MASTODON ‘Hushed and Grim’ ALBUM REVIEW
Reprise Records. October 29th 2021
Progressive metal
Bagi sebagian orang khususnya mereka yang udah ngikutin MASTODON dari awal, dan menjadi saksi sejarah keganasan ‘Remission’ berserta ‘Leviathan’ ketika lagi panas-panasnya diperbincangkan, output MASTODON pasca ‘Crack The Sky’, yang notabene sudah dianggap sebagai masterpiece aliran progressive metal, malah justru jadi medioker aja, baik ‘The Hunter’ dan ‘Once More ‘Round The Sun’ memang masih terdengar seperti MASTODON, namun fokusnya udah jelas beda, dan terdengar ketara banget kayak masih berada dalam masa transisional. Barulah via ‘Emperor of Sand’, Troy Sanders, Brann Dailor, Bill Kelliher, dan Brent Hinds telah berhasil menyempurnakan sound yang telah mereka kejar semenjak ‘The Hunter’, alhasil full-length ketujuh MASTODON tersebut penuh lagu-lagu dengan chorus yang lebih gampang nemplok dikepala aka radio friendly macam “Precious Stones”, “Steambreather”, “Clandestiny”, dan ditutup dengan dua nomor yang masih bisa lah bikin penggemar era Relapse garis keras gembira yaitu “Scorpion Breath” dan “Jaguar God”. Album tersebut juga menyumbangkan trofi penghargaan Grammy pertama MASTODON, setelah sebelumnya sempat tiga kali masuk nominasi.
‘Hushed and Grim’ berisikan lima belas lagu dengan total durasi hampir 90 menit, dan menjadi double album pertama MASTODON, yang sayangnya (SPOILER ALERT!) untuk pertama kalinya semenjak ‘Remission’, tak ada lagu kolaborasi dengan pentolan NEUROSIS, Scott Kelly. Tak bisa dipungkiri sampai saat ini pun masih ada aja yang masih terus ngarep kwartet asal Atlanta, Georgia ini bakal balik lagi maenin progressive sludge gledek pemecah langit kayak dulu, dan sudah dijamin kalau ‘Hushed and Grim’ gak bakal bisa memuaskan hasrat orang-orang tersebut, karena LP kesembilan MASTODON ini bisa dibilang versi lebih nge-prog dari ‘Emperor of Sand’, dan diantara rilisan-rilisan lain dari tahun 2010 keatas, ‘Hushed And Grim’ adalah album yang paling dekat dengan ‘Crack The Skye’. Brann Dailor sekarang sudah semakin percaya diri menjadi lead vocalist, hal tersebut dibuktikan dengan performanya dalam “Pain with an Anchor” dan lagu alt-rocker “Teardrinker”, yang merupakan lagu paling catchy yang pernah MASTODON tulis. Interplay vokal antara Dailor dengan Troy Sanders juga semakin aduhai, kususnya dalam trek ngeprog (“Sickle and Peace”, “Skeleton of Splendor”, dan “Eyes of Serpents”). Tak hanya mengandalkan materi alternative rock dan progressive rock suram saja, MASTODON tak lupa kalau mayoritas fanbase mereka masih dikalangan anak metal, Selain single pertama “Pushing The Tides” yang punya rasa-rasa ‘Blood Mountain’, masih ada “The Crux”, “More Than I Could Chew”, dan “Savage Lands”, buat mengingatkan pendengar kalau ini adalah band sama yang menulis “Blood and Thunder”, “March of the Fire Ants”, dan “I Am Ahab” dulu, cuma bedanya sekarang band nya udah berumur, jadi sekarang agresinya lebih terukur, gak bisa asal rusuh kayak dulu.
Meskipun porsinya udah gak sebanyak dulu, tarikan vokal Brent Hinds malah sekarang jadi makin soulful, sayang aja ia hanya dapet jatah dua lagu doang, “The Beast” dan “Peace and Tranquility”, itupun harus mau berbagi dengan dua vokalis lain. Dari sisi instrumental tentunya tak perlu banyak dikomentari karena sudah jelas technical proficiency dan musikalitas Sanders, Kelliher. Hinds, and Dailor sejak day one, yang sedikit berbeda mungkin hanya gebukan drumnya aja yang jadi agak kalem alias tak terlalu hiperaktif. Walaupun saya gak ada masalah melahap ‘Hushed and Grim’ secara sekaligus tanpa jeda, tapi tetep aja kayaknya album ini bakalan lebih pas kalau dipadatkan jadi 60 menit-an saja, karena hanya “Savage Lands”, dan “Eyes of Serpents”, hanya “Gigantium” yang worthed it dari kepingan CD kedua. “Peace and Tranquility” dan “Gobblers of Dregs” aransemenya kayak rada maksa, begitu juga “Dagger” yang bereksperimentasi dengan psychedelic rock plus musik tradisional asia selatan, sedangkan “Had It All” mungkin bakalan lebih cocok kalau dinyanykan oleh Brent Hinds, karena Troy Sanders malah kurang berasa emosinya (buat saya). Agak berbeda dari album sebelumnya yang lebih lempeng, ‘Hushed and Grim’ adalah album yang memerlukan waktu yang gak sedikit buat dicerna dan ditangkap secara penuh, durasinya gak pendek, ditambah lagi tema yang disampaikan juga lumayan berat, karena merupakan tribute untuk sang manager, Nick John, yang meninggal dunia pada akhir 2018 lalu, Overall ‘Hushed and Grim’ adalah album terbaik MASTODON semenjak ‘Crack The Skye’, dan buat penggemar musik progressive rock/metal yang sudah terjamin kesabaranya, 86 menit saya rasa adalah waktu yang gak panjang-panjang amat apalagi susunan tracklisting nya sangat dinamis, sedangkan untuk penggemar casual, Tenang!, ‘Hushed and Grim’ menyajikan lagu-lagu yang sangat beragam dari yang radio-friendly hingga yang bisa menendang bokong, sampai nomor prog emosional. Semuanya ada… Tinggal Pilih Boss!! (Peanhead)
8.8 out of 10