DEAFHEAVEN ‘Lonely People With Power’ ALBUM REVIEW
Roadrunner Records. March 28th, 2025
Blackgaze
Sempat gua kira DEAFHEAVEN bakal sepenuhnya meninggalkan aliran blackgaze setelah merilis ‘Infinite Granite’ dan teken kontrak dengan Roadrunner Records. Tapi ternyata, mereka justru makin galak setelah masuk ke label yang dulu ngebesarin nama-nama seperti OBITUARY, SEPULTURA, TYPE O NEGATIVE, MACHINE HEAD, sampai SLIPKNOT, “Magnolia” yang jadi single perdana dari album keenam mereka, ‘Lonely People With Power’, bisa dibilang salah satu materi paling ekstrem yang pernah mereka tulis, second only to “Black Brick”, stand-alone single yang dulu merupakan outtake dari sesi rekaman ‘Ordinary Corrupt Human Love’. Gua yang awalnya agak cuek bebek pas denger DEAFHEAVEN gabung sama Roadrunner, ya karena jujur aja rilisan keras-nya label tersebut udah beberapa tahun terakhir agak so-and-so, mendadak langsung ngikut bandwagon LP baru pas denger trek tersebut. Apalagi George Clarke, Kerry McCoy, Daniel Tracy, Shiv Mehra, dan Chris Johnson sepertinya ngambil taktik yang mirip kayak ALCEST, yang sempet menanggalkan blackgaze di ‘Shelter’, tapi langsung balik ke akar di album selanjutnya, ‘Kodama’, yang tentunya menjadi salah satu karya terbaik dari band asal Bagnols-sur-Cèze, Prancis itu.
You know shit’s gonna get real, pas Roadrunner Records meresureksi logo lama legendaris dari era 1980-1998 khusus buat ‘Lonely People With Power’ (selanjutnya disingkat ‘LPWP’). Karena jelas kalau album ini emang jadi momen return to form buat DEAFHEAVEN, khususnya era ‘Roads To Judah’ dan ‘Sunbather’, tapi tanpa melupakan hasil eksperimen mereka dari ‘New Bermuda’ hingga ‘Infinite Granite’. Setelah intro singkat 56 detik, ‘LPWP’ dibuka dengan “Doberman”, yang kualitasnya oke sih meski rada biasa aja, dengan komposisi nyerempet ke album sophomore mereka, dengan vibe rada mirip “Honeycomb”. DEAFHEAVEN baru mulai menggebrak meja dengan “Magnolia”, yang kalau ditelaah sedikit lebih dalam, aransemennya terinspirasi dari “Brought to the Water”, tapi tanpa dibelokan sama sekali, alias bener-bener black metal seutuhnya, dengan riff gitar yang super gurih. Track keempat “The Garden Route” jadi satu-satunya lagu yang bener-bener gak mashook di ‘LPWP’. Racikannya kayak kurang nyambung dan terkesan nanggung, mestinya sih sekalian pake clean vocal aja kayak di ‘Infinite Granite’, atau minimal di bagian verse-nya lah, layaknya lagu berikutnya, “Heathen”, yang jelas lebih sukses dari segi komposisi dan struktur jauh lebih satisfying.
Mulai dari lagu keenam hingga penutup, DEAFHEAVEN secara eksklusif menyajikan banger after banget aftar banger… nonstop. Dimulai dengan “Amethyst” yang punya struktur crescendo ala post-rock yang sangat eksplosif, lalu disusul oleh “Revelator”, sebuah nomor black metal sak modare yang gahar banget, selanjutnya ada “Body Behavior” yang cukup mengingatkan gua pada ENSLAVED, tapi dibalut dengan twist ala indie rock yang kuat alih-alih aroma 60/70’s art/prog rock. Setelah interlude dua menitan yang turut menghadirkan Paul Banks (INTERPOL), DEAFHEAVEN menggempur lagi lewat “Winona”, lagu paling kental cita-rasa ‘Sunbather’ di ‘LPWP’, lengkap dengan vokal penuh emosi dan aransemen yang bisa bikin lu guling-guling di lantai sambil meratapi hidup di era #IndonesiaGelap, tapi buat #KaburDuluAja gak ada modal, sedangkan “The Marvelous Orange Tree” jadi semacam epilog yang pas banget buat “Winona”, pas jadi ajang cooling down setelah ledakan emotional lagu tersebut. Gimmick pemasaran mereka yang menjanjikan ‘return to form’ ternyata bukan isapan jempol belaka, ‘Lonely People With Power’ terbukti jadi rilisan terbaik kedua DEAFHEAVEN setelah ‘Sunbather’ (hanya kalah dari segi impact saja). Bahkan di lagu-lagu yang agak medioker sekalipun (kayak “Doberman” dan “The Garden Route”), full-length keenam DEAFHEAVEN ini konsisten memorable dari awal sampai akhir. (Peanhead)
9.5 out of 10