EVIL DEAD
Sutradara: Fede Alvarez
USA (2013)
Review oleh Tremor
Saya ingat betul, waktu pertama kali mendengar kabar bahwa The Evil Dead (1981) akan dibuat remake-nya, saya adalah salah satu orang yang meragukan keberhasilannya. Penggemar horror manapun pasti tahu apa yang saya rasakan. Bagaimana bisa seseorang memutuskan untuk membuat ulang The Evil Dead? Walaupun kemampuan para aktornya pas-pasan, tapi The Evil Dead 1981 karya Sam Raimi bisa dibilang sebagai karya horror yang sempurna dalam banyak hal. Itulah mengapa The Evil Dead 1981 masih menjadi tolak ukur dalam sinema horror hingga hari ini. Namun saat saya tahu kalau Sam Raimi (sutradara The Evil Dead 1981), Bruce Campbell (aktor cult yang memerankan karakter protagonis Ash dalam semua seri Evil Dead) dan Rob Tapert (produser The Evil Dead 1981) ikut terlibat dalam remake The Evil Dead sebagai produser, harapan dan rasa penasaran saya pun muncul. Akhirnya dengan penuh semangat saya menontonnya di bioskop, dan saya harus mengakui bahwa meskipun film ini tidak akan pernah bisa menandingi versi aslinya, tapi Evil Dead 2013 ternyata tidak buruk. Saya bahkan sangat menikmatinya. Di bawah bimbingan Sam Raimi, Bruce Campbell, dan Rob Tapert, Evil Dead dalam versi baru karya sutradara Fede Alvarez ini bisa saya masukan ke dalam daftar remake modern horor terbaik bersanding dengan Dawn Of The Dead (2004) dan The Hills Have Eyes (2006). Cerita dan karakter dalam Evil Dead 2013 sengaja dibuat berbeda dari plot aslinya, tetapi konsep utamanya tetap sama: sekelompok anak muda terjebak dalam kabin di tengah hutan dan secara tidak sengaja membuka gerbang bagi datangnya kekuatan iblis. Dengan bajet yang lebih besar, Sam Raimi berhasil melahirkan visi barunya dalam Evil Dead 2013, dan yang terpenting: film ini sangat fun seperti seharusnya film Evil
Dalam Evil Dead versi 2013, kita diperkenalkan dengan seorang gadis bernama Mia. Kakak Mia yang bernama David beserta teman-teman Mia (Olivia, Eric dan Natalie) mengajak Mia untuk menghabiskan waktu di kabin bobrok milik keluarganya dalam hutan hutan dengan satu tujuan: memberi dukungan penuh pada Mia yang berniat untuk melepaskan diri dari kecanduan heroin. Kebetulan Olivia berprofesi sebagai suster, jadi setidaknya Mia bisa terpantau secara medis. Tak lama sejak memasuki kabin tersebut, mereka menemukan sebuah pintu bawah tanah yang tersembunyi di balik karpet. Di dalam ruang bawah tanah yang beraroma busuk inilah mereka menemukan banyak bangkai hewan digantung pada langit-langit, serta sebuah buku misterius yang dibungkus dengan plastik dan diikat dengan kawat berduri. Eric yang merupakan seorang mahasiswa kutu buku segera terpesona dengan buku tebal bersampul kulit itu. Malam itu juga Eric diam-diam memotong kawat berduri yang membungkus buku, dan memeriksa setiap halaman di dalamnya. Semua teks asli dalam buku ini ditulis dengan alfabet kuno dan dipenuhi dengan ilustrasi yang mengganggu. Namun sepertinya pemilik buku sebelumnya berhasil menerjemahkan beberapa bagian, dan menuliskan beberapa terjemahannya beserta peringatan untuk memusnahkan buku tersebut. Erik yang menghiraukan semua peringatan akhirnya membacakan satu kalimat dengan lantang, sebuah mantra kuno yang tanpa ia ketahui akan membangkitkan kekuatan iblis. Mulai dari sinilah satu persatu dari merekapun kerasukan, dan iblis datang untuk mengkonsumsi jiwa mereka.
Karakter Mia sebagai pecandu heroin adalah ide yang menarik karena ini memungkinkan karakter Mia untuk tidak mudah dipercaya oleh para karakter lainnya. Teman-teman Mia sudah bertekad, sesakau apapun Mia, ia tidak boleh dibiarkan kembali ke kota sebelum benar-benar sembuh, karena kalau Mia kembali ke kota di tengah “program rehab” ini, ia akan kembali jatuh pada adiksinya. Saat Mia dengan histeris memohon untuk pulang ke kota setelah diserang oleh iblis di dalam hutan, tentu saja teman-temannya beranggapan bahwa itu adalah bentuk manipulasi Mia untuk kembali ke heroin. Kecanduan Mia dan dukungan teman-temannya merehabilitasi Mia memberikan motif yang lebih kuat bagi para remaja ini untuk tetap tinggal di kabin, karena mereka ingin Mia sembuh. Hal ini jugalah yang memungkinkan Mia untuk bertingkah laku aneh dan gila, yang teman-temannya pikir adalah dampak dari tubuh Mia yang mulai sakau. Namun semua sudah sangat terlambat saat mereka menyadari kalau Mia sebenarnya kerasukan, dan kerasukan ini menular.
Saya menyadari bahwa banyak penggemar horror membenci ide remake horror secara buta. Biasanya mereka membenci bukan karena hasilnya buruk, tetapi semata-mata hanya karena itu adalah film remake. Ucapan-ucapan “bagusan film aslinya!” sering sekali saya dengar, bahkan sebelum mereka menonton versi remake. Menurut saya itu adalah bentuk kenaifan yang fatal, karena meskipun memang ada banyak sekali film remake horror yang buruk, tetapi tanpa adanya konsep remake, dunia tidak akan pernah dibuat terpesona lewat The Thing (1982), The Fly (1986) dan The Blob (1988), yang mana kesemua film tersebut adalah film remake. Jadi, sudah lama saya mengambil sebuah pelajaran, bahwa tidak semua film remake itu buruk. Salah satunya Evil Dead.
The Evil Dead (1981) memang jenis film yang memiliki banyak potensi untuk diperbarui, dan visi baru dari Sam Raimi dalam versi 2013 ini sepertinya memang diperuntukkan bagi penonton generasi baru yang mungkin masih terlalu kecil (atau bahkan belum lahir) untuk merasakan sensasi The Evil Dead original saat ia pertama kali menggemparkan dunia di awal 80-an. Dalam wawancara yang pernah saya baca, pada awalnya Bruce Campbell tidak terima dengan ide remake The Evil Dead. Wajar saja, karena ia adalah bintang utama dari franchise Evil Dead, dan tak ada seorangpun yang bisa menggantikan karakter ikonik Ash. Saya sependapat, bahwa hanya Bruce Campbell yang bisa menjadi Ash di dunia ini. Namun Campbell akhirnya sepakat untuk ikut terlibat sebagai produser saat Tapert dan Raimi meyakinkannya bahwa tidak akan ada karakter Ash dalam versi 2013. Keputusan tersebut membuat semua orang lega, termasuk saya. Setelah Evil Dead 2013, proyek Raimi-Campbell-Tapert terus berlanjut. Dua tahun kemudian mereka melanjutkan franchise ini dengan membuat serial Ash vs Evil Dead (2015-2018).
Keberhasilan film ini dipengaruhi dengan banyaknya keputusan yang tepat diambil oleh penulis serta sutradaranya. Salah satunya dengan mengubah cerita dan tidak menampilkan karakter yang sama, terutama Ash. Kitab dalam Evil Dead 2013 juga menggunakan nama lain, yaitu Naturum Demonto, sementara kitab dalam The Evil Dead 1981 yaitu Necronomicon Ex-Mortis. Namun pada intinya kedua kitab tersebut adalah kitab yang sama, the Book of the Dead, dan masih memiliki konsep isi dan ide yang juga sama. Keputusan cerdas lainnya adalah, menjadikan Mia sebagai karakter utama, karena mungkin para pembuat film ini sadar betul bahwa tidak akan ada satu aktor pria pun yang bisa menandingi Bruce Campbell. Memilih karakter perempuan sebagai karakter utama tentu akan mencegah para fans The Evil Dead untuk memperbandingkannya dengan Ash.
Namun jangan mengharapkan Evil Dead 2013 memiliki unsur komedi seperti film originalnya, karena sutradara Fede Alvarez jelas-jelas meninggalkan semua unsur tersebut. Jadi yang tersisa hanyalah unsur menyeramkan dan gore-nya. Sepertinya ia dengan sengaja memutuskan untuk membuat The Evil Dead dalam versi yang lebih brutal serta gelap, dan saya pikir ini adalah keputusan yang bagus. Darah yang menyembur kemana-mana, muntah darah dari mulut ke mulut, mutilasi, amputasi, kepala terbelah, bagian tubuh yang teriris perlahan, hingga pistol paku, cutter, beling, pemotong daging, dan gergaji mesin, semuanya ada di sini. Mereka yang tidak terbiasa melihat adegan-adegan sadis sudah pasti akan memalingkan wajah sambil meringis. Sebagian besar adegan brutal dalam film ini dikerjakan dengan special effect tradisional yang sangat mengesankan serta tampak realistis, dan ini merupakan salah satu keputusan tepat lainnya yang diambil oleh sutradara Fede Alvarez. Kabarnya film ini menggunakan sebanyak 70.000 galon darah palsu dalam pembuatannya, sementara The Evil Dead 1981 hanya menggunakan 200-300 galon saja karena keterbatasan dana. Departemen visual Evil Dead 2013 memang tetap menggunakan CGI, namun hanya untuk beberapa hal minor saja. Alvarez sengaja menggunakan lebih banyak special effect tradisional seperti film aslinya sebagai bentuk penghormatannya atas pencapaian Sam Raimi, yang walaupun hanya dengan anggaran yang sangat terbatas di tahun 1981 namun bisa membuat film yang mengerikan sekaligus fenomenal. Jadi, Evil Dead 2013 memang banyak memberi penghormatan pada film aslinya dengan caranya sendiri, misalnya dengan menampilkan gergaji mesin ikonik serta senapan laras ganda yang sering disebut sebagai “Boomstick” dalam seri Evil Dead terdahulu.
Sayangnya, bukan hanya unsur komedinya saja yang absen dalam Evil Dead 2013, tetapi juga unsur atmosfernya. Apa yang membuat The Evil Dead 1981 sangat berhasil adalah bagaimana Sam Raimi menciptakan atmosfer yang meresahkan dan sangat claustrophobic. Seandainya saja unsur ini tetap ada dalam Evil Dead 2013, tentu level kengerian film ini akan semakin tinggi. Namun hal itu masih bisa dimaafkan, karena yang paling saya benci dari Evil Dead 2013 bukanlah soal itu, melainkan soal dimasukkannya unsur melodrama antara karakter Mia dan David. Saya tidak paham apa gunanya memasukan unsur melodrama sentimental ke dalam sebuah film Evil Dead? Penonton hanya ingin melihat kekuatan iblis menghancurkan hidup anak-anak remaja di kabin, dan apapun backstory mereka sudah bukan hal yang penting lagi. Hubungan kakak-adik Mia-David ini penuh dengan sentimental yang saya rasa sangat berlebihan dan cukup merusak keseluruhan film. Ini adalah unsur yang paling tidak penting dalam Evil Dead 2013, dan David adalah karakter yang paling saya benci dalam film ini karena ia adalah karakter yang terlalu sentimental dan dramatis. Untung saja ia tidak menjadi pahlawan seperti Ash dalam Evil Dead 2013, karena itu hanya akan menjadikan film ini sebagai bencana.
Setelah menikmati suguhan penuh kekerasan dan kengerian ini, Evil Dead 2013 kemudian ditutup dengan post-credit yang cukup untuk meyakinkan para penonton bahwa ini bukanlah film Evil Dead abal-abal. Sosok Bruce Campbell tiba-tiba muncul di layar dan berkata “Groovy” (kutipan iconic Evil Dead lainnya) dengan gaya khas-nya sambil melihat ke arah penonton. Adegan post-credit ini bisa dibilang merupakan simbol persetujuan resmi Campbell untuk versi remake ini. Evil Dead 2013 merupakan entri yang cukup bagus dalam keseluruhan universe Evil Dead. Ini adalah film Evil Dead yang paling kejam, mengerikan, dan menampilkan paling banyak darah dari keseluruhan franchise. Evil Dead versi Fede Alvarez memang tidak akan berdampak besar dalam kultur horror seperti pendahulunya, tetapi film ini benar-benar menghibur, mengerikan, dan penuh dengan adegan sadis.
Untuk berdiskusi lebih lanjut soal film ini, silahkan kontak Tremor di email: makanmayat138@gmail.com