MOVIE REVIEW: HELLHOLE / OSTATNIA WIECZERZA (2022)

HELLHOLE / OSTATNIA WIECZERZA
Sutradara: Bartosz M. Kowalski
Polandia (2022)

Review oleh Tremor

Setelah sukses lewat debut horor-nya yang berjudul Nobody Sleeps in the Woods Tonight (2020) yang disusul dengan sekuelnya pada tahun 2021, sutradara/penulis asal Polandia, Bartosz M. Kowalski kembali bekerja sama dengan penulis skenario Mirella Zaradkiewicz untuk membuat film horor. Hellhole, atau yang dalam bahasa aslinya berjudul Ostatnia Wieczerza (The Last Supper) adalah karya horor mereka berikutnya yang sama sekali berbeda dengan Nobody Sleeps in the Woods Tonight. Kalau Nobody Sleeps adalah karya homage untuk tradisi slasher gorefest Amerika 80-an, Hellhole merupakan film horor bertema okultisme / satanisme yang sangat gelap, serius, original, dengan atmosfer kuat yang menyeramkan.

Berlatarkan tahun 1987, Marek adalah seorang polisi yang menyamar sebagai pendeta. Ia ditugaskan bergabung dalam sebuah biara ortodoks untuk menyelidiki beberapa kasus orang hilang yang terjadi di sana. Biara yang berlokasi jauh dari peradaban ini tampak sangat suram, tanpa ada aliran listrik, dengan banyak koridor gelap dan kamar-kamarnya lebih mirip sel. Sepertinya biara ini sudah berdiri selama berabad-abad, dan kini berfungsi sebagai sanatorium spiritual yang dipimpin oleh sekelompok biarawan ortodoks. Banyak orang dengan gangguan jiwa yang dirawat di sana. Karena biara ini adalah sanatorium spiritual, pasiennya cenderung dianggap kerasukan. Tidak ada tindakan medis di dalamnya, yang ada hanyalah ritual keagamaan hingga praktik eksorsisme/pengusiran setan. Tak lama sejak bergabung, Marek langsung diwajibkan ikut menyaksikan upacara pengusiran setan yang cukup spektakuler dalam sebuah ruangan khusus. Pasien yang histeris terikat di atas kasur besi yang tergoncang-goncang, angin mulai bertiup kencang, dan salib tiba-tiba terbakar. Ritual pengusiran ini kemudian dianggap gagal karena iblis yang merasuki mungkin terlalu kuat, dan sang pasien secara mengejutkan dinyatakan meninggal keesokan harinya. Jasadnya segera dikubur di lahan kuburan di dalam area biara. Dalam proses investigasinya, Marek menemukan sebuah bukti bahwa upacara eksorsisme yang baru ia lihat tidaklah nyata, melainkan hasil settingan para biarawan lewat berbagai mekanisme yang didesain sedemikian rupa dalam ruang khusus pengusiran setan. Lalu bagaimana bisa pasien yang sebelumnya ia lihat dalam ritual pengusiran kemudian dinyatakan meninggal? Namun ini hanyalah awal dari perjalanan Marek membongkar sisi tergelap biara tersebut, yang akan berangsur menjadi semakin mengerikan bagi Marek. Babak pertama Hellhole memang berjalan seperti sebuah film thriller investigasi karena Marek adalah seorang polisi yang sedang menyamar untuk mengumpulkan bukti. Namun para penggemar horor tak perlu menunggu terlalu lama hingga film ini membanting setir menjadi sepenuhnya film horor yang menyeramkan.

Agak sulit untuk menjelaskannya dengan kata-kata tanpa membagi spoiler, tapi yang pasti saya cukup terkejut dengan bagaimana film ini membawa saya ke arah yang tidak saya prediksi. Mungkin karena saya menonton Hellhole secara buta tanpa membaca sinopsisnya, dan beruntung tidak ada trailer Hellhole di youtube, jadi perubahan arah plot Hellhole cukup mengejutkan sekaligus menyenangkan bagi saya. Ketika melihat prolognya, awalnya saya pikir Hellhole akan menjadi film relijius yang mengikuti jejak The Omen (1976). Kemudian setelah saya melihat adanya adegan ritual pengusiran setan, saya pikir film ini akan menjadi film eksorsisme generik yang mengikuti jejak The Exorcist (1973). Tetapi ketika Marek mulai menemukan kejanggalan demi kejanggalan, secara perlahan plot Hellhole mulai bergerak ke arah yang berbeda, dan saya sangat suka dengan perjalanan penuh kejutan seperti ini. Bartosz M. Kowalski dan Mirella Zaradkiewicz menulis alur cerita dengan cukup baik, sambil didukung dengan visual dan atmosfer yang sangat suram. Meskipun terlihat agak terlalu gelap di beberapa momen, tapi saya suka sekali dengan visual film ini. Dan kalau dipikir-pikir, hampir semua aspek teknis dalam Hellhole bekerja dengan sangat efektif, dari mulai akting setiap pemerannya, sinematografi, special effect baik yang CGI maupun tradisional-nya, hingga desain set interior dan eksterior biara yang luar biasa.

Meskipun Hellhole hanya berdurasi satu setengah jam, tapi ada banyak hal yang tetap menempel di benak saya beberapa waktu setelah filmnya selesai. Salah satunya adalah ending sekaligus klimaks film Hellhole yang menurut saya sangat membayar semua penantian saya selama satu setengah jam. Bagi para peminat hal-hal bertema okultisme / satanisme, tentu sudah tidak asing dengan frasa “As Above, So Below”. Frasa tersebut mungkin merupakan salah satu poin terbesar dalam ending film Hellhole yang sangat surealis, mencolok secara visual, dan yang pasti mengerikan bagaikan bermimpi buruk tentang neraka. Meskipun bukan film yang seratus persen sempurna serta memiliki beberapa plot hole minor, saya tetap sangat terhibur dengan Hellhole. Film ini sangat menyegarkan karena memiliki beberapa ide-ide baru yang sudah jarang ditemui dalam film horor. Saya pribadi menganggap Hellhole layak untuk masuk ke dalam daftar film horor terbaik tahun 2022 versi saya bersanding dengan Speak No Evil, Barbarian, dan Pearl. Setelah menonton Nobody Sleeps in the Woods Tonight (2020) dan Hellhole, saya semakin suka dengan visi sutradara film Bartosz M. Kowalski bersama rekan menulis skenarionya, Mirella Zaradkiewicz, dan berharap akan ada lebih banyak lagi film horor berkualitas yang mereka ciptakan di kemudian hari.