fbpx

MOVIE REVIEW: DOG SOLDIERS (2002)

DOG SOLDIERS
Sutradara:
Neil Marshall
UK (2002)

Review oleh Tremor

Dog Soldiers adalah sebuah debut horor / action yang disutradarai, ditulis sekaligus diedit oleh Neil Marshall yang sebelumnya lebih banyak bekerja sebagai editor dan hanya pernah membuat beberapa film pendek saja. Draft untuk Dog Soldiers sendiri sudah mulai ia tulis sejak tahun 1996, dan dibutuhkan selama enam tahun untuk memperbaiki naskahnya hingga akhirnya mendapatkan pembiayaan untuk merealisasikan karya ini. Tiga tahun setelah Dog Soldiers menarik perhatian para peminat horror, Marshall langsung merilis film horror terbaik buatannya berjudul The Descent (2005) yang membuat namanya semakin harum. Karirnya kian meroket lewat film action / sci-fi post-apokaliptik berjudul Doomsday (2008) hingga dipercaya untuk menyutradarai adaptasi Hellboy (2019). Kalau kita berfokus hanya pada genre horror, sayangnya sejauh ini film fitur horror buatan Marshall hanya ada dua saja, Dog Soldiers dan The Descent. Selebihnya, ia banyak disibukkan dengan penyutradaraan episode-episode serial TV dari mulai Game of Thrones, Constantine, Hannibal hingga Westworld.

Kalau kalian berpikir bahwa judul film ini mengacu pada kisah tentang aksi gerombolan anjing-anjing heroik, kalian salah besar. Pada dasarnya film ini memiliki plot yang sangat sederhana. Sekelompok tentara dikirim ke hutan terpencil di dataran tinggi Skotlandia untuk menjalankan latihan perang sekaligus survival. Tanpa diduga, sesi pelatihan ini menjadi sesuatu yang jauh lebih serius saat mereka menemukan kamp kelompok tentara operasi khusus telah dibantai secara mengenaskan. Mereka tidak menemukan satupun mayat selain isi perut manusia yang berceceran. Seluruh senjata dengan peluru sungguhan milik tentara operasi khusus ini pun masih lengkap, seakan tidak ada satupun peluru yang sempat ditembakkan. Di kamp ini mereka hanya menemukan satu survivor, pimpinan operasi khusus yang bernama Kapten Ryan. Mengaku sedang menjalankan misi rahasia, kapten Ryan menolak untuk mengungkapkan siapa yang menyerang kelompoknya. Tak butuh waktu lama hingga kita tahu jawabannya. Saat hari mulai gelap, para tentara ini mulai mendengar lolongan serigala dari kejauhan, dan sekelompok hewan pemangsa mulai meneror mereka dari balik hutan yang lebat. Tanpa tahu ada di mana dan siapa musuh mereka, para tentara ini berusaha pergi dari area tersebut sambil dengan panik menembaki bayang-bayang yang dengan bergerak di balik pepohonan. Tapi penonton diberi kesempatan untuk melihat sekelibat siluet-siluet dari hewan tersebut. Mereka memiliki tubuh seperti manusia, ditumbuhi rambut di banyak bagian tubuhnya, berjari-jari cakar besar, dan berkepala serigala. Werewolf. Beruntung, seorang zoologist bernama Megan yang juga sedang bertugas di dekat sana mendengar suara-suara tembakan tersebut dan segera menyelamatkan para tentara ini dengan mobil jeep-nya. Karena lokasi mereka sangat jauh dari peradaban, Megan membawa mereka ke satu-satunya rumah yang ada di dekat situ. Megan mengaku mengenal keluarga penghuni rumah di tengah hutan tersebut. Namun sesampainya di sana, rumah tersebut dalam keadaan kosong. Malam masih panjang, dan mimpi buruk baru saja dimulai. Kini para tentara ini harus mempertahankan diri dari serangan kelompok manusia serigala yang kelaparan, setidaknya hingga matahari terbit.

Mengingat ini adalah film debut dari Neil Marshall, anggaran pembuatan yang ia dapat untuk film ini bisa dibilang cukup rendah. Meskipun begitu, produksi film ini tetap memukau. Sutradara Marshall berhasil membuktikan bahwa ambisinya tetap bisa direalisasikan meskipun dengan dana yang terbatas. Dog Soldier bahkan berhasil mengantarkan teror dan perasaan mencekamnya dengan sangat efektif layaknya film produksi buatan studio-studio besar. Banyak film horor menakjubkan yang berhasil memberikan rasa takut bukan dari apa yang tidak kita lihat. Ini adalah bentuk rasa takut manusia yang paling purba, yang juga cukup menjelaskan mengapa banyak orang takut akan kegelapan. Dan ini jugalah strategi yang dipakai oleh Marshall dalam mengakali keterbatasan bajetnya untuk menciptakan suasana mencekam di film ini. Meskipun dalam sebagian besar durasinya kita tidak benar-benar bisa melihat tampilan utuh para manusia serigala ini, tetapi kita bisa merasakan kengeriannya. Namun saat kita akhirnya bisa melihat penampakan manusia serigala seutuhnya, hasilnya sama sekali tidak mengecewakan. Apalagi semua makeup, kostum dan special effect-nya dikerjakan secara tradisional, tanpa CGI. Satu-satunya kekecewaan kecil saya dari Dog Soldiers adalah, absennya satu “adegan wajib” dalam setiap film werewolf, yaitu adegan transformasi penuh saat seseorang dengan perlahan dan menyakitkan berubah menjadi manusia serigala. Setiap film werewolf hanya memiliki dua opsi teknis untuk membuat adegan transformasi. Yang pertama adalah lewat special effect tradisional seperti yang bisa kita lihat pada adegan transformasi dalam An American Werewolf in London (1981), The Howling (1981) hingga Ginger Snaps (2000). Opsi ini tidak mungkin bisa dipilih oleh Marshall karena untuk membuat adegan transformasi secara tradisional membutuhkan dana yang cukup besar. Opsi kedua adalah pilihan yang lebih murah, yaitu menggunakan special effect CGI. Namun opsi CGI sudah ditolak oleh Marshall sejak awal. Akhirnya Marshall memilih teknik klasik untuk memfilmkan transformasi tubuh werewolf, yaitu lewat makeup, editing, serta sudut kamera. Namun, seperti saya sebut sebelumnya, ini hanyalah kekecewaan kecil saja karena bagaimanapun saya tetap menghargai keputusan tepat Marshall untuk memaksimalkan usahanya tanpa bantuan CGI, karena CGI justru berpotensi akan merusak film ini. Selain special effect werewolf, film ini juga memiliki banyak special effect gore yang ditangani dengan sangat baik dan tidak main-main. Isi perut dan banyak darah.

Dog Soldiers juga memiliki banyak easter eggs sebagai penghargaan Marshall pada hal-hal yang menginspirasinya. Salah satu karakter bernama sersan Harry G. Wells jelas mengacu pada penulis H.G Wells, penulis sci-fi dari mulai novel The War of the Worlds, The Invisible Man hingga The Island of Doctor Moreau. Nama karakter lain dalam Dog Soldiers yang cukup mencolok adalah Corporal Bruce Campbell, yang sudah jelas dari mana referensinya, yaitu aktor cult Bruce Campbell yang sangat dikenal sebagai Ash dari seri Evil Dead. Selain itu ada juga satu dialog yang mengutip langsung dari film Aliens (1986), yaitu saat Sersan Wells mengingatkan tentaranya untuk menembak secara “short, controlled bursts”. Bicara soal film Alien dan Evil Dead, Dog Soldier juga secara terang-terangan menggunakan atmosfer dan plot yang mirip dengan kedua franchise horror tersebut.

Saya pribadi sangat suka dengan bagaimana Marshall membuat film werewolf yang terasa sangat menyegarkan, tidak biasa, lain daripada yang lain karena ia menggabungkan genre action perang dengan subgenre horror werewolf. Semua elemen dari kedua sub-genre tersebut ada di sini dan terasa sangat menyenangkan untuk ditonton. Pada sisi film action perangnya, kita bisa melihat elemen-elemen dari genre tersebut dari mulai ledakan, aksi tentara memberondong senapan mesin, perjuangan hingga titik darah penghabisan, aksi heroik, hingga teriakan-teriakan ala tentara yang sedang berperang. Dari sisi film horrornya, kita disuguhi dengan banyak adegan gore, darah hingga perilaku werewolf yang sangat mengancam. Dog Soldiers adalah film yang bisa saya kategorikan sebagai cult classic modern meskipun ia memang bukan film yang sempurna. Film ini memang memiliki banyak plot-hole serta inkonsistensi. Lagi pula plot-hole tidak pernah mengganggu dalam film semacam ini, dimana penontonnya tidak dituntut untuk berpikir keras soal jalan ceritanya. Sebagai sebuah film debut, Dog Soldiers adalah film yang memuaskan dan sangat menghibur.