THE PERFECTION
Sutradara: Richard Shepard
USA (2018)
Review oleh Tremor
The Perfection adalah film physiological thriller / horror karya sutradara Richard Shepard yang ia tulis bersama Nicole Snyder dan Eric Carmelo. Jujur saja, saya tidak menaruh harapan apapun saat pertama kali menonton The Perfection, ketika film ini dirilis Netflix dulu. Apalagi saya sama sekali tidak familiar dengan Richard Shepard. Rupanya tidak menaruh harapan dan tidak mengetahui apapun soal film ini adalah hal yang bagus untuk pengalaman menonton the Perfection, karena plot film ini dipenuhi dengan twist. Ini adalah jenis film semakin sedikit informasi yang calon penontonnya ketahui, semakin baik. Jadi, menulis review film ini cukup sulit bagi saya. Bagaimana saya bisa berbicara tentang The Perfection tanpa merusak kejutan-kejutan yang ada di dalamnya bagi mereka yang belum pernah menonton film ini?
Charlotte adalah seorang pemain cello yang sejak kecil mendedikasikan seluruh hidupnya hanya untuk bermain musik di bawah bimbingan gurunya, Anton. Ia belajar di sebuah sekolah musik ekslusif dan bergengsi yang dikelola Anton, di mana hanya anak-anak pilihan Anton-lah yang boleh belajar di sana. Di sekolah tersebut Anton menegaskan bahwa para muridnya harus mencapai kesempurnaan dalam bermain cello, dan dengan demikian akan menjadi pemain cello terbaik di dunia. Charlotte remaja adalah murid yang paling menonjol. Namun ia harus berhenti dari dunia musik untuk menjaga ibunya yang sakit keras. Bertahun-tahun kemudian setelah Charlotte dewasa, ibunya meninggal. Charlotte yang tidak memiliki tujuan hidup apapun sejak kecil selain bermain cello akhirnya pergi menjangkau Anton mantan gurunya. Ia pun bergabung dengan Anton yang saat itu sedang menyeleksi para calon siswa baru di Shanghai. Di sana Charlotte berkenalan dengan murid terbaik Anton yang kini telah menjadi seorang maestro, pemain terbaik cello di dunia, bernama Lizzie. Pada dasarnya Lizzie adalah pengganti Charlotte setelah ia harus pergi dari sekolahnya untuk merawat ibunya dulu. Dengan cepat Charlotte dan Lizzie bersahabat dan memutuskan untuk bepergian berdua menjelajahi negara China, hingga Lizzie mulai merasa sakit dalam perjalanan bus dan segalanya menjadi semakin buruk mulai dari titik ini.
Saya tidak akan berbicara banyak soal The Perfection karena saya tidak ingin merusak semua kejutannya. Saya hanya bisa bilang bahwa cara film ini dituturkan bisa membuat penonton menebak ke arah jalan cerita yang salah. Dan sebagai bentuk hiburan, itu adalah pengalaman menonton yang cukup menyenangkan. Saat penonton berasumsi bahwa film ini adalah tentang satu hal, tiba-tiba film ini membanting setir menjadi sesuatu yang lain, dan kemudian menjadi sesuatu yang lain lagi yang sama sekali berbeda. Ia berpindah-pindah genre tanpa diduga dari mulai thriller, drama, body-horror, dark-comedy, gore ringan, hingga revenge fantasy, semuanya terbungkus dalam sebuah kisah yang aneh. Film ini juga akan membuat penonton mempertanyakan hampir setiap karakter yang muncul di layar tentang siapa yang baik dan siapa yang jahat. Bahkan ketika saya menonton ulang The Perfection hari ini, lima tahun kemudian, saya masih tetap perlu sedikit menebak-nebak, mungkin karena ingatan saya yang terlalu mudah tumpul. Cara penuturan seperti ini cukup efektif, karena tanpa adanya twist dan permainan alur yang mengecoh penontonnya, The Perfection mungkin akan menjadi film yang buruk dengan kisah yang sebenarnya sama sekali tidak rumit.
Lalu apakah film ini sempurna seperti judulnya? Tentu saja tidak. Tapi film ini cukup unik, menarik, dan menyenangkan untuk ditonton. Namun saya tetap merasa perlu untuk memberi peringatan bahwa ada elemen dalam film ini yang bisa saja menimbulkan trigger bagi penonton yang mungkin pernah menjadi korban kekerasan mental maupun seksual. Karenanya The Perfection sepertinya tidak bisa dinikmati oleh semua orang. Ketika semua twist dan misteri sudah terbongkar di babak ketiganya, film ini berpindah haluan ke babak konklusi gelap yang mengandung cukup shock value, terutama di bagian endingnya hingga penonton menyadari bahwa masalah utama film ini ternyata cukup gelap. Bagaimanapun, sebagai film thriller/ horor The Perfection tetap terasa lebih menarik dibandingkan menonton film-film horor remake, reboot, sekuel, prekuel, ataupun film-film horor hantu generik yang ceritanya begitu-begitu saja.