MOVIE REVIEW: MISTIK / LEAK (1981)

MISTIK / LEAK
Sutradara: H. Tjut Djalil
Indonesia (1981)

Review oleh Tremor

Jujur saja, cukup sulit bagi saya untuk menemukan film horror lokal yang bisa saya anggap bagus, terutama film-film horror modern. Bukan berarti industri film horor lokal itu buruk. Mungkin ini murni masalah selera dan ekspektasi pribadi saja. Kalaupun ada yang bagus, tentu saja semua orang pasti sudah menontonnya, dan saya tidak merasa perlu untuk merekomendasikannya lewat review. Pintu Terlarang, Dara, Rumah Dara, Pengabdi Setan, dan masih banyak lagi, tentu saja judul-judul tersebut sudah tidak asing bagi kalian. Jadi, saya memutuskan mungkin sebaiknya saya menuliskan review film horror klasik Indonesia saja. Walaupun film horror lokal pada masa kejayaannya (akhir 70-an hingga awal 80an) banyak didominasi oleh Suzzanna, bukan berarti tidak ada lagi film horror selain film yang dibintangi oleh Suzzana. Salah satu contohnya adalah Mistik / Leak.

Seingat saya dulu film ini lebih populer dengan judul Leak (dibaca: Leák). Film ini adalah sebuah film horror supranatural garapan sutradara Tjut Djalil yang diangkat dari novel karya Putra Mada berjudul Leák Ngakak. Leak adalah film horror pertama Tjut Djalil. Setelah membuat Leak, ia membuat beberapa film horror lain seperti  Batas Impian Ranjang Setan (1983), Ratu Buaya Putih (1988),hingga Misteri Pusaka Laut Selatan (yang menjadi salah satu film cult kontroversial asal Indonesia dan memiliki judul internasional cukup keren: Lady Terminator, 1988). Namun jangan salah, Tjut Djalil juga pernah menyutradarai 2 film warkop: Depan Bisa Belakang Bisa (1987) dan Lupa Aturan Main (1990).

Seperti layaknya film horor lokal yang dibuat dengan teknologi dan bajet yang sangat terbatas di tahun 80an, tentu saja menonton film ini lagi sekarang rasanya sudah tidak seseram dulu, saat saya masih kecil dan sempat menontonnya sedikit di layar TVRI pada malam hari. Mungkin karena pada masa itu saya masih kecil sekali, atau mungkin selera dan referensi saya sekarang sudah lebih banyak. Dulu, Leak adalah salah satu film yang seingat saya sangat menyeramkan, berada pada level yang sama dengan Beranak Dalam Kubur (1972), Bayi Ajaib (1982), dan Malam Satu Suro (1988).

Beruntung pada tahun 2003, film Mistik / Leak kemudian dirilis ulang dan didistribusikan secara internasional oleh produsen khusus film B-movie dan cult asal Inggris bernama Mondo Macabro, yang memiliki pasar dan penggemarnyanya tersendiri, dan diberi judul internasional Mystics in Bali. Kualitas gambar dalam versi DVD-nya tentu saja jauh lebih “lumayan” dibandingkan versi VCD dan layar lebarnya terdahulu. Dan karena versi DVD adalah ditujukan untuk pasar internasional, seluruh percakapan dalam film ini kemudian di-dubbing dengan bahasa Inggris. Membuat film ini tampak jauh lebih “buruk” dari seharusnya bagi kita pentonton Indonesia. Saya pribadi cukup menyayangkan mengapa film ini sampai harus di-dubbing. Seandainya saja penonton di barat sana terbiasa menonton sambil membaca subtitle, tentu saja film ini akan jauh lebih autentik. Salah satu yang terburuk dari dubbing dalam film Leak adalah pengisian suara dari sang ratu Leak, yang menurut pendapat partner saya, terdengar seperti suara Yoda dari film Star Wars, dan saya 100% setuju dengan pendapatnya. Dan kebetulan saya menulis review ini berdasarkan kopian versi DVD-nya karena saya tidak memiliki akses untuk versi lokalnya (VCD, apalagi VHS).

Pada masa film ini dibuat, hampir semua yang hal memang banyak berfokus pada pulau jawa saja. Itu adalah salah satu dampak dari terpusatnya pembangunan dan kebudayaan hanya di pulau jawa pada masa orba, membuat daerah-daerah lain seakan terlupakan. Hal tersebut sepertinya ikut mempengaruhi industri film horor lokal yang mayoritas ikut memfokuskan tema pada hal-hal mistis yang berasal dari Jawa (Sundel Bolong, Nyi Roro Kidul, Dukun santet, dll). Apa yang membuat film Leak lebih menarik dan spesial bagi saya adalah, karena film ini mengangkat sebuah elemen mistis yang berasal dari luar pulau Jawa, salah satu tempat yang sangat saya gemari budayanya, yaitu Bali.

Saya yakin kalian semua sudah tau apa itu leak, tapi untuk yang belum tau, leak adalah orang-orang yang mempraktekan ilmu hitam, dimana sang pemilik ilmu ini memiliki kemampuan untuk berubah bentuk menjadi apa saja, memiliki kecenderungan kanibalistik dan haus darah dalam artian yang sebenarnya. Umumnya mereka tampak seperti manusia biasa pada siang hari, namun harus berburu pada malam hari dengan berbentuk hanya kepala dan isi perut yang menjuntai dari leher mereka. Menurut cerita, leak biasa menyantap mayat-mayat di pekuburan. Ciri khas utamanya selain kepala dan isi perut yang menjuntai, mereka memiliki taring dan lidah yang panjang. Dengan nama yang berbeda-beda, folklor mahluk serupa leak juga populer di daratan Asia Tenggara lainnya seperti di Kalimantan (disana disebut Kuyang ), Thailand (disebut Krasue), Malaysia (disebut Penanggalan), dan Filipina (disebut Manananggal).

Saya suka sekali pembuka dari film ini. Judul dan credit yang muncul di awal film ini diiringi dengan musik gamelan Bali yang terdengar mistis dan menegangkan, dicampur dengan penggambaran beberapa topeng khas Bali yang bergoyang-goyang mengikuti alunan gamelan dengan latar hitam pekat. Kesemua topeng yang muncul tentu saja topeng dari karakter-karakter jahat dari mulai topeng Rangda dengan taring panjang melengkung, hingga topeng Celuluk.

Lalu tanpa basa-basi dan pengenalan karakter, film ini pun dimulai dengan seorang pria lokal bernama Mahendra (Hendra) dan pacarnya seorang turis kulit putih bernama Cathy. Tidak jelas asal usul mereka berdua. Dalam versi asli film ini, Cathy berasal dari Australia, namun dalam versi kopian yang saya dapat, Cathy berasal dari Amerika. Tapi dari mana Cathy berasal bukanlah hal yang penting. Diceritakan, Cathy sedang melakukan penilitian dan menulis sebuah buku mengenai ilmu hitam, atau black magic.  Sebelum pergi ke Bali, ia sudah meneliti dan belajar langsung ilmu sihir voodoo (yang menurutnya berasal dari Afrika). Pada Hendra, ia mengungkapkan keinginannya untuk mempelajari ilmu hitam Leak di Bali karena menurutnya belajar langsung adalah cara yang paling efektif untuk memahami sesuatu. Hendra yang sedang mabuk kepayang karena cinta, berjanji akan membantu Cathy, hingga akhirnya ia mendapatkan info mengenai seseorang guru yang bisa mengajari Cathy, seorang guru yang misterius. Akhirnya mereka mendatangi sebuah kuburan dimana menurut info yang mereka dapat, mereka bisa menemui sang guru disana. Ternyata guru yang dimaksud adalah seorang penyihir jahat dan bukan leak biasa, tetapi seorang ratu Leak. Sang ratu leak yang menyeramkan dan selalu tertawa jahat ini setuju untuk mengajari Cathy dengan beberapa syarat, salah satunya adalah Cathy harus datang sendirian menemuinya setiap malam.

Singkat cerita, Cathy akhirnya berhasil mempelajari ilmu leak, ia bahkan mampu berubah menjadi babi di bawah bimbingan gurunya. Hingga akhirnya terungkap bagi kita para penonton, bahwa tujuan satu-satunya sang ratu Leak mau mengajari Cathy adalah untuk memperbudak Cathy sebagai salah satu leak yang bisa ia kendalikan dalam rangka menyempurnakan ilmunya sendiri. Tanpa Cathy sadari, setiap malam sang ratu mengendalikan kepala Cathy (beserta isi perutnya yang menjuntai) lepas dari tubuhnya, untuk beterbangan dan berburu. Salah satunya adalah, untuk memakan bayi yang belum dilahirkan, langsung dihisap dari rahim ibu hamil. Saat pertama kali kepala Cathy beterbangan inilah yang merupakan salah satu adegan yang tidak mudah untuk dilupakan dan paling memorable dari film ini, terutama saat kepala Cathy beterbangan menyerang seorang ibu yang hendak melahirkan dan menghisap bayi dari kandungannya. Pemandangan rumah-rumah khas perkampungan pada malam hari membuat adegan kepala terbang menjadi tampak sangat menyeramkan.

Setiap pagi, Cathy  tidak ingat apa-apa atas apa yang terjadi pada malam sebelumnya. Cathy juga tampak tidak sehat setiap harinya. Hendra yang mulai curiga dan khawatir, akhirnya berkonsultasi pada pamannya, seorang dukun dengan ilmu putih, yang memperingatinya bahwa ilmu hitam akan selalu bisa dilawan. Ia memberi Hendra sebuah keris kecil untuk berjaga-jaga. Namun semuanya sudah terlambat. Cathy sudah sepenuhnya di bawah kendali sang ratu Leak, dan keberadaan leak yang meneror kampung setiap malam sudah mulai meresahkan hingga paman Hendra merasa perlu untuk turun tangan membasmi sang ratu Leak dan Cathy. Tidak ada jalan lain, saat kepala Cathy terlepas, ia harus dicegah untuk tidak pernah bersatu lagi dengan tubuhnya. Dengan cara itu leak akan mati, dan ratu leak akan gagal menyempurnakan ilmunya. Akhirnya Hendra harus memilih, mengorbankan orang-orang yang tidak berdosa, atau mengorbankan Cathy kekasihnya sendiri.

Film ini memiliki banyak sekali elemen yang hanya bisa ditemui di Bali, dari mulai gestur tarian sang ratu leak yang “Bali Banget”, penggunaan gamelan bali sebagai scoring pembuka, topeng-topeng leak, hingga penggunaan pemuka agama lokal (hindu) sebagai kekuatan baik yang memerangi  kekuatan jahat yang juga sangat Bali sekali, Leak.

Entah kenapa, saya selalu merasakan kuatnya pengaruh film-film horor Italia dalam setiap film horor indonesia 80an yang saya tonton. Saya pribadi memiliki sebuah dugaan, atau teori,: sepertinya para sutradara horor jaman dulu sangat terinspirasi pada film-film horor italia dari mulai pencahayaan, teknik pengambilan gambar, hingga make up/special effect dan scoring. Apalagi dalam kasus Leak yang saya tonton yang di-dubbing bahasa inggris, membuat nuansa film ini menjadi benar-benar seperti menonton film horor italia akhir 70-an / awal 80-an.

Kalau boleh jujur, film ini memiliki banyak sekali kekurangan kalau kita menontonnya dengan kacamata modern. Penulisannya dan alurnya sangat buruk. Dialognya buruk, pengembangan karakternya buruk, special effect komputernya apalagi. Saya juga harus mengakui bahwa kemampuan acting pemeran Hendra sangat buruk. Dan sayangnya itu belum seberapa kalau dibandingkan dengan kemampuan acting pemeran Cathy yang jauh lebih buruk lagi. Bagaimana tidak, Ilona Agathe Bastian, perempuan yang memerankan Cathy, ternyata bukanlah seorang aktris sama sekali. Ia hanyalah seorang turis asal Jerman yang kebetulan sedang berkunjung ke Bali dan ditawari untuk bermain film. Tapi keputusannya untuk menerima tawaran tersebut bisa saya bilang sebagai keputusan yang sangat bernyali dan pantas diacungi jempol. Atau mungkin saja ia mengambil tawaran tersebut hanya supaya bisa tinggal di Bali lebih lama lagi tanpa berpikir bahwa film ini akan didistribusikan secara internasional di kemudian hari. Menonton film semacam Leak haruslah menggunakan kacamata yang bisa memahami dan memaklumi jaman yang berbeda. Dan di atas semua kekurangannya, film Leak masih menjadi salah satu film horor lokal yang paling berkesan, berbeda dengan film horor lokal sejamannya, sangat menghibur dan selalu menempel dalam benak dan hati saya.

 

 

 

Untuk berdiskusi lebih lanjut soal film ini, silahkan kontak Tremor di email: makanmayat138@gmail.com