ALBUM REVIEW: BORIS – HEAVY ROCKS

BORIS ‘Heavy Rocks (2022)’ ALBUM REVIEW

Relapse Records. August 12, 2022

Walaupun volume rilisannya tak sebanyak tahun lalu, karena udah mulai sibuk wara-wiri tur, trio experimentalist asal Jepang, BORIS, masih belum menginjak pedal rem, karena selain merilis album ambient pop minimalis ‘W’ buan Januari kemaren dan split ‘Weedsconsin/Down The Road I Go’ bareng Wisconsin doomster BONGZILLA, Takeshi, Wata, dan Atsuo udah melepaskan album baru lagi aja, yaitu album ‘Heavy Rocks’ nomor tiga dari grup ini, yang sepertinya sudah menjadi agenda sepuluh tahunan, dimulai dengan edisi pertama pada tahun 2002 silam, yang merupakan percobaan pertama BORIS di ranah 70’s rock/stoner rock, jauh dari tingkat kebisingan dua LP drone metal/sludge metal ‘Absolutego’ dan ‘Amplifier Worship’. Babak kedua ‘Heavy Rocks’ yang dimentalkan pada bulan Mei 2011, dirilis saat  BORIS sedang  dalam fase menjajaki pasar arus utama, album kelimabelas mereka yang disematkan judul ‘New Album’ dulu, disebarluaskan oleh Tearbridge Records (sub-label dari Avex Inc.), kembali lagi memperlihatkan trasformasi BORIS, karena full-length tersebut trio nyentrik ini malah maen musik j-pop/j-rock yang jauh beda banget lah dengan rilisan sebelum-sebelumnya yang bercorak doom sampai noise, sensibilitas pop dari ‘New Album’ kemudian lumayan terbawa pada 3 album setelahnya, termasuk ‘Attention Please’, ‘Heavy Rocks II’, dan ‘Noise’, namun dengan komposisi sudah dicampur adukan bersama elemen-elemen dari aliran lain macam hard rock, doom metal, hingga post-rock, hanya ‘Attention Please’ yang masih rada-rada full electropop tapi tetap nyeleneh.

Dalam ‘Heavy Rocks III’, BORIS kembali menawarkan nuansa yang berbeda dari dua predecessor nya, karena di part ketiga yang dilepaskan via Relapse Records, BORIS melontarkan materi yang masih sarat nuansa hardcore/punk kayak album ‘No’, namun namanya BORIS pasti gak mau menghasilkan album yang gitu-gitu doang, karena disini mereka mengoplos intensitas punk tersebut dengan acid rock, noise rock, sludge, hingga psychedelic rock, yang akhirnya rada mengingatkan ogut pada ‘Smile’, album penuh yang menjadi entry point saya dengan kugiran “semau gue” ini. BORIS tak pakai basa-basi untuk memperkenalkan edisi ketiga ‘Heavy Rocks’, trek pembuka “She Is Burning” terdengar seperi MOTORHEAD on acid dan turut disusupi permainan saxophone dari Kazuya Wakabayashi, dua lagu selanjutnya “Cramper” dan “My Name Is Blank” gak kalah agresif, meskipun gak terlalu nge-punk dan lebih condong pada aroma-aroma heavy psych dan proto-metal 70’an. Biar pendengar gak cepat jenuh dengerin lagu bertempo cepat doang, BORIS lalu menyelipkan “Blah Blah Blah” yang merupakan nomor psikedelia,  next pendengar bakal dihajar lagi dengan nomor crust-punk abrasif  “Question 1” yang turut disisipkan bagian sludge metal pada bagian tengah lagu, sebelum balik lagi ugal-ugalan, pada track berikutnya “Ruins”, Atsuo belum bosan menggeber gebukan-gebukan d-beat, selain itu dalam album ini ia lumayan banyak mengambil posisi main-vocalist, bahkan saat ini BORIS menggunakan jasa drummer additional karena Atsuo sedang menjelma menjadi frontman, yang kalo saya bilang, karisma nya lebih dapet dari Takeshi.

Bagi pendengar yang lebih doyan materi-materi doom/sludge BORIS jangan khawatir, karena “Nosferatou” masih menampilkan riff berat, masif dan powerful, dan bukan BORIS namanya kalo gak ngasih lagu surprise yang beda daripada lainya, karena “Ghostly imagination” punya aransemen macam digital hardcore ala ATARI TEENAGE RIOT, BALZAC dkk, dan dilanjutkan dengan nomor crusty d-beat “Chained”, kemudian di akhiri dengan nomor piano ballad “(Not) Last Song”, yang menjadi lagu slow BORIS favorit kedua saya setelah “Hana, Taiyou, Ame” dari ‘Smile’ (2008), sayangnya endingnya abrupt banget (kebiasaan BORIS beudh), yang akhirnya mengurangi finalitas lagu dan juga album, padahal dibuat fade out saya rasa bakalan lebih dapet, dan saya yakin fersi full version nya kayak “Farewell”, “Missing Pieces”, “D.O.W.N”, dan “You Will Know (Ohayo Version)” sebenernya ada, namun disimpen buat format lain atau dirilis dilain hari kayak kemaren-kemaren. Dengan komposisi materi yang lebih straightforward dan lebih lempeng dari karya-karya BORIS sebelumnya, plus dibarengi oleh distribusi luas Relapse Records, saya yakin ‘Heavy Rock III’ bakal mendongkrak popularitas mereka, meskipun pasarnya tentunya masih niche banget, karena album ini sama seperti ‘Pink’ dulu bisa menjadi entry point pendengar baru, yang sudah pasti bakalan terjerumus kedalam rabbit hole diskografi bejibun BORIS. Meskipun kebanyakan orang mungkin lebih menjuarakan ‘No’ sebagai album terbaik trio asal Tokyo, Jepang ini pasca ‘Dear’, saya lebih menjagokan ‘Heavy Rock III’ karena materinya variatif dan memorable dan saya jamin bakalan pecah pas dibawaain live, Semoga aja ada keajaiban biar BORIS bisa manggung disini sebelum bubar. (Peanhead)

 9.6 out of 10