fbpx

ALBUM REVIEW: ROTTENBLAST – ILUSI SOLITERIS

ROTTENBLAST ‘Ilusi Soliteris’
January 30th, 2019. Blackandje Records
Death metal

Tujuh tahun pasca perilisan album perdana ‘Pasukan Tak Bertuhan’ (2013), ROTTENBLAST kembali bangkit dengan album baru berjudul ‘Ilusi Soliteris’. penggarapan ‘Ilusi Soliteris’ lumayan memakan waktu yang panjang belum lagi ada permasalahan dengan records label asal Jakarta Barat yang waktu itu seharus nya jadi pihak yang mencetak album kedua mereka sebelum akhirnya berlabuh ke Blackandje Records. Jeda yang cukup panjang tersebut juga dibarengi oleh perubahan visi-misi dari musik
ROTTENBLAST, kalau dalam ‘Pasukan Tak Bertuhan’ masih berkutat di wilayah brutal death metal, dalam ‘Ilusi Soliteris’ quintet asal Malang, Jawa Timur ini telah merekonstruksi musik mereka jadi lebih gelap dan primitif, influence ala SUFFOCATION dan DYING FETUS yang dulu lumayan banyak mendominasi komposisi materi ROTTENBLAST, kini telah di tukar dengan perpaduan ruh dari MORBID ANGEL, VADER, MALEVOLENT CREATION, DEICIDE, hingga IMMOLATION, walaupun begitu ROTTENBLAST tak lupa dengan akar musik mereka karena racun-racun dari ROTTEN CORPSE, BRUTAL TORTURE sampai DEATH VOMIT masih mendarah daging disetiap jengkal lagu yang mereka ciptakan, jadi meskipun corak death metal mereka telah bertransformasi, aroma death metal Indonesia-nya masi terasa sangat kental.

‘Ilusi Soliteris’ dibuka dengan sebuah nomor instrumental mencekam yang langsung dibabat dengan ‘Parade Darah’ sebuah lagu death metal sekolah lama tulen, mulai dari riffing dan blast beat-nya, pembawaan vokal Robby Ilmiawan yang komat-kamit nya terdengar seperti perpaduan antara Glen Benton dan Mille Petrozza, selain itu Kvli Arit (BVRTAN) yang bertugas dalam pengerjaan mixing dan mastering juga berhasil mengemulasikan aroma busuk kaset lusuh death metal 90’an dengan nuansa DIY yang mengingatkan saya pada atmosfir album extreme metal pertama tanah air ‘Behind the 8th Ball’ (1992) dari ROTOR dan juga debut fenomenal dari SUCKER HEAD yaitu ‘The Head Sucker’ (1995). Lagu selanjutnya ‘Deviasi Tahta’ punya oktan yang lebih tinggi dari lagu pembuka dengan tambahan suntikan dosis kebringasan dari era awal SEPULTURA dan SARCÓFAGO, ‘Victim of Throne’ yang sebelumnya pernah dijadikan promo single di tahun 2015 di berikan sentuhan baru yang menjadikanya lebih barbar dari versi terdahulu, serangan selanjutnya ‘Genosida’ mungkin adalah materi yang paling dekat dengan warna death metal yang di geber ROTTENBLAST dalam ‘‘Pasukan Tak Beruhan’ lengkap dengan teknik blasting yang mengingatkan pada FORGOTTEN dicampur sensibilitas melodi pada guitar solo ala Ralph Santolla (DEICIDE, OBITUARY) (R.I.P).
Lagu-lagu pada sesi akhir bisa dibilang mengikuti formulasi yang sama dengan lagu lainya, track yang paling standout adalah ‘Hegemoni Vigilante’ sebuah lagu andalan yang menandai evolusi musik ROTTENBLAST selama satu windu terakhir dan sebuah lagu cover dari KREATOR berjudul ‘Flag of Hate’ yang dibawakan dengan agresi death metal yang lebih kesetanan. Keputusan ROTTENBLAST untuk bermetamorfosis ke ranah death metai sekolah lama saya rasa sudah tepat, mengingat skena brutal death metal Indonesia sudah terlalu penuh sesak dan perlu makin banyak para pelaku skena yang berani beda tak melulu terpaut pada potongan death metal yang itu-itu saja. ‘Ilusi Soliteris’ memang belum bisa memuaskan hasrat saya pada album old-school death metal lokal yang benar-benar sempurna, artikulasi vokal nya kurang jelas padahal sudah menggunakan bahasa Indonesia dan mayoritas lagu dalam album rada kurang memorable jadi agak masuk kuping kiri lalu keluar di kuping kanan, selain itu belum ada lagu ikonik yang nantinya bisa membawa pendengar kembali lagi mendengarkan ‘Ilusi Soliteris’ berulang kali, namun jangan salah ‘Ilusi Soliteris’ dari ROTTENBLAST secara keseluruhan masih sangat wajib masuk ke rak koleksi kalian semua, apalagi kalau anda menggilai death metal zaman purba legkap dengan ilustrasi garang dari Oik Wasfuk aka Nothing Sacred Artwork. (Peanhead)
7,0 out of 10