VERONICA
Sutradara: Paco Plaza
Spanyol (2017)
Review oleh Tremor
Nama sutradara asal Spanyol, Paco Plaza, mulai meroket setelah membuat sebuah film infeksi zombie bergaya found-footage yang sangat intens berjudul REC pada tahun 2007 yang ia sutradarai bersama Jaume Balagueró. Film REC begitu sukses dan mendapat banyak pujian, mendorong Plaza terus mengembangkannya dari mulai [Rec] 2 (2009) hingga [REC] 3: Genesis (2012). Lima tahun kemudian, Plaza kembali membuat film horor dengan genre yang berbeda. Veronica menjadi film fitur pertama Plaza di mana ia mencoba mengeksplorasi teritori horor supranatural yang sepertinya terlalu terpengaruh trend horor supranatural Hollywood. Kisah dalam film Veronica sendiri terinspirasi dari peristiwa nyata The Vallecas Case yang terjadi pada tahun 1991 di Madrid, Spanyol, di mana seorang gadis bernama Maria Estefana Gutierrez Lzaro (18 tahun) memburuk kesehatannya hingga meninggal dunia secara misterius setelah bermain papan ouija dengan beberapa teman sekolahnya.
Veronica adalah seorang gadis remaja yang bersekolah di sebuah sekolah katolik. Setiap harinya, Veronica harus mengurus ketiga adiknya karena ibu mereka terlalu sibuk bekerja sepanjang hari di sebuah bar. Belum bisa bangkit dari rasa duka setelah kematian ayahnya, Veronica yang gemar membaca tentang okultisme dan hal-hal mistis mengajak dua teman sekolahnya bermain papan ouija dengan harapan bisa berkomunikasi dengan arwah ayahnya. Permainan ini mereka lakukan di ruang bawah tanah sekolah, tepat ketika gerhana matahari total terjadi. Rupanya sesuatu yang jahat benar-benar hadir dalam permainan ini hingga membuat Veronica tidak sadarkan diri. Secara tidak sengaja, Veronica telah membuka gerbang bagi entitas jahat untuk masuk dalam kehidupannya lewat papan ouija. Sejak itu, Veronica mulai merasakan gangguan supranatural di rumahnya, dari mulai halusinasi, pengelihatan mengerikan, hingga serangan-serangan serius. Kini nyawa Veronica beserta ketiga adiknya dalam bahaya besar, dan Veronica harus melakukan sesuatu untuk mengusir entitas jahat yang ia undang tersebut.
Dengan plot semacam itu, tak heran kalau Veronica pada akhirnya menjadi sebuah film horor supranatural generik ala horor box office Amerika yang mengandalkan banyak sekali stereotip film horor bertema serupa. Bagi mereka yang sudah terlalu sering menonton film horor, film Veronica bisa jadi tidak terasa menakutkan, apalagi menyegarkan. Desain monsternya juga tidak meninggalkan kesan apapun. Yang membuatnya lebih buruk lagi, setahun sebelum Veronica, dirilis sebuah film horor Hollywood berjudul Ouija: Origin of Evil (2016) yang merupakan prekuel dari Ouija (2014). Meskipun seri Ouija juga bukanlah film yang bagus, tapi tak bisa dipungkiri kalau Ouija dan Veronica ini memiliki beberapa kemiripan mendasar, membuat Veronica tampak semakin klise saja.
Satu-satunya yang menyelamatkan film Veronica adalah penampilan aktris muda Sandra Escacena yang memerankan karakter Veronica dengan sangat bagus dan meyakinkan. Apa yang lebih saya apresiasi lagi dari Escacena adalah, film Veronica merupakan debut aktingnya. Selain Escacena, penampilan para aktor cilik yang memerankan adik-adik Veronica juga cukup solid. Meskipun mereka tidak banyak berkontribusi secara langsung dalam plotnya, tetapi penampilan mereka cukup berhasil dalam membangun chemistry dan dinamika relasi keempat kakak-beradik ini terasa sangat alami dan kuat. Penampilan mereka berempat membuat penonton cukup peduli, dan itu adalah salah satu elemen terpenting dalam film horor. Di luar kejadian-kejadian supranaturalnya, saya pun merasa iba dengan Veronica yang masih berusia 15 tahun namun sudah dipaksa dewasa sebelum waktunya karena harus mengurus adik-adiknya yang masih kecil seorang diri.
Saat pertama kali dirilis, Netflix memasarkan Veronica dengan embel-embel “film paling menyeramkan”. Menurut saya mungkin pujian tersebut hanyalah clickbait belaka. Kalaupun benar ada pujian seperti itu, mungkin datang dari mereka yang belum pernah menonton film horor sebelumnya. Mungkin film ini memang akan bisa lebih dinikmati dan diapresiasi oleh mereka yang tidak terlalu sering menonton film horor. Jadi apakah benar Veronica adalah film paling menyeramkan? Tidak. Apakah ini merupakan karya terbaik sutradara Paco Plaza? Tidak. Namun sepertinya clickbait tersebut cukup berhasil, membuat film Veronica begitu populer saat pertama dirilis. Bahkan Paco Plaza kembali membuat sebuah film yang kisahnya terhubung dengan Veronica, berjudul Sister Death (2023), menceritakan tentang latar belakang salah satu biarawati senior di sekolah Veronica yang bernama suster Narcisa. Bagaimanapun, kalau melihat Veronica sebagai sebuah karya film, Paco Plaza tetaplah seorang sutradara yang memiliki banyak potensi, dari mulai keputusan-keputusan bidikannya, penciptaan atmosfernya, kerja kamera, pemilihan set lokasi apartemen keluarga Veronica, lalu ditutup dengan klimaks yang cukup bagus.