunungan, perbukitan hijau, sungai, pedesaan, dan alam sekitarnya membuat film ini tampak sangat indah secara alami tanpa perlu banyak menggunakan efek-efek tertentu. Saat momen-momen menyeramkan datang, semua keindahan landskap tersebut disulap menjadi suasana gelap dan suram, lengkap dengan kabut dan sound design yang brilian. Alih-alih membuat adegan dikejar-kejar gerombolan ratusan zombie yang epik seperti yang sering dijumpai dalam film-film zombie masa kini, sutradara Jorge Grau memang lebih memilih untuk membentuk rasa ngeri dengan mengandalkan atmosfer suram berkabut, ditambah dengan suara-suara ganjil menyeramkan yang sangat mengesankan tersebut.
Manchester Morgue adalah sebuah film zombie yang dikemas dengan unik. Tidak seperti film-film zombie pada umumnya, Manchester Morgue mengemas narasi berlapis yang cukup menarik untuk ukuran film seperti ini. Salah satunya adalah konflik antara pasangan protagonis kita dengan pihak kepolisian yang seharusnya membantu mereka. Belum lagi gagasan unik tentang bagaimana radiasi ultra-sonik bereaksi pada mayat serta perilaku violent pada organisme sederhana, serta ide bahwa para zombie mampu membangkitkan mayat-mayat lainnya dengan cara mengoleskan darah pada kelopak mata mereka. Rasanya hanya Manchester Morgue yang memperlihatkan bagaimana sesosok zombie bisa merekrut pasukannya tanpa perlu menggigitnya terlebih dahulu. Jadi kalau umumnya zombie digambarkan sebagai mahluk tak berakal, zombie dalam film ini justru sebaliknya. Mereka bisa membuat strategi (seperti pada adegan para zombie bekerja sama mendobrak pintu menggunakan batu nisan besar), dan bisa melakukan ritual pembangkitan mayat. Kemudian, film ini ditutup dengan twist yang, walaupun tidak masuk logika, sangat memuaskan.
Kalau dibandingkan dengan film zombie modern, jumlah zombie dalam Manchester Morgue bisa dibilang sedikit, dan hanya dengan makeup zombie yang minimalis: sebatas kontak lens merah serta wajah pucat. Mungkin jumlah zombie dalam film ini hanya berkisar setengah lusin atau lebih, dengan adegan pembunuhan (yang dikerjakan dengan sangat baik) yang sama sedikitnya. Jumlah zombie yang sedikit ini justru membuat setiap karakter zombie dalam film ini menjadi ikonik dan mudah dikenang. Minimnya jumlah zombie juga sangat mendukung plot film ini, karena salah satu penyebab konflik antar manusia dalam Manchester Morgue adalah karena polisi tidak mengetahui tentang kebangkitan zombie di desa yang berpopulasi rendah tersebut. Para zombie adalah ancaman nyata yang hanya diketahui oleh George dan Edna. Mereka tidak hanya harus menyelamatkan diri dari kejaran zombie saja, tetapi juga dari polisi yang tidak mempercayai kesaksian mereka. Tema konflik lainnya dalam Manchester Morgue berpusat pada gap generasi yang saling berkonfrontasi, di mana para kaum mudanya tidak mempercayai otoritas, terutama polisi, dan demikian juga sebaliknya, para polisi yang dipimpin oleh seorang detektif arogan dan kolot itu secara terburu-buru menyimpulkan bahwa George dan Edna melakukan rangkaian pembunuhan ritual satanisme. Selain itu, Manchester Morgue juga menyentuh banyak tema lainnya secara halus, seperti pesan soal keberlangsungan lingkungan hidup, mungkin karena George adalah seorang hippy.
Dibandingkan dengan Night of the Living Dead yang awalnya ingin mereka tiru, atmosfer film Manchester Morgue sebenarnya lebih mendekati film-film zombie Italia seperti City of the Living Dead (1980) karya Lucio Fulci, ditambah dengan kekerasan dan gore yang setingkat dengan Dawn of the Dead (1978). Faktanya, Manchester Morgue dirilis beberapa tahun sebelum kedua film itu dibuat. Saya yakin film-film zombie legendaris seperti Zombi (1979) dan City of the Living Dead (1980) buatan Lucio Fulci, serta Dawn of the Dead (1978) hingga Day of the Dead (1985) buatan George Romero banyak dipengaruhi oleh Manchester Morgue, karena saya melihat beberapa elemen yang mirip ada dalam Manchester Morgue. Jadi walaupun Manchester Morgue tidak sepopuler film-film zombie yang muncul setelahnya, tapi pengaruhnya tentu sangat besar. Terlepas dari semua kekurangannya dan ketidaksinambungan waktunya pada beberapa adegan, The Living Dead At Manchester Morgue adalah film yang dibuat dengan baik, visioner, dengan atmosfer yang sangat kuat, mencekam, dan semua itu cukup untuk membuatnya menjadi film horor yang efektif dan ikonik. Jelas film ini layak untuk mendapat lebih banyak perhatian. Jadi kalau kalian adalah penggemar genre film zombie, The Living Dead at the Manchester Morgue perlu ikut ditulis dalam daftar film zombie esensial yang wajib ditonton.
https://www.youtube.com/watch?v=sxIIlnkn55s
Untuk berdiskusi lebih lanjut soal film ini, silahkan kontak Tremor di email: makanmayat138@gmail.com