FULL OF HELL ‘Weeping Choir’
Relapse Records. May 17th, 2019
Grindcore/Death metal
Semenjak mencuat ke permukaan di tahun 2009, FULL OF HELL punya dekade yang bukan hanya produktif tapi juga berani berani ber-eksplorasi, mulai dari seabrek EP/mini album, split album bersama nama-nama seperti NAILS, CODE ORANGE (Kids), dan PSYWARFARE (aka Dwid Hellion of INTEGRITY) sampai kolaborasi bersama pentolan scene Japanoise Masami Akita alias MERZBOW, FULL OF HELL juga mengantongi dua kolaborasi berbahaya ‘One Day You Will Ache Like I Ache’ (2016) dan ‘Ascending a Mountain of Heavy Light’ (2017) bersama unit duo avant-garde sludge metal THE BODY. Selain itu mereka juga telah melepaskan empat buah full length, yang dari album ke album makin memperlihatkan kemahiran mereka meracik grindcore/powerviolence dengan bumbu mulai dari death metal, noise, doom metal, power electronic sampai black metal sekalipun, semuanya demi meluluh lantahkan telinga para pendengar karya-karya mereka. Untuk album teranyar FULL OF HELL menandatangani kontrak dengan Relapse Records yang sudah punya rekam jejak dalam merilis album-album dari grup musik nyeleneh semenjak didirikan pada tahun 1990. ‘Weeping Choir’ yang menjadi titel album penuh ke-empat mereka sendiri merupakan companion album dari karya mereka sebelumnya ‘Trumpeting Ecstasy’ (2016).
Jikalau saudara pendahulunya merupakan titik dimana FULL OF HELL lebih jauh memasukan pengaruh dari metal kematian kedalam kode genetik mereka, ‘Weeping Choir’ lebih terdengar layaknya sebuah rangkuman perjalanan karir Dylan Walker, Spencer Hazard, Dave Bland, dan Sam DiGristine selama satu dekade. FULL OF HELL kembali turut serta memasukan kembali nuansa hardcore punk/poweviolence dalam ‘Roots of Earth Are Consuming My Home’ (2011), ‘Rudiments of Mutilation’ (2013) dan mengkombinasikanya dengan death metal ala MORBID ANGEL, TIMEGHOUL sampai INCANTATION. Dalam durasi yang kurang dari dua puluh limat menit ‘Weeping Choir’ menyerang ke seluruh penjuru mata angin tanpa peduli namanya pengkotak-kotakan sub-genre, babak pertama di mulai dengan serangan deathgrind/goregrind membabi buta ‘Burning Myrhh’, yang video klip nya saya rasa kudu ditonton juga mengingat konsep nya benar-benar bisa mewakili kengerian album ini, selang jeda cuma beberapa detik ‘Haunting Arches’ langsung menyalak dengan pattern kocokan gitar yang rada teknikal rasa-rasa DEMILICH, ‘Thundering Hammers’ melanjutkan pembantaian telinga berikutnya punya jurus riff lengket berlumpur ala Trey Azagtoth dalam ‘Blessed Are The Sick’, babak pertama ‘Weeping Choir’ kemudian ditutup dengan penampakan sisi noise FULL OF HELL yaitu ‘Rainbow Coil’.
Babak selanjutnya merupakan sisi paling eksploratif FULL OF HELL, mesikpun ‘Aria of Jeweled Tears’ bisa dibilang hanya merupakan lagu grindcore standar, lagu setelahnya ‘Downward’ yang punya warna hardcore punk khas ditengah-tengah gempuran riff death metal yang rada teknikal dan tentunya ‘Armory of Obsidian Glass’, yang merupakan trek paling panjang dalam ‘Weeping Choir’ dengan durasi hampir tujuh menit, lagu tersebut juga menghadirkan penampilan dari Kristin Hayter (LINGUA IGNOTA) yang mengisi di komposisi sludge metal lambat sebelum pecah bertransformasi jadi post-black metal penuh emosi di bagian akhir. Bagi yang sudah terlanjur mewek di lantai akibat efek ‘Armory of Obsidian Glass’, FULL OF HELL belum selesai mengguncang kejiwaan anda karena masih ada empat nomor gila lainya seperti ‘Angels Gather Here’ punya karakter yang sedikit nyerempet GODFLESH, dan kalau ‘Trumpeting Ecstacy’ di tutup dengan ‘At the Cauldron’s Bottom’ yang selow, ‘Weeping Choir’ justru ditutup dengan ‘Ygramul The Many’ dan ‘Cellar of Doors’ yang ngebut dan juga eksplosif. FULL OF HELL jelas bagi saya berhasil menggodok materi paling berengseknya hingga saat ini, yang merupakan bukan hal mudah mengingat ‘Trumpeting Ecstacy’ punya kumpulan lagu yang sulit ditandingi untuk di kelas grindcore sedeng, jadi tak salah kalau ‘Weeping Choir’ pantas duduk satu meja bareng album grind kesetanan lainya di dekade 2010’s bersama ‘Longhena’ (GRIDLINK), ‘Abandon All Hope’ (NAILS), ‘Within A World Forgotten’ (INFERNAL COIL), ‘Vanitas’ (ANAAL NATHRAKH), dan ‘Alterity’ (KNELT ROTE). (Peanhead)
9.5 out of 10