fbpx

ALBUM REVIEW: TRIBULATION – WHERE THE GLOOM BECOMES SOUND

TRIBULATION ‘Where the Gloom Becomes Sound’

Century Media (EU)/Metal Blade (USA). January 29th, 2021

Gothic/Heavy metal

Meskipun awalnya diformasikan sebagai sebuah unit death metal, TRIBULATION semenjak album ketiga mereka, ‘The Children of the Night’. yang dirilis tahun 2015 silam, sudah merambah kemana-mana cakupan musiknya, beda jauh lah kalau dibandingin sama ‘The Formulas of Death’ dan ‘The Horror’ yang masih death metal tulen. TRIBULATION saat ini menjadi salah satu band yang punya sound beda daripada yang lain, musik yang mereka usung terbilang hampir mustahil untuk dikotakan kedalam aliran tertentu, karena Johannes Andersson and co. dalam menggodok karaya mereka banyak memadukan berbagai unsur non-extreme metal entah itu traditional heavy metal, hard rock, psychedelic/progressive rock, hingga gothic rock. Walaupun mengalami transformasi drastis, pengikut lama grup ini sepertinya gak terlalu banyak yang kabur, karena setidaknya TRIBULATION, meski sekarang banyak terpengaruh band lejen yang sama dari era 70/80’an, masih tetap dijalur extreme metal albeit lebih nyeleneh, gak sekonyong-konyong mengikuti jejak Tobias Forge, yang mengorbankan REPUGNANT demi GHOST, dan mereka juga gak takut kena tamparan elitist metal, kayak WATAIN yang langsung balik ke habitatnya, gara-gara eksperimentasi ‘The Wild Hunt’ jadi bulan-bulanan kaum trve kvlt.

Lagu pertama yang saya icip-icip dari album terbaru TRIBULATION, ‘Where the Gloom Becomes Sound’. adalah “Hour of the Wolf”, yang membuat ogut agak kurang antusias pada full-length keenam grup asal Arvika, Swedia ini, karena ya memang impresi pertama itu benar-benar krusial, apalagi first blood dua album sebelumnya “In The Dreams Of The Dead” dan “The Lament” langsung menggelegar, sedangkan “Hour of the Wolf” kayak lemes gegara kelupaan saur, sekaligus so far merupakan lagu terburuk dalam repertoir TRIBULATION. Tapi untungnya single kedua “Funeral Pyre” mampu memantik ketertarikan saya pada ‘Where the Gloom Becomes Sound’, dengan riffing heavy metal dan cita rasa lead ala SUMERLANDS/ETERNAL CHAMPION dkk yang pekat. Album ini walau banyak menawarkan lagu-lagu yang dijamin lebih memorable dari dua album lalu, karena susunan tracklist nya kelewat lempeng, akhirnya membuat pengalaman mendengarkan secara penuhnya jadi sedikit menjengkelkan, side pertama terdengar banget lebih moody, ketara nuansa gothic metal ala MOONSPELL, TIAMAT, dll, sedangkan sisi berikutnya, lebih kental pengaruh heavy metal/NWOBHM nya, hanya “Inanna” saja yang tempo nya nge-doom, buat jeda diantara lagu yang lebih bernyawa.

Sebenarnya dengan mengutak-atik urutan lagu “Where the Gloom Becomes Sound”, album ini pasti bakal lebih enjoyable buat didengerin tanpa jeda dari track pertama hingga akhir, bahkan menurut saya apabila dibandingkan dengan “The Children of The Night” dan “Down Below”, materi-materi dalam lagu “Where the Gloom Becomes Sound” jelas lebih bergizi dan berbobot (hanya “Hour of The Wolf” saja yang sedikit dibawah standard), cuma pacing nya aja yang membutuhkan kesabaran ekstra, kalau didengarkan tanpa ada penyusunan ulang tracklisting. Sangat disayangkan ‘Where the Gloom Becomes Sound’ menjadi album terakhir TRIBULATION bersama gitaris Jonathan Hultén, yang sudah dua puluh tahun menjadi axeman band ini dari sejak jaman masih nge-thrash menggunakan nama HAZARD, dalam proses rekaman album terakhirnya ini, ia jelas telah mengerahkan segala riff, lick, dan solo gitar paling cemerlang nya. pasca kesuksesan ‘Chants From Another Place’, sepertinya doi udah mulai jenuh maen metal-metalan, mau fokus dengan poyek solo dark-folk nya. Namun jangan khawatir TRIBULATION sudah mengumumkan mantan gitaris ENFORCER sekaligus eks vokalis/bassist era HAZARD, Joseph Tholl, sebagai pengganti, dan saya sendiri gak bakal komplen misal album berikutnya bakal lebih dominan pengaruh heavy  metal atau malah balik ­nge-thrash lagi. (Peanhead)

8.5 out of 10