NOBODY SLEEPS IN THE WOODS TONIGHT
Sutradara: Bartosz M. Kowalski
Polandia (2020)
Review oleh Tremor
Nobody Sleeps in the Woods Tonight adalah sebuah film backwoods slasher tradisional yang disutradarai dan ditulis oleh sineas Polandia bernama Bartosz M. Kowalski. Dalam salah satu wawancaranya, Kowalski memaparkan keputusannya untuk membuat film ini adalah karena Polandia tidak pernah memiliki film slasher-nya sendiri. Maka diciptakanlah karya sederhana ini untuk memperkenalkan prinsip-prinsip dasar subgrene slasher pada penonton Polandia. Film yang dipasarkan sebagai “slasher Polandia pertama” dengan judul asli “W lesie dzis nie zasnie nikt“ ini pada dasarnya merupakan sebuah karya gorefest yang sangat menghibur, sekaligus juga bentuk penghormatan Kowalski pada genre slasher 80-an. Maka tak heran kalau kita akan menemukan banyak referensi penghormatan terhadap beberapa film slasher klasik di dalamnya.
Dalam film-film semacam ini, plot bukanlah hal yang terlalu penting. Kamp musim panas bernama Adrenalina merupakan kamp dalam hutan yang diperuntukkan bagi para remaja yang kecanduan teknologi, internet dan gadget. Di kamp ini, para remaja yang dikirim oleh para orang tua mereka ini harus menyerahkan semua gadget mereka dan hidup tanpa internet selama satu minggu. Kegiatan yang ditawarkan ada bermacam-macam, seperti bersosialisasi tatap muka dengan remaja lainnya, belajar skill-skill survival, bersentuhan dengan alam, hingga hiking. Para remaja ini kemudian dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil yang masing-masing akan dibina oleh satu konselor Adrenalina. Film ini berfokus hanya pada satu kelompok saja, mereka adalah Aniela, Bartek, Daniel, Julek, dan Zosia, yang dipimpin oleh konselor bernama Iza. Kegiatan pertama mereka adalah pergi hiking dan berkemah di dalam hutan selama tiga hari. Tak seorangpun yang tahu bahwa di sebuah rumah jauh di dalam hutan sana, seorang perempuan tua telah mengunci anak kembarnya dalam ruang bawah tanah selama puluhan tahun. Ini adalah keputusan yang tepat, karena anak kembarnya merupakan sepasang monster mutan kanibal yang ganas. Selama berpuluh tahun itu pula perempuan tersebut terus memberi makan anak-anaknya dengan bangkai-bangkai hewan segar. Suatu hari, perempuan tua itu bernasib sial. Ia terpeleset dan jatuh ke ruang bawah tanah saat sedang memberi makan anak-anaknya. Tentu saja kemudian tubuhnya ikut menjadi santapan. Tapi apa yang lebih buruk lagi adalah pintu ruang bawah tanah terbuka lebar. Kini sepasang mutan kanibal bebas berkeliaran di dalam hutan untuk memburu lebih banyak mangsa, bersamaan dengan para remaja dari kamp Adrenalina sedang hiking. Para penggemar film slasher tentu sudah bisa menebak bagaimana kelanjutan ceritanya: sekelompok remaja dibantai satu persatu, dan perjuangan bertahan hidup pun dimulai.
Tentu saja tidak ada hal baru dalam plotnya. Semua elemen dasar film slasher ada di sini. Tapi justru saya suka dengan bagaimana film ini tidak memperumit ceritanya dan memilih untuk straight-to-the-point pada backwoods slasher tradisional sederhana. Nobody Sleeps in the Woods Tonight juga memiliki beberapa momen komedi, walaupun film ini jelas bukan film komedi. Saat kekerasan mulai terjadi, mereka tidak main-main. Salah satu hal yang membuat saya terus menonton film ini adalah special effect brutal dan makeup mengagumkan yang dikerjakan secara tradisional. Dua monster mutan kanibal dalam film ini jelas menjadi highlight dari Nobody Sleeps in the Woods Tonight karena tampilan mereka yang cacat, mengerikan sekaligus menjijikan. Selain itu, semua death scene yang over-the-top dalam film ini juga dieksekusi dengan sangat baik. Para penggemar horor tentu bisa mengenali banyak tribute death scene dalam film ini. Beberapa yang paling jelas adalah adegan pembunuhan ikonik dari Friday The 13th Part VII: New Blood (1987) yang melibatkan sleeping bag, dan adegan ikonik lainnya dari film Wrong Turn 2: Dead End (2007) dimana korban terbelah dua secara vertikal dengan sekali tebas, lengkap dengan sudut pengambilan gambar yang sama. Tidak adanya ponsel dalam film ini juga merupakan elemen yang sempurna untuk membuat sebuah homage horror 80-an, di mana mencari bala bantuan adalah hal yang sulit dilakukan di tengah hutan.
Sebagai film backwoods slasher, Nobody Sleeps in the Woods Tonight adalah karya yang sangat menghibur. Meskipun tidak ada yang orisinil dalam film ini, dan film ini jelas tidak akan menjadi film legendaris atau cult classic di masa depan, saya tetap menghargai usaha sutradara Kowalski untuk menyuntikan sedikit elemen-elemen yang tak biasa untuk film slasher. Misalnya, asal-usul monster dalam film ini yang lebih bernuansa sci-fi, serta dihadirkannya dua sosok pembunuh sekaligus. Pengembangan karakter para remaja dalam film ini juga tidak terlalu stereotip. Memang beberapa dari mereka tampak menyebalkan di awal, tapi pada akhirnya para remaja dalam Nobody Sleeps in the Woods Tonight digambarkan tidak seburuk yang kita pikir. Itu membuat penonton cenderung lebih peduli pada nasib para calon korban, dan dengan itu mematahkan stereotip kelompok remaja dalam film slasher konvensional. Salah satu dari mereka juga tahu betul apa saja keputusan-keputusan terburuk dalam film horor, yang saya duga merupakan homage untuk karakter Randy dalam film Scream (1996). Namun sebesar apapun usaha pembuat film ini untuk mengembangkan karakter sebenarnya akan berujung sia-sia dalam film slasher, karena tidak ada satu orangpun yang menonton film semacam ini untuk mencari cerita dan pengembangan karakter. Penonton hanya ingin bersenang-senang lewat kreativitas sang pembunuh, tanpa perlu banyak berpikir. Beruntung, film ini berhasil menghibur penonton lewat kebrutalannya, lengkap dengan kualitas produksi yang cukup baik.
Untuk berdiskusi lebih lanjut soal film ini, silahkan kontak Tremor di email: makanmayat138@gmail.com