ALBUM REVIEW: DISENTOMB – THE DECAYING LIGHT

DISENTOMB ‘THE DECAYING LIGHT’ Album Review

Unique Leader Records. July 12th, 2019

Brutal death metal

Sebagai salah satu records label urusan brutal death metal paling bergengsi, Unique Leader Records punya andil besar dalam membesarkan komunitas bawah tanah melalui rilisan-rilisan brutal death, tech-death, hingga slamming bertaraf internasional. Semenjak label ini didirikan oleh personil DEEDS OF FLESH  tahun 1999 (Rest in Power Erik Lindmark). Meskipun peran nya dalam underground scene sangat krusial, beberapa tahun terakhir Unique Leader Records agak di kritisi karena album-album yang mereka cetak rada seragam, ditambah grup seperti WITHIN DESTRUCTION, SIGN INGESTED, KORPSE dkk sering dicibir sebagai fake slam oleh para slam police. Tapi jangan salah dalam roster inti ULR masih berlimpah band-band bengis macam CYTOTOXIN, AFTERBIRTH, ALTERBEAST, CONDEMNED, ORGANECTOMY, dan tentunya quintet brutal death metal dari negara tetangga DISENTOMB, yang merilis album ketiga mereka ‘The Decaying Light’. Melalui album kedua band asal Aussie ini ‘Misery’, DISENTOMB sudah cukup memukau dengan formulasi brutal death metal tanpa kompromi, walau sempat di kritik karena tidak menawarkan sesuatu yang beda dari konsep brutal death pada umum-nya. Hal tesebut yang sepertinya coba dijawab oleh DISENTOMB lima tahun setelah album tersebur dilepaskan dari kandang.

“Collapsing Skies” langsung memeragakan evolusi pendewasaan musik DISENTOMB, lewat prelude dua menit, penuh pola riffing grup macam ULCERATE dan GORGUTS, berbalut beratmosfir gelap sangat klop dengan seting apokaliptik album ‘The Decaying Light’, tapi jangan kira DISENTOMB sudah lupa pada roots mereka, karena empat lagu berikutnya “Your Prayers Echo into Nothingness”, “Indecipherable Sermons”, “Undying Dysphoria”, dan “Centuries of Deluge” masih belum jauh-jauh dari konsep brutal death metal yang di kembangkan oleh SUFFOCATION, DISGORGE, GORGASM dll, namun alih-alih mengandalkan chugs/stomp riff tipikal, gitaris Jake Wilkes mencoba mengutilisasikan progresi kord miring/dissonant untuk mendampingi groove renyah dari Henri Sison, ia turut pula memasukan beberapa riff terinspirasi timbre Karl Sanders, yang menjadikan ke-empat lagu tersebut sedikit memorable meski masih seragam satu sama lain. Baru lah pada track kelima sekaligus title track “The Decaying Light”, wujud final form DISENTOMB nampak seutuhnya, mereka kembali memunculkan kocokan riffing yang termasuk tak lazim untuk sebuah komposisi brutal death, tak lupa pula Jake Wilkes menyisipkan melodi-melodi jahat yang menambah suasana mencekam. Selanjutnya dalam “The Great Abandonment”, DISENTOMB kembali mencoba keluar zona nyaman dengan sound yang cukup nge-doom/post-metal, tapi sayang nya hanya terdengar seperti teaser belaka karena terlalu singkat.

Lanjut ke tiga nomor berikutnya “Dredged into Existence”, “The Droning Monolith”, dan “Dismal Liturgies”, progresi band ini semakin terasa semakin berani, dengan aransemen kompleks, progresif, dan multi-layered, menjadikan mereka lebih cocok di sejajarkan dengan grup death metal out-of-the-box seperti ARTIFICIAL BRAIN dan CHTHE’ILIST daripada PATHOLOGY atau KATALEPSY. Sebagai acara puncak mereka pun mempersembahkan “Invocation in the Cathedral of Dust” yang mendatangkan kembali nuansa death/doom yang brutal as fukk, tanpa perlu embel-embel blasting dan gravity blast, namun entah kenapa posisi lagu terakhir malah di berikan pada “Rebirth Through Excoriation”, yang merupakan track paling tipikal brutal death metal dibandingkan sebelas lagu sebelumnya. Setelah cukup lama jenuh dengan output skena brutal death metal beberapa tahun terakhir yang seperti jalan di tempat, ‘The Decaying Light’ dengan racikan technical/brutal death sangat berani sekaligus variatif berhasil menjadi penyegar dahaga paling paripurna, belum lagi cabikan bassist teramuar Adrian Cappelletti mampu membuat tiap-tiap bar terasa lebih berisi, hanya vokal dari Jordan James saja yang terkadang kurang bisa mengimbangi departemen lainya karena pembawaan vokal nya agak gitu-gitu doang. Bagi para elitist mungkin bakalan menolak mentah-mentah sound terkini dari DISENTOMB, yang perlahan tapi pasti mulai meninggalkan pakem brutal death/slam standar, tapi bagi yang bosen dengan format brutal death metal yang monoton sudah pasti bakal terpuaskan dengan “The Decaying Light”. (Peanhead)

9.5 out of 10