fbpx

MOVIE REVIEW: THE HOUSES OCTOBER BUILT (2014)

THE HOUSES OCTOBER BUILT
Sutradara: Bobby Roe
USA (2014)

Review oleh Tremor

Saya pikir sebagian besar dari kita cukup familiar dengan wahana “rumah hantu”, yang seringkali hadir dalam pasar malam keliling di berbagai daerah. Wahana ini biasanya didekorasi seadanya, dilengkapi para kru yang didandani menyeramkan untuk menakut-nakuti para pengunjung. Beberapa rumah hantu yang lebih “serius” juga sering hadir secara berkala maupun permanen di kota besar. Di Amerika, wahana rumah hantu / haunted house musiman adalah tradisi wajib di sepanjang bulan Oktober menjelang perayaan Halloween. Bisa dikatakan, wahana haunted house sudah menjadi bagian dari budaya Halloween Amerika, seperti halnya labu jack-o-lantern, kostum, dan permen. Secara otomatis, membuat film horor bertema halloween dengan lokasi wahana rumah hantu juga tak terhindarkan, seperti yang bisa ditemui dalam film Hellhouse LLC (2015), The Funhouse Massacre (2015), Hell Fest (2018) dan Haunt (2019) misalnya. The Houses October Built adalah sebuah film horror independen bergaya found-footage, debut dari sutradara Bobby Roe, yang juga menggunakan wahana rumah hantu sebagai elemen utamanya. Sedikit catatan, meskipun namanya haunted house, tapi jenis ketakutan yang ditawarkan wahana seperti ini tidak melulu berhubungan dengan tema hantu, tapi bisa juga bertema psikopat bersenjata, torture chamber, hingga zombie.

Satu minggu sebelum perayaan Halloween, Bobby bersama empat sahabatnya sepakat untuk melakukan road trip dalam rangka mencari rumah hantu paling ekstrim di Amerika sambil mendokumentasikan pencarian ini. Setelah bersenang-senang mengunjungi beberapa lokasi rumah hantu, Bobby dan kawan-kawan mulai penasaran dengan rumor yang mereka dengar tentang Blue Skeleton, sebuah wahana rumah hantu underground dan obscure yang kabarnya dianggap paling ekstrim. Masalahnya, sangat sulit mencari info tentang wahana Blue Skeleton. Selain karena lokasinya dirahasiakan dan yang selalu berpindah tempat setiap tahunnya, kabarnya hanya orang-orang tertentu yang bisa mendapat akses. Akhirnya mereka mulai mengumpulkan informasi mengenai Blue Skeleton. Ketika pencarian mereka menemukan jalan buntu, sekelompok pekerja wahana rumah hantu seakan mulai membuntuti dan meneror mereka, hingga akhirnya mereka menerima pesan yang berisi petunjuk tentang bagaimana cara menemukan Blue Skeleton. Setelah semua teror yang mereka terima, Bobby dan kawan-kawan tetap pergi mengikuti petunjuk tersebut. Tentu saja pencarian ini tidak akan berakhir dengan baik.

Saya bukan penggemar film bergaya found-footage. Tapi saya paham mengapa teknik found-footage menjadi pilihan banyak sineas independen, salah satunya adalah karena penggunaan teknik ini relatif murah kalau dibandingkan dengan proses produksi film secara konvensional. Selain itu, para penonton juga bisa ikut merasakan ketegangan dan rasa panik yang terasa realistis lewat penggunaan sudut pandang orang pertama, seakan mereka mengalaminya sendiri, dan mungkin itulah kekuatan terbesar found-footage horror. Beberapa film found-footage memang dikerjakan dengan cukup baik, seperti film Rec (2007) misalnya. Masalahnya, ada lebih banyak film found-footage yang buruk, dan The Houses October Built mungkin berada di tengah-tengah. Banyak orang membandingkan film Hell House LLC (2015) dengan The Houses October Built karena keduanya menggunakan teknik found-footage dan sama-sama berfokus pada wahana rumah hantu Halloween. Tapi menurut saya pribadi kedua film itu sangat berbeda, dan Hell House LLC jelas lebih superior. Bagaimanapun, The Houses October Built tetap memiliki beberapa momen horor POV orang pertama seperti kebanyakan film found-footage. Namun, persentase porsinya sangat kecil kalau dibandingkan dengan durasi keseluruhan film yang menurut saya agak terlalu panjang. Seperti kebanyakan film found-footage, sebagian besar durasi film ini lebih banyak diisi dengan footage serta dialog tak penting yang membosankan. Bagi saya, menonton The Houses October Built cukup melelahkan. Film ini juga dipenuhi dengan beberapa fillers yang sama sekali tidak penting, yang rasanya tidak akan mengubah jalan cerita kalau dihilangkan. Namun setidaknya, lewat percakapan dan perilaku para karakter di setiap footage membosankan ini, kita bisa lebih mengenal mereka, sehingga kita menjadi semakin tak sabar untuk melihat mereka menemukan ajalnya.

Tapi penantian saya seakan sia-sia karena babak klimaks dari The Houses October Built cukup mengecewakan, sangat terburu-buru dan justru terasa anti-klimaks. Maksud saya, setelah dipaksa untuk menunggu hingga Bobby dan kawan-kawan benar-benar menemukan lokasi Blue Skeleton, tentu penonton dibuat ikut penasaran tentang se-ekstrim dan se-gila apa wahana rumah hantu yang mereka cari. Namun ketika mereka akhirnya menemukan Blue Skeleton, seluruh penumpukan kesan “seram” yang dibangun sejak awal tiba-tiba terasa tak terbayar. Film ini berakhir dengan beberapa adegan kekerasan yang terjadi secara off screen, tidak jelas, tidak terlalu mengerikan, lalu disudahi begitu saja secara tergesa-gesa. Sayang sekali, karena premis dan konsep The Houses October Built lumayan menarik dan penuh dengan potensi. Dibandingkan klimaksnya, saya pribadi justru lebih menikmati momen-momen ketika Bobby dkk memasuki beberapa wahana rumah hantu yang berbeda sebelum mereka menemukan Blue Skeleton. Semua footage yang direkam menggunakan kamera genggam tersebut menjadi semacam tour virtual singkat bagi saya atau siapapun yang belum pernah tahu seperti apa suasana yang ditawarkan oleh rumah hantu musiman Halloween di Amerika.

Meskipun The Houses October Built adalah film fiksi, tapi di dalamnya ada beberapa footage dokumenter dari berbagai wahana rumah hantu ekstrim sungguhan yang diambil dari film dokumenter sungguhan dengan judul yang sama, yang juga dikerjakan oleh Bobby Roe tiga tahun sebelumnya. Jadi saya menyimpulkan kalau The Houses October Built mungkin adalah pengembangan ide dari film dokumenter tersebut. Fenomena “extreme haunted house” sendiri memang ada di dunia nyata. Dengan memasuki rumah hantu ekstrim seperti ini artinya pengunjung setuju untuk ikut terjebak dalam role-playing horror nyata yang benar-benar menakutkan secara mental. Dari yang pernah saya baca, durasi memasuki rumah hantu ekstrim bisa mencapai 4-5 jam. Bahkan salah satu rumah hantu ekstrim bernama McKamey Manor di Amerika menjadi kontroversi besar karena terlalu ekstrim, melanggar batasan-batasan aman, dan meninggalkan trauma mendalam bagi banyak pengunjungnya. McKamey Manor lantas dinobatkan oleh banyak orang sebagai “most extreme haunted house” sedunia. Tepat di tahun 2023 ini, sebuah film dokumenter yang membahas tentang McKamey Manor baru saja dirilis oleh streaming service Hulu. Judulnya adalah Monster Inside: America’s Most Extreme Haunted House (2023).

The Houses October Built sendiri memiliki sekuel yang dirilis tiga tahun setelah film pertamanya, namun sejauh ini saya tidak terlalu berminat untuk menontonnya. Setidaknya The Houses October Built bisa masuk ke dalam daftar tontonan film bertema halloween, meskipun tidak se-esensial Halloween (1978), Halloween III Season of the Witch (1982) ataupun Trick ‘r Treat (2007). Mungkin The Houses October Built bisa dinikmati oleh mereka yang suka dengan ide tentang wahana haunted house, dan mereka yang tidak keberatan dengan acting yang pas-pasan serta kerja kamera penuh guncangan ala film-film found-footage. Tapi bagi mereka yang mencari film horor yang sepenuhnya mengerikan dan menyegarkan, mungkin akan kecewa dengan The Houses October Built.

BabyGirl21 Blu-ray 3173×1762