WHITE WARD ‘False Light’ ALBUM REVIEW
Debemur Morti Productions. June 17th, 2022
Experimental/Post-black metal
Berkat album kedua mereka, “Love Exchange Failure”, yang dirilis oleh Debemur Morti Productions pada tahun 2019, grup black metal asal Ukrania, WHITE WARD, bisa dibilang telah menjadi salah satu band extreme metal paling panas saat ini, meskipun skena post-black metal terkini sudah terlalu oversaturated, akibat udah kebanyakan banget band yang bawain aliran tersebut. Nama WHITE WARD mampu nongol ke permukaan karena konsep yang mereka sodorkan cukup beda daripada yang lain, alih-alih mengusung tema tentang hutan hijau, pemandangan alam, atau kisah fantasi, Andrey Pechatkin, Yuriy Kazaryan, Yevhenii Karamushko, Mykola Jack, dan Dima Dudko mencoba untuk mengangkat tema tentang kesehatan mental, krisis lingkungan hidup, hingga pergumulan manusia modern ditengah kejamnya hutan beton, yang tentunya jauh lebih realistis, WHITE WARD juga sangat lantang menyuarakan pesan-pesan anti-fasisme dan anti penindasan kaum minoritas, berbanding terbalik dengan band-band black metal satu negaranya, yang lumayan banyak nyaman bercokol di persekutuan kaum ultra nasionalis/NSBM. Ditulis dan digarap sebelum invasi Russia (dengan finishing touch diselsaikan pada awal 2022), album penuh ketiga WHITE WARD, dengan tajuk ‘False Light’, dilepaskan ke pasaran ditengah kobaran api peperangan yang sedang bergelora, album ini pun menjadi sebuah testament akan eksistensi WHITE WARD, sekaligus pembuktian mental baja rakyat Ukraina yang tak pernah gentar, dan tak berhenti berkarya meskipun sedang dihantam hujan artileri.
Elemen jazz noir/darkjazz yang sudah terdengar semenjak album pertama, ‘Futility Report’ (2017), masih berceceran disetiap trek dalam ‘False Light’, yang secara keseluruhan menjadi full-length paling beragam yang pernah ditulis oleh WHITE WARD, penuh eksperimentasi yang membuat album ini tetap terdengar fresh, walaupun dari segi komposisi tidak terlalu banyak ada perubahan drastis. Dibuka dengan nomor mammoth “Leviathan”, WHITE WARD tak terlalu banyak basa-basi ketika memulai LP ketiga mereka, pendengar langsung dihajar dengan gebukan barbar Ievgen Karamushko, dan riffing logam hitam menggebu-gebu dari Yurii Kazarian dan Mykola Previr, selain itu pada pertengahan lagu (dan juga lagu berikutnya), grup ini mengundang peniup Trompet, Jerome Burns, biar gak melulu ngandelin saxophone doang, selanjutnya dalam “Salt Paradise”, dengan aransemen rada nyerempet americana, vokalis grup darkwave EXECUTIONER’S MASK, Jay Gambit, ikut menyumbangkan suara baritone-nya, yang membuat atmosfir gelap nan suram makin pekat. Track berikutnya “Phoenix” menurut saya merupakan nomor terbaik dalam ‘False Light’, karena dalam waktu 10 menit saja, WHITE WARD menunjukan kapasitas mereka sebagai penulis lagu, baik lewat struktur, flow, hingga transisi dalam lagunya bikin mulut menganga, belum lagi pada menit ketujuh, mereka juga sedikit memasukan kocokan riff dan tarikan scream ala euro melodeath-core (HEAVEN SHALL BURN/CALIBAN), lalu satu menit kemudian diselipkan elemen post-punk/goth rock singkat, yang penempatanya bikin klimaks lagu makin ngena.
Berikutnya “Silence Circles” punya song structure yang agak sedikit unorthodox, namu dengan perpindahan antar bagian rada caur, yang untungnya terselamatkan oleh riffing gaya Gothenburg meets sax solo pada akhir lagu, dan juga ending eksplosif, setelah interlude singkat “Echoes in Eternity”, WHITE WARD lanjut gaspol lagi lewat “Cronus”, yang mengembangkan lagi elemen post-punk/goth rock di menit awal lagu, sangat disayangkan aja penampakannya lagi-lagi cuma sekelebat, padahal pembawaan vokalis tamu Vitaliy Havrilenko udah dapet banget. Title track sekaligus penutup album ini merupakan sebuah nomor masif, dengan runtime hampir seperempat jam, yang kembali lagi dimeriahkan guest vocalist, yaitu penyanyi berkebangsaan Inggris, Adam Symonds (LATITUDES), meskipun performa dan songwriting chops WHITE WARD dalam lagu tersebut cukup impresif, tetapi sama seperti 80% materi di album ini, transisi antar part dalam lagu, kadang terdengar agak sedikit abrupt, kadang bagian obligatory jazzy parts with saxophone terkesan sangat maksa penempatannya, dan jujur dengan durasi lebih dari satu jam, ‘False Light’, kalau didengarkan saat momen kurang tepat bakal terdengar sangat melelahkan, namun diluar hal-hal tersebut WHITE WARD mampu menghasilkan sebuah album post-black metal yang bisa menyegarkan pikiran sekaligus membuka wawasan lewat lirik yang socially conscious, WHITE WARD tak terjebak dalam lubang yang sama kayak kebanyakan band post-black/blackgaze kekinian, alhasil ‘False Light’ undoubtedly one of the best black metal album dari tahun 2022. (Peanhead)
8.9 out of 10