THE PROWLER
Sutradara: Joseph Zito
US (1981)
Review oleh Tremor
Sejak keberhasilan film Halloween (1978) dan Friday the 13th (1980), para sineas film horror Amerika berlomba-lomba untuk membuat film slasher-nya sendiri. Hal ini membuat era 80-an awal sebagai era yang bisa disebut sebagai masa keemasan slasher. Namun dengan dirilisnya belasan hingga puluhan judul film slasher setiap tahunnya, tidak semua film slasher yang lahir dalam trend ini bisa dibilang bagus. The Prowler adalah sebuah film slasher yang lahir pada awal era keemasan ini, yang disutradarai oleh Joseph Zito, dan merupakan film yang bisa dibilang lebih baik dibandingkan puluhan judul slasher lain pada masanya. Pada tahun 1983, The Prowler dirilis ulang dengan judul “Rosemary’s Killer” untuk dipasarkan di luar Amerika. Film ini pada akhirnya membawa sutradara Joseph Zito terpilih untuk menyutradarai Friday The 13th: The Final Chapter (1984). Sayangnya The Prowler dirilis di tahun yang sama dengan My Bloody Valentine, dengan plot dasar yang agak mirip. Tak hanya My Bloody Valentine, tahun 1981 juga adalah tahun di mana Friday the 13th Part 2 dan Halloween II dirilis, dan kedua film tersebut jelas jauh lebih mendominasi pasar film slasher, menjadikan The Prowler sedikit terlupakan. Apa yang membuat The Prowler tetap diperhitungkan dalam persaingan ketat antar film slasher 1981 adalah karena dilibatkannya Tom Savini dalam film ini. Para penggemar berat film horror 80-an tentu sudah tidak asing dengan nama tersebut. Savini adalah seorang ahli special effect dan makeup tradisional (non-CGI) paling jenius dalam dunia film horor pada masanya, dan sosoknya sudah menjadi legenda tersendiri bagi para pencinta film horor. Ia adalah orang yang bertanggung jawab atas semua penerapan practical effect kepala pecah, isi perut terburai, leher terpenggal, dan adegan gore lainnya dalam banyak film horor 70-80-an seperti Martin (1978), Friday The 13th (1980), The Maniac (1980), The Burning (1981), The Texas Chainsaw Massacre 2 (1986), Creepshow (1982), hingga semua tubuh manusia yang terpisah dan semua zombie dalam Dawn of the Dead (1978) serta Day of the Dead (1985). Jadi seburuk apapun sebuah film horror, film tersebut sudah pasti wajib ditonton kalau ia melibatkan nama Tom Savini di dalamnya, dan The Prowler adalah salah satunya.
Di awal tahun 1945, seorang tentara Amerika yang pergi berperang di perang dunia II menerima surat putus dari kekasihnya, Rosemary, yang sudah terlalu lelah menunggunya pulang dari medan perang. Dalam surat tersebut, Rosemary meminta maaf karena mau tidak mau ia harus melanjutkan hidupnya. Pada bulan Juni 1945, diadakan sebuah pesta kelulusan sekolah di Avalon Bay. Banyak tentara yang baru pulang dari medan perang hadir di sana untuk ikut berpesta. Rosemary dan kekasih barunya juga hadir di sana. Malam itu juga tentara mantan kekasih Rosemary yang sakit hati membalaskan dendamnya dengan cara membunuh Rosemary beserta kekasih barunya dengan sangat brutal saat keduanya sedang bermesraan di gazebo kosong. Kebetulan ayah Rosemary adalah walikota Avalon Bay. Sejak tragedi berdarah yang menimpa putrinya, sang walikota melarang diadakannya pesta kelulusan lagi di kotanya. Tetapi semua berubah setelah sang walikota mengalami stroke tiga puluh lima tahun kemudian. Pada tahun 1980, para anak muda Avalon Bay berinisiatif untuk membuat pesta kelulusan lagi. Tanpa mereka sadari, sang pembunuh Rosemary yang tak pernah teridentifikasi dan tertangkap di tahun 1945 pun datang kembali untuk menebar teror.
Berbeda dengan kebanyakan film slasher lain, sosok pembunuh dalam The Prowler tidak benar-benar menggunakan topeng. Tapi identitasnya tetap berhasil tersembunyi secara efektif karena ia selalu mengenakan pakaian tentara lengkap dengan kain kamuflase penutup wajah dalam setiap aksinya. Sementara itu, pilihan senjata yang ia gunakan juga cukup ikonik pada masanya: garpu rumput. Saya tidak tahu mengapa seorang tentara memilih garpu rumput sebagai alat pembunuhnya, karena dalam beberapa pembunuhan dalam film ini, ia juga menggunakan pisau bayonet yang menurut saya justru lebih cocok sebagai bagian dari identitas tentaranya. The Prowler juga menggunakan plot yang sangat sederhana sambil berusaha menjaga misteri tentang siapa pembunuh Rosemary hingga film ini selesai, meskipun kita sudah bisa menebak sejak awal siapa pembunuhnya. Tapi ini bukan film detektif, jadi hal tersebut sama sekali bukan masalah. Film ini juga memiliki banyak sekali plot-hole dan kejanggalan. Tapi ini adalah film slasher, dan apa yang terpenting dalam film slasher bukanlah plot, misteri maupun pengembangan karakter, melainkan adegan-adegan pembunuhan kreatif, dan tentu saja special effect yang digunakan. Di sinilah mengapa nama Tom Savini begitu penting saat ia terlibat dalam sebuah film slasher.
Jadi sudah jelas bahwa satu-satunya highlight dalam The Prowler adalah makeup dan special effect fantastis karya Tom Savini yang sudah pasti tidak ada tandingannya. Dari mulai kepala yang ditusuk bayonet, penggorokan leher, hingga kepala yang meledak ditembak shotgun tampak begitu realistis, menyeramkan sekaligus menakjubkan. Tom Savini sendiri pernah menganggap bahwa The Prowler merupakan salah satu karya terbaiknya. Rasanya saya setuju dengan Savini soal itu, meskipun sangat sulit untuk memutuskan film apa saja yang menjadi karya terbaiknya, karena semua karya Tom Savini sama-sama luar biasa. Tom Savini sendiri ikut berperan dalam The Prowler sebagai sang pembunuh bertopeng, kecuali dalam adegan pengungkapan di akhir film di mana kedok sang pembunuh dibuka. Jadi di balik seragam tentara dan sarung tangannya, Tom Savini sendirilah yang melakukan semua adegan close-up pembunuhan dalam The Prowler, karena ialah yang benar-benar tahu bagaimana cara melakukan trik dan efek gore-nya.
The Prowler mungkin hanyalah satu film slasher standar dari sekian banyak karya slasher di awal era kejayaan genre tersebut, dan tak bisa dipungkiri bahwa special effect Tom Savini lah yang membuat film ini jauh lebih tersorot dari film slasher lainnya. Selain karena penampilan pembunuhnya yang cukup berkesan, setiap adegan pembunuhan gore yang realistis dalam film ini juga adalah salah satu alasan mengapa film ini kemudian dianggap sebagai cult classic dalam komunitas film horror. Semua special effect buatan Savini dalam film ini juga masih tampak mengaggumkan bahkan dalam standar hari ini. The Prowler adalah film yang wajib untuk ditonton oleh para penggemar slasher, dan saya sangat merekomendasikan film ini meskipun hanya untuk melihat karya Tom Savini yang luar biasa.
Untuk berdiskusi lebih lanjut soal film ini, silahkan kontak Tremor di email: makanmayat138@gmail.com