MOVIE REVIEW: TROLL HUNTER / TROLLJEGEREN (2010)

TROLL HUNTER / TROLLJEGEREN
Sutradara: André Øvredal
Norwegia (2010)

Review oleh Tremor

Saat pertama kali dirilis, Troll Hunter menjadi salah satu film dengan gaya found footage yang cukup menyegarkan bagi saya. Setelah sebelumnya bermunculan berbagai film found-footage bertema horor supranatural yang cukup serius, Troll Hunter datang sebagai film monster / adventure yang terasa fun. Troll Hunter adalah karya kedua dari penulis / sutradara Norwegia, André Øvredal, yang di kemudian hari menjadi salah satu sutradara favorit saya sejak ia membuat The Autopsy of Jane Doe (2016) hingga yang terbaru The Last Voyage of the Demeter (2023). Seperti yang bisa dibayangkan dari judulnya, Troll Hunter berkisah tentang pemburu troll, makhluk mitologis yang tak bisa dipisahkan dari budaya dan cerita rakyat Nordik. Dalam budaya populer modern, troll seringkali digambarkan sebagai mahkluk-mahkluk kerdil dan menggemaskan yang hidup di hutan. Terbentuknya image ini mungkin dimulai sejak dipopulerkannya boneka-boneka Troll mungil yang booming di tahun 1960-an. Pada tahun 90-an, boneka Troll kembali berjaya dengan gaya rambutnya yang berwarna-warni, menjadikannya salah satu ikon generasi 90-an. Kenyataannya, Troll dalam cerita rakyat nordik yang sebenarnya bukanlah makhluk mungil menggemaskan, melainkan raksasa yang berkeliaran di pegunungan nordik. Dalam Troll Hunter, André Ovredal mengembalikan esensi troll ke bentuk mitologis aslinya sambil menggambarkan troll sebagai spesies buas. Konsep ini menjadikan Troll Hunter sebagai sebuah film monster yang cukup intens sekaligus menyenangkan.

Tiga orang mahasiswa, Thomas, Kalle dan Johanna, sedang membuat film dokumenter investigasi untuk mencari tahu penyebab kematian misterius beruang-beruang yang jasadnya ditemukan tergeletak di beberapa lokasi di pegunungan. Komunitas pemburu legal dan bersertifikat tidak tahu siapa yang membunuh beruang-beruang tersebut, namun mereka mencurigai seseorang asing bernama Hans sebagai seorang pemburu liar yang berburu secara ilegal. Setelah akhirnya berhasil ditemui, Hans segera menolak untuk diwawancarai. Dengan gigih Thomas dkk pun membuntuti Hans yang sering melakukan aktivitasnya pada malam hari di dalam hutan di pegunungan. Melihat usaha keras mereka, Hans akhirnya mengizinkan mereka mendokumentasikan pekerjaan Hans yang sebenarnya, yaitu seorang pemburu Troll. Tentu saja Thomas dkk tidak menanggapi pernyataan Hans dengan serius, karena yang mereka tahu troll hanyalah cerita anak-anak tentang mahkluk kerdil lucu di hutan, hingga pada satu malam mereka benar-benar dikejar oleh seekor troll saat ikut dengan Hans melakukan perburuan. Hans menemukan banyak tanda di alam bahwa berbagai jenis spesies troll sedang bergerak keluar dari teritori alami mereka dan semakin dekat dengan teritori yang dihuni manusia. Aktivitas pergerakan massal troll ini menandakan bahwa ada gangguan besar di habitat asli troll, dan Hans harus mencari tahu apa yang sebenarnya membuat spesies troll berusaha keluar dari teritori mereka.

Meskipun plot dan cerita bukanlah kekuatan utama dari petualangan Troll Hunter, tapi saya suka dengan bagaimana André Øvredal memberi alasan yang cukup kuat tentang mengapa rakyat Norwegia sampai tidak tahu kalau spesies troll yang begitu beragam benar-benar ada di pegunungan dan hutan nordik. Kuncinya ada pada Hans dan konspirasi pemerintah. Hans memiliki pekerjaan yang cukup menarik meskipun tidak menyenangkan. Ia adalah satu-satunya pemburu troll profesional yang bekerja untuk sebuah departemen rahasia pemerintah bernama TSS (Troll Security Service). Tugas utamanya adalah memantau dan memastikan spesies troll tetap berada di dalam teritori mereka dan tidak berkeliaran hingga ke daerah-daerah pemukiman manusia. Kalau terpaksa, Hans harus membunuh mereka dengan lampu sinar UV yang setara dengan sinar matahari. Hans mengakui alasan mengapa ia setuju pekerjaannya didokumentasikan karena ia pikir sudah saatnya semua orang perlu tahu bahwa troll benar-benar ada. Pekerjaannya yang sangat rahasia juga sangat melelahkan Hans, karena ia bekerja seorang diri dengan jam kerja yang panjang serta gaji yang tak sepadan.

Kebanyakan film found footage berbajet rendah hanya memunculkan monster atau hantunya dalam durasi yang sangat sebentar, terkadang hanya di penghujung film, atau bahkan tidak sama sekali. Apa yang membuat Troll Hunter cukup menyenangkan adalah film ini tidak mengulur waktu terlalu lama sampai kita bisa melihat serangan pertama dan wujud monsternya. Selanjutnya, kita akan melihat lebih banyak spesies troll yang berbeda-beda di sepanjang film dan saya rasa semuanya dirancang dengan baik dan cukup teliti. Hans sendiri menjelaskan bahwa ada dua jenis troll, yaitu troll hutan dan troll gunung. Mereka terbagi dalam beberapa sub-kelompok dengan ciri dan ukuran fisik yang berbeda-beda, dari mulai Ringlefinch, Tosserlad, Ringlefinch, Dovregubben, hingga yang paling masif, paling kuat, dan paling langka adalah Jötunn, raksasa gunung es dalam mitologi nordic yang muncul dengan sempurna dalam klimaks film ini. André Øvredal benar-benar melakukan risetnya dengan baik, karena ia menggambarkan troll berdasarkan banyak referensi budaya dan cerita rakyat Norwegia asli, salah satunya adalah kemampuan troll dalam mencium darah orang yang beragama kristen. Tentu ini adalah aspek yang terdengar sangat aneh bagi para penonton non-scandinavia, namun aspek ini memang sesuai dengan cerita rakyat aslinya.

Mungkin desain troll adalah salah satu elemen yang paling menarik dari Troll Hunter. Untuk ukuran film dengan anggaran yang terbatas, special effect visual Troll Hunter cukup mengesankan. Sangat menarik melihat berbagai macam variasi desain troll dari mulai yang pendek hingga yang berukuran raksasa, yang berotot hingga yang gemuk, berbulu hingga tidak berbulu. Beberapa desain mereka mungkin tampak sedikit konyol karena hidungnya yang terlalu besar, namun desain troll dalam Troll Hunter banyak mengambil inspirasi dari lukisan-lukisan klasik troll yang sudah tidak asing bagi penonton asal Scandinavia, dari mulai karya pelukis Swedia John Bauer, hingga karya pelukis Norwegia Theodor Kittelsen (yang salah satu karyanya pernah digunakan oleh Burzum sebagai sampul album Filosofem.) Penggunaan teknik found footage, kamera genggam dengan teknologi night vision, dan perburuan troll di malam hari juga memberi keuntungan untuk film ini, menyamarkan special effect CGI semua troll ini menjadi tidak terlihat murahan.

Keluhan utama saya dari Troll Hunter adalah durasinya yang terlalu panjang. Ada banyak adegan tak penting dan terasa bertele-tele dalam film ini, dan saya pikir ini adalah masalah yang umum untuk film-film found footage. Salah satu adegan tidak pentingnya adalah terlalu banyaknya adegan perjalanan mobil para Hans dkk. Namun sisi positif dari adegan-adegan tersebut adalah kita bisa melihat indahnya pemandangan pedesaan dan pegunungan Norwegia. Selain itu ada juga beberapa plot yang janggal, seperti hadirnya juru kamera baru pada awal babak ke-3, yang saya pikir cukup aneh kalau karakter baru ini tidak merasa shock ketika mengetahui bahwa pekerjaan barunya adalah mendokumentasikan troll raksasa, sesuatu yang tidak satu orangpun tahu eksistensinya. Namun semua itu bisa termaafkan karena pada akhirnya Troll Hunter adalah film monster yang menyenangkan dan dieksekusi dengan cukup serius. Bonus untuk para penggemar metal, film ini ditutup dengan lagu Mjød dari band Norwegia, Kvelertak.