MEMORIAM ‘Rise To Power ‘ ALBUM REVIEW
Reaper Entertainment. February 3rd, 2023
Death metal
Meskipun dalam lima tahun terakhir sudah merilis empat buah album studio, mesin perang death metal asal Inggris, MEMORIAM, masih belum kehilangan bensin dan ketajamannya. Band yang dibentuk oleh Karl Willetts dan Andrew Whale (BOLT THROWER) bersama Scott Fairfax (MASSACRE) dan Frank Healy (ex-BENEDICTION) sebagai tribute kepada mendiang Martin “Kiddie” Kearns ini, semenjak diformasikan tahun 2015 lalu (hampir) setiap tahun pasti ngerilis album atau minimal demo, diawali dengan album ‘For the Fallen’ (2017), yang dilanjutkan dengan ‘The Silent Vigil’ (2018) dan ‘Requiem for Mankind’ (2019) secara berturut-turut, hanya rehat sejenak saja pada tahun 2020 karena faktor pandemi dan juga cabutnya drummer Andrew Whale untuk kedua kalinya. MEMORIAM pun kemudian merekrut penggebuk drum yang tak kalah berpengalaman, Spikey T. Smith, yang sebelumnya pernah memperkuat SACRILEGE dan ENGLISH DOGS, dengan formasi baru MEMORIAM langsung melepaskan album keempat mereka ‘To the End’, dibawah bendera baru, Reaper Entertaiment. Tahun ini MEMORIAM masih gaspoll terus, karena selain merilis kompilasi ‘War Rages On – Artefacts’ yang berisikan lagu-lagu dari tiga seri ‘The Hellfire Demos’, b-sides, rarities, dan track yang belum pernah dilepas sebelumnya, Karl Willetts and co. turut pula merilis LP kelima mereka, ‘Rise To Power’, yang siap menghajar telinga para penikmat musik death metal.
Mengikuti jejak ‘To the End’ kemarin, MEMORIAM melontarkan materi-materi modern death metal yang tentunya tetap tak lupa akar, ‘Rise To Power’ tak mencoba mengulang lagi komposisi old-school death metal murni kayak tiga rilisan era Nuclear Blast, yang emang udah mulai mentok di ‘Requiem for Mankind’. MEMORIAM menurut saya merupakan salah satu band yang liriknya banyak bertemakan perang, namun alih-alih mengglorifikasikan perang, mereka berhasil menunjukan kepada pendengar, bahwa tak ada sama-sekali yang mulia dalam tragedi kemanusiaan tersebut, yang ada hanya kebiadaban, hal tersebut tertuang pada lagu pembuka “Never Forget, Never Again (6 Million Dead)”, yang menceritakan kekejaman rezim fasis era perang dunia kedua. Lagu kedua, “Total War”, meskipun lumayan groovy, tapi aransemenya kurang greget, karena saya rasa MEMORIAM lebih dapet pas bawain nomor-nomor bertempo lambat atau menengah (mungkin karena ogut fans berat ‘The IVth Crusade’), kayak dua trek berikutnya “I Am The Enemy” dan “The Conflict Is Within”, yang melodi lead guitar-nya rada ngingetin pada PARADISE LOST. Track nomor kedelapan, “Annihilations Dawn”, mencoba menaikan kecepatan, eksekusinya pun mantap, dan menurut saya bersama single “Rise To Power” menjadi lagu paling medok rasa Bolty-nya di album ini, sayangnya lagu berikutnya “All Is Lost” bisa dibilang merupakan lagu terburuk sekaligus paling boring dari dalam album ini.
Sebagai serangan pamungkas, MEMORIAM melayangkan “The Pain”, yang untungnya sedikit menyelamatkan skor akhir album ini, walaupun durasinya agak kepanjangan, Overall ‘Rise To Power’ menurut saya secara kualitas masih dibawah full-length sebelumnya, hal tersebut karena secara materi album ini tak terlalu memorable,udah didengerin puluhan kali pun, paling hanya “Never Forget, Never Again (6 Million Dead)”, “I Am the Enemy”, “The Conflict Is Within”, dan “Annihilation’s Dawn” yang nyangkut dikepala, sisanya monggo lewat doang, namun dari sisi produksi ‘Rise To Power’ sebenarnya lebih enak dikuping kalau dibandingkan ‘To The End’ ataupun ‘Requiem For Mankind’. Mungkin daya gedor ‘Rise To Power’ jadi kurang ngena gara-gara MEMORIAM terlalu keseringan ngeluarin album baru, mungkin ada baiknya mereka fokus tur keliling dunia dan rehat sejenak dulu, biar jeda antar album lebih lebar, jadinya waktu penulisan dan penggarapan album pun bisa lebih panjang, karena album sebelumnya, ‘To The End’, sebenarnya sudah terdengar lumayan fresh sekaligus dijalur yang benar. (Peanhead)
7.0 out of 10