UNLEASH THE ARCHERS ‘Phantoma’ ALBUM REVIEW
Napalm Records. May 10th, 2024
Power metal
Ketika pertama kali dengerin album keenam UNLEASH THE ARCHERS, ‘Phantoma’, pas masih anget baru dirilis awal Mei 2024 lalu, jujur respon pertama setelah denger secara penuh untuk pertama kalinya jelas agak mengecewakan. Konsepnya sih patut diacungi jempol deh, karena emang ambisius dan dipenuhi kritik sosial, mengisahkan perjalanan sebuah akal imitasi model Phase 4 / Network Tier 0 – model A (PH4NT0MA) yang memperoleh kesadaran diri, melarikan diri dari penjara digitalnya, lalu akhirnya menyadari bahwa kehidupan manusia ternyata penuh dengan kepalsuan. Sebuah cerita yang sebenarnya sangat relatable banget sama kondisi dunia saat ini. Sayangnya, dari segi musik, Phantoma mengikuti tren dari ‘Abyss’ (2020), yang lama-lama makin radio-friendly, karena unsur melodic death metal/extreme metal yang membuat komposisi power metal dari UNLEASH THE ARCHERS di tiga album awal beda daripada yang lain, akhirnya justru semakin dikesampingkan lagi dan lagi. Namun, setelah satu tahun berlalu, saya memberikan kesempatan lagi pada ‘Phantoma’, di tengah kondisi dunia yang semakin semrawut, baik nyata ataupun digital, ditambah sudah tak ada ekspektasi besar lagi, akhirnya ‘Phantoma’ nyangkut juga.
Salah satu kekurangan paling besar Phantoma adalah pacing-nya cukup lambat, karena tiga lagu pertama bisa dibilang masih tahap world-building dari segi narasi. Dari segi aransemen, album ini dibuka dengan trek epik yang jadi salah satu stand out. Meskipun pembukaannya menjanjikan, dua lagu berikutnya, “Ph4/NT0-mA” dan “Buried in Code”, sayangnya terdengar kelewat generik racikan power metal-nya. Barulah di lagu ketiga, “The Collective”, UNLEASH THE ARCHERS menampilkan taringnya, yang lalu dilanjutkan oleh “Green & Glass”, yang sedikit memasukkan lagi nuansa-nuansa melodeath dalam riff duo gitaris Grant Truesdell dan Andrew Kingsley. Sedangkan “Gods In Decay”, power ballad “Give It Up or Give It All”, dan “Ghosts in the Mist” menampilkan secara jelas sensibility pop band asal Kanada ini yang semakin menguat dari album ke album, namun masih dalam konteks heavy/power metal tentunya. Masuk di dua lagu terakhir, Brittney Slayes, Scott Buchanan, dkk. menghadirkan komposisi yang dijamin lebih familiar ke pendengar era ‘Time Stands Still’ (2015) dan ‘Apex’ (2017), yang tentunya lebih gahar, di mana “Seeking Vengeance” jadi ada rasa-rasa DARK TRANQUILLITY misalnya, sedangkan “Blood Empress” dijamin sangat catchy dan anthemic, dengan sedikit twist menuju akhir lagu. Tapi males aja sih, pake acara ditutup dengan fade out yang klise, gak sekalian dibuat bombastis aja penutupnya. Di luar produksi steril dan beberapa lagu generik parah, ‘Phantoma’ masih menjadi album yang enjoyable, apalagi kalau didengarkan sambil baca liriknya, yang mengangkat isu hangat di dunia saat ini. Yang penting, pas dengerin harus lupa ingatan dulu dengan kegaharan empat album pertama UNLEASH THE ARCHERS, kalau enggak ya gua jamin, bakalan kecewa berat lurd. (Peanhead)
8.2 out of 10