fbpx

ALBUM REVIEW: LAMENT – VISIONS AND A GIANT OF NEBULA

LAMENT ‘‘Visions and a Giant of Nebula’ ALBUM REVIEW

Pest Productions. April 20th, 2020

Blackgaze/Post-rock

Berselang kurang dari satu bulan setelah merilis EP terbaru PURE WRATH ‘The Forlorn Soldier’, Musisi serba bisa, kepala Orkes Brutal death metal PERVERTED DEXTERITY, sekaligus boss Insidious Soundlab, Ryo, melepaskan debut album dari project terbarunya LAMENT, ‘Visions and a Giant of Nebula’ via Pest Productions, via label spesialis post-black metal/blackgaze/post-rock yang bermarkas di Nanchang, China. Apabila ‘The Forlorn Soldier’ EP Ryo menampilkan sisi atmospheric black metal yang lebih dark sekaligus menjadi album transisi PURE WRATH dari studio-project menjadi live band, dalam ‘Visions and a Giant of Nebula’ Ia membawakan komposisi post-black metal/blackgaze melankolis, dan lebih banyak menggunakan clean vocal dari pada harsh vocal, ditambah pengaruh post-rock berserta dream pop/shoegaze lebih dominan, punya nuansa kental ALCEST circa ‘Écailles de Lune’ dan ‘Les Voyages de l’Âme’. Meskipun secara kasat mata album pertama dari LAMENT ini terdengar hanya sebagai ALCEST tribute/homage album belaka (karena memang main-goal lahir-nya proyek ini), namun saya juga menangkap vibe macam AGALLOCH, LES DISCRETS ditambah hawa-hawa dingin Finnish melodic death metal.

Sebenarnya nuansa melankolis dari LAMENT sudah mulai kelihatan dalam album kedua PURE WRATH, ‘Sempiternal Wisdom’ yang dirilis dua tahun lalu, namun dalam ‘Visions and a Giant of Nebula’ karakteristik tersebut dikembangkan lebih jauh lagi lengkap dengan atmosfir yang semakin dreamy. Album ini dibuka dengan ‘Hellion’ sebuah lagu epic berdurasi delapan menit-an, dengan beberapa riffing dan leadwork membekukan ala INSOMNIUM, WOLFHEART dkk yang dicampurkan aroma pekat ALCEST tentunya, setelah track pertama yang lumayan intens, dua lagu berikutnya “Frightened” dan “Wandering” agak lebih sayu ditambah sensibilitas pop yang cukup kuat khusus nya pada melodi vokal, Setelah sebuah intermission singkat “Zephyr”, LAMENT menghadirkan dua lagu paling panjang dari album ini, “Memoir” yang versi awalnya pernah dirilis sebelumnya dalam split album ‘Presence in Absence’ bersama one man black metal project asal Blitar, AS BRIGHT AS THE STAR, dan “Unease”, dimana dalam lagu tersebut Ryo telah menciptakan melodi lead guitar terbaik dari album ini, dan entah kenapa baik nada-nada gitar dan pembawaan vokalnya rada meningatkan ogut pada musik-musik pop rock/pop alternatif lokal era perengahan 2000-an digabungkan dengan crescendo megah ala MONO, cuma transisinya rada abrupt aja.

Meskipun secara keseluruhan ‘Visions and a Giant of Nebula’ masih jauh lebih baik dari ribuan ALCEST-clone yang beredar dipasaran saat ini, namun debut LAMENT ini entah kenapa terdengar masih agak nanggung, banyak bagian yang sebenarnya bisa digali lebih jauh lagi, dan struktur lagunya masih rada seragam, berkutat pada dinamika berserta pola yang terlalu identik satu sama lain, sudah bisa ditebak kalau part blackened nya biasanya muncul di bagian pertengahan lagu. Walau memang ‘Visions and a Giant of Nebula’ merupakan sebuah homage bagi grup besutan Stéphane ‘Neige’ Paut, Ryo sudah mencoba menggabungkan elemen diluar ALCEST, yang nantinya bisa dikembangkan dalam album-album berikutnya agar LAMENT bisa keluar dari bayang-bayang influence terbesar nya. Selain itu saya rasa proyek ini potensial buat dijadikan sebuah full-band, karena kehadiran drummer bukan gambaran bakalan memberikan nyawa pada lagu-lagu LAMENT berikutnya, karena ya sebagus-bagus nya drum progamming tetep aja rada datar. lalu kalau bisa mungkin dalam album yang nantinya bakal jadi follow-up ‘Visions and a Giant of Nebula’, ditulis menggunakan bahasa Indonesia, karena proyek ini punya potensial jadi band metal lokal yang mampu crossover ke audiens side-stream lain nya diluar scene cadas lokal. (Peanhead)

7.5 out of 10