CARRIE
Sutradara: Brian De Palma
USA (1976)
Review oleh Tremor
Meskipun sutradara Brian De Palma sangat dikenal lewat karya-karya thriller, crime hingga action seperti Dressed to Kill (1980), Scarface (1983), Body Double (1983), The Untouchables (1987) hingga Mission: Impossible (1996), tapi adalah film horror Carrie yang menjadi film penting yang melambungkan karir De Palma. Tak hanya karir De Palma, film ini juga berperan sangat besar bagi kesuksesan penulis novel Stephen King. Carrie merupakan film drama supranatural horror yang diangkat dari novel perdana Stephen King. Novelnya sendiri diterbitkan pada tahun 1974, hanya dua tahun sebelum De Palma mengangkatnya ke layar lebar. Jadi, pada saat film ini dirilis, nama King belum sebesar sekarang. Setelah film Carrie meledak di pasaran, Stephen King sebagai novelis menjadi sangat dikenal di kalangan yang lebih luas hingga ke tingkatan Hollywood. Dan seperti kita tahu, sejak itu karir menulisnya berjalan sangat mulus. Film Carrie juga memicu para sutradara melirik novel-novel buatan King selanjutnya untuk diadaptasi, dari mulai mini seri TV Salem’s Lot (Tobe Hooper, 1979), The Shining (Stanley Kubrick, 1980), The Dead Zone (David Cronenberg, 1983), Christine (John Carpenter, 1983) dan daftarnya masih berlanjut hingga sekarang, menjadikan Stephen King sebagai novelis yang karyanya paling banyak diadaptasi menjadi film.
Film ini bercerita tentang Carrie White, seorang gadis remaja canggung yang kesepian dan pemalu. Carrie hanya tinggal berdua saja dengan Margaret, ibunya yang overprotektif dan gila agama. Margaret memaksa Carrie untuk menjalani hidup yang sama sekali tidak normal yang ekstrim setiap harinya, yang semua berdasarkan pada kebutaan terhadap agama secara fanatik. Margaret juga sering mengunci Carrie dalam ruangan kecil dan memerintahkannya untuk berdoa. Carrie tidak pernah keluar rumah kecuali untuk pergi sekolah, dan ia juga tidak memiliki satupun teman di sekolahnya, Bates High School. Lebih buruk lagi, karena perilakunya dan penampilannya yang aneh, Carrie sering menjadi target bullying dan intimidasi dari gadis-gadis populer di kelasnya. Film ini dibuka momen yang sangat krusial bagi keseluruhan film, yaitu satu insiden bullying dan pelecehan yang jahat terhadap Carrie, yang terjadi di ruang ganti sekolah. Setelah insiden tersebut, guru olahraga Miss Collins menghukum semua teman sekelas Carrie. Salah satu gadis paling populer di antara mereka, Chris, bahkan dilarang untuk hadir di acara prom night sekolah yang akan diadakan satu minggu mendatang. Seperti kita tahu dari film-film Amerika, prom night adalah malam yang sangat penting bagi para remaja seperti Chris, dan dilarang hadir dalam prom night merupakan hukuman yang sangat berat baginya. Tentu saja Chris murka dan berencana untuk membalas dendam pada Carrie. Sebaliknya, salah satu teman Chris bernama Sue yang juga sempat ikut melakukan penyerangan terhadap Carrie di ruang ganti merasa kasihan dan merasa bersalah pada Carrie. Dengan tujuan ingin menebus kesalahannya sekaligus menghibur Carrie, Sue meminta kekasihnya Tommy agar mau mengajak Carrie sebagai pasangannya di prom night nanti. Tommy sendiri adalah remaja laki-laki yang paling populer di sekolah. Setelah beberapa kali menolak, akhirnya Carrie memberanikan diri memberontak dari ibunya dan sepakat untuk pergi ke prom night bersama Tommy. Mendengar hal tersebut, Chris yang menaruh dendam pada Carrie meminta bantuan kekasihnya Billy untuk mempersiapkan pembalasan dendam pamungkasnya di malam pesta dansa tersebut. Sayangnya, tak ada yang tahu bahwa Carrie memiliki kekuatan telekinetik yang sedikit demi sedikit sudah mulai ia sadari. Malam prom night pun tiba. Di pesta dansa tersebut, untuk pertama kali dalam hidupnya Carrie merasakan kebahagiaan. Namun saat prank pamungkas yang dilakukan Chris dimulai, amarah Carrie memuncak, dan pesta dansa tersebut berubah menjadi tragedi yang tak pernah terbayangkan sebelumnya.
Kisah Carrie jelas adalah kisah yang tragis. Namun kisahnya membahas dua tema besar sekaligus dengan cerdas. Tema pertama adalah soal sisi berbahaya dari fanatisme ekstrim terhadap agama yang digambarkan lewat karakter Margaret White. Meskipun digambarkan cukup berlebihan, namun keyakinan dan kediktatoran Margaret terhadap Carrie cukup menakutkan dan absurd. Ia bahkan memaksa putrinya untuk meminta pengampunan dosa atas hal-hal yang benar-benar alami, seperti menstruasi salah satunya. Konsekuensi dari kepercayaannya yang ekstrim ini berpengaruh sangat buruk terhadap Carrie, menjadikan Carrie sebagai gadis aneh yang sulit bergaul di sekolahnya. Di sinilah kita memasuki tema kedua, yaitu perilaku buruk para remaja terhadap teman sekelasnya yang dianggap aneh. Tentu kita semua pernah mengenal orang-orang seperti itu dalam masa sekolah kita dulu. Bullying dan penindasan mental yang dilakukan siswa-siswa populer di sekolah terhadap mereka yang dianggap aneh dan lemah seakan sudah dinormalisasi di kalangan remaja di mana-mana. Hal yang menakutkan dari film Carrie mungkin bukan pada kekuatan telekinetik, tetapi pada bagaimana manusia bisa memperlakukan satu sama lain dengan sangat buruk, tanpa menyadari dampaknya secara mental. Seperti kata Miss Collins dalam film ini, “Did any of you ever stop to think that Carrie White has feelings?”
Saya suka dengan bagaimana film ini memperlakukan aspek supranatural telekinetiknya dengan tidak berlebihan. Sejak awal kita tahu bahwa Carrie White memiliki kekuatan tersebut. Awalnya Carrie sempat kebingungan dengan dirinya sendiri, dan ia merepresi kemampuan spesialnya. Namun ia adalah gadis yang cerdas. Carrie pergi ke perpustakaan untuk mencari tahu kekuatan yang dimilikinya dan ia akhirnya menemukan bahwa ada banyak orang lain yang memiliki kekuatan serupa. Ia tidak lagi merasa sendirian, dan ia tidak takut lagi dengan dirinya sendiri. Dalam film ini Carrie diidentifikasi sebagai manusia biasa dan bukan sebagai mutan ala X-men. Namun saat amarah Carrie meledak di malam pesta dansa, kekuatannya lepas sebagai tantrum.
Selain karena pengarahan De Palma yang sangat bagus, keberhasilan film ini juga tak lepas dari Sissy Spacek, aktris muda pemeran Carrie yang bermain sangat maksimal sejak film ini dimulai. Ia sanggup memerankan Carrie yang ketakutan, histeris, senang, hingga marah dengan luar biasa, dan memunculkan rasa simpati bercampur ngeri dari penontonnya. Piper Laurie, aktris pemeran Margaret White juga bermain sangat maksimal sebagai seorang ibu yang gila. Tak heran kalau keduanya akhirnya dinominasikan dalam penghargaan Oscar untuk penampilan mereka dalam Carrie. Selain itu, peran score film yang digubah oleh Pino Donaggio, komposer langganan De Palma, juga menyumbangkan peran penting dalam keberhasilan Carrie. Meskipun Donaggio jelas-jelas mencuri sound effect dari film Psycho (1960) dalam banyak adegan terornya, tapi musiknya tetap sangat efektif dalam menggambarkan suasana. Mengingat nama sekolah Carrie adalah Bates High School (Norman Bates adalah nama antagonis utama dalam film Psycho), apakah mungkin sound effect tersebut memang sebagai bentuk penghargaan De Palma terhadap film Psycho?
Sejak film ini dirilis, novel Carrie buatan Stephen King telah diadaptasi ulang sebanyak dua kali. Pertama pada tahun 2002 sebagai film TV, dan yang kedua pada tahun 2013. Bahkan pada tahun 1999 produser Paul Monash berusaha untuk menjadikan Carrie sebagai franchise dan membuat sekuel dari Carrie 1974, berjudul The Rage: Carrie 2 (1999) yang tentu saja gagal total. Bagi saya, Carrie buatan De Palma tetap satu-satunya masterpiece horor klasik. Meskipun film ini dirilis 46 tahun yang lalu, tapi film Carrie masih sangat bagus di segala sisi. Tak heran mengapa Brian De Palma menjadi salah satu sutradara penting pada masanya. Lihat saja bagaimana ia menggambarkan adegan klimaks dalam film ini, dari sejak prom night dimulai hingga Carrie melepas amarahnya. Adegan klimaks ini saja sudah cukup layak untuk ditonton berulang kali. Hingga hari ini Carrie masih menjadi sebuah contoh karya horor yang tak tertandingi, salah satu film terbaik dari era 70-an, sekaligus juga merupakan salah satu adaptasi Stephen King terbaik yang pernah dibuat.
Untuk berdiskusi lebih lanjut soal film ini, silahkan kontak Tremor di email: makanmayat138@gmail.com