fbpx

MOVIE REVIEW: THE LAST VOYAGE OF THE DEMETER (2023)

THE LAST VOYAGE OF THE DEMETER
Sutradara: André Øvredal
USA / UK (2023)

Review oleh Tremor

Sepertinya kisah vampir mulai kembali populer dalam industri film horor, khususnya karakter vampir paling terkenal di dunia, yaitu Dracula. Bagi yang tidak familiar, Dracula adalah karakter vampir yang diciptakan oleh penulis Bram Stoker lewat novel klasiknya yang berjudul Dracula, dirilis pada tahun 1897. Sangking terkenalnya karakter ini, sebagian orang awam menganggap semua vampir bisa saja disebut Dracula, dengan cara yang sama seperti menyebut air mineral apapun dengan satu merek dagang tertentu. Setelah sebelumnya film komedi horror berjudul Renfield (2023) bercerita tentang seorang pelayan Dracula yang tertekan, pada tahun yang sama dirilis sebuah film lain yang juga berfokus pada kisah dari universe-nya Dracula, yaitu The Last Voyage of the Demeter yang disutradarai oleh André Øvredal, seorang pembuat film asal Norwegia. Øvredal adalah sutradara yang sebelumnya pernah membuat dua film yang sangat saya suka, yaitu debutnya Troll Hunter (2010), dan film keduanya yaitu The Autopsy of Jane Doe (2016). The Last Voyage of the Demeter sendiri adalah film horor atmosferik yang diadaptasi dan dikembangkan dari satu chapter pendek dalam novel Dracula buatan Bram Stoker, yaitu chapter “The Captain’s Log”.

Tidak banyak yang bisa diceritakan soal plotnya, karena isi chapter “The Captain’s Log” sendiri sangat singkat. Demeter adalah nama sebuah kapal yang ditemukan terlantar di pesisir berbatu di Inggris. Di dalamnya tidak ditemukan satu orangpun crew kapal, selain mayat kapten kapal yang terikat pada kemudi kapal, serta buku catatan sang kapten yang menceritakan tentang perjalanan terakhirnya yang akan digambarkan di sepanjang film ini. Satu bulan sebelumnya, kapal Demeter disewa oleh seorang bangsawan misterius dari Transylvania untuk membawa belasan muatan peti kayu berukuran besar dari Varna, Bulgaria menuju London. Awalnya, perjalanan Demeter cukup lancar, sampai salah satu muatan peti terjatuh dari tumpukannya ketika kapal dihantam guncangan ombak besar. Peti yang hancur itu berisikan tanah dan seorang perempuan muda misterius yang sekarat. Sejak itu, suasana di kapal Demeter mulai berubah mencekam dan penuh teror karena sesuatu dalam kegelapan mengintai dan membantai satu persatu crew kapal setiap malam. Kini seluruh crew Demeter harus berjuang melawan sang penumpang gelap sekaligus penyewa kapal Demeter itu sendiri, sang Count Dracula yang kelaparan.

Meskipun chapter “The Captain’s Log” terhitung pendek dalam novelnya, tetapi kisah perjalanan kapal Demeter adalah elemen penting dalam legenda Dracula, karena chapter ini menjelaskan bagaimana Count Dracula bisa bermigrasi dari Transylvania ke Inggris. Apa yang membuat film ini menarik adalah karena umumnya chapter “The Captain’s Log” tidak terlalu mendapat banyak perhatian dalam berbagai adaptasi novel Dracula. Mungkin satu-satunya film yang pernah menaruh fokus pada chapter ini hanyalah sebuah film peniru Dracula, yaitu Nosferatu (1922), yang sempat menggambarkan perjalanan laut sang vampir Count Orlok. Chapter “The Captain’s Log” sendiri hanya berjumlah sekitar lima halaman saja. Jadi kerja keras kedua penulis naskah The Last Voyage of the Demeter, yaitu Bragi Schut Jr. dan Zak Olkewicz, perlu diapresiasi karena mereka berhasil mengembangkan lima halaman dalam novel Dracula menjadi satu kisah bernarasi penuh. Salah satu bentuk pengembangannya adalah dengan ditambahkannya beberapa karakter yang tidak ada dalam novel aslinya, diantaranya adalah karakter dokter kapal Clemens sebagai protagonis utamanya, serta karakter Anna, perempuan misterius yang ditemukan sekarat dalam salah satu peti kayu. Fungsi karakter Anna dalam The Last Voyage of the Demeter cukup signifikan karena ia sebenarnya adalah “bekal makanan” yang sudah disiapkan oleh sang Dracula untuk perjalanan lautnya. Ketika Anna berhasil diselamatkan, menjadi masuk akal mengapa Dracula kelaparan dan harus menghisap darah semua crew kapal. Melalui penuturan Anna jugalah penonton jadi bisa memahami latar belakang Count Dracula yang telah menaklukkan kampung halaman Anna selama berabad-abad.

Dalam salah satu wawancaranya, sutradara Øvredal menggambarkannya The Last Voyage of the Demeter bagaikan film Alien (1979) di atas kapal kayu tahun 1897. Dan saya bisa sepakat dengannya, karena Dracula dalam film ini berburu mengendap-ngendap dalam kegelapan layaknya Xenomorph dalam Alien. Selain itu, para crew kapal Demeter juga terisolasi di atas sebuah kapal dengan interior klaustrofobik, lorong-lorong gelap dan sempit, tanpa ada jalan untuk melarikan diri, sama seperti situasi dalam film Alien. Desain kapal Demeter menjadi karakter tersendiri di dalam film ini, dengan cara yang sama seperti kapal luar angkasa Nostromo dalam Alien, di mana banyak suasana menakutkan dibangun dengan sangat baik hanya menggunakan desain interior dan pencahayaan kapal, bahkan ketika Dracula tidak muncul di layar sekalipun.

Saya pribadi sangat suka dengan desain karakter Count Dracula dalam film ini. Kalau biasanya Dracula digambarkan sebagai sosok bangsawan aristokrat yang berpakaian rapih dan menawan, dalam The Last Voyage of the Demeter Dracula digambarkan sebagai sosok yang sangat hewani layaknya monster buas, yang beraksi dengan kejam berdasarkan insting alaminya untuk bertahan hidup. Dalam novelnya, karakter Dracula memang memiliki kemampuan supranatural bisa berubah wujud, dari mulai menjadi manusia biasa, kelelawar, serigala besar, anjing, hingga menjadi kabut yang bisa bergerak melewati celah-celah sempit. Ini menjadi penjelasan masuk akal tentang bagaimana ia bisa keluar masuk dari petinya yang terkunci rapat dalam The Last Voyage of the Demeter. Bagi saya, keputusan Øvredal untuk menggambarkan Dracula layaknya hibrida antara binatang buas dan manusia ini sangat tepat. Para penonton film vampir mungkin sudah bosan dengan sosok Dracula yang selalu digambarkan perlente dan berpakaian rapih, dan Dracula dalam versi buas ternyata sangat menyegarkan. Bisa jadi Dracula versi The Last Voyage of the Demeter adalah wujud asli sang vampir, dan saya suka dengan ide itu. Menariknya, desain Dracula dengan banyak gigi taring dalam film ini mengambil inspirasi dari karakter Count Orlok dari Nosferatu (1922), yang merupakan adaptasi tidak resmi dari novel Dracula asal Jerman. Desain vampir Count Orlok juga sebelumnya menginspirasi desain vampir Kurt Barlow dalam Salem’s Lot (1979).

Memang dari segi cerita, The Last Voyage of the Demeter tidak menawarkan hal baru apapun untuk memperkaya legenda Dracula. Tapi Øvredal melakukan pekerjaan bagus dalam menggambarkan atmosfer penuh ketegangan dan teror di atas kapal Demeter, serta betapa mengerikannya karakter Dracula dalam wujud binatangnya. Saya juga sangat terkesan dengan kostum dan desain properti yang digunakan. Special effectnya juga cukup memuaskan, dibungkus dengan CGI yang tidak tampak merusak sama sekali. Saya pribadi sangat menikmati The Last Voyage of the Demeter dan sangat merekomendasikan bagi siapapun yang menyukai kisah-kisah vampir.