THE CONFERENCE / KONFERENSEN
Sutradara: Patrik Eklund
Swedia (2023)
Review oleh Tremor
Dalam beberapa tahun terakhir, dunia horor kembali diramaikan dengan kebangkitan film-film slasher modern lewat berbagai judul dari mulai Freaky (2020), X (2022), The Blackening (2022), Bodies Bodies Bodies (2022), Totally Killer (2023), Thanksgiving (2023), hingga yang terbaru In a Violent Nature (2024). Apa yang menyenangkan adalah, film-film ini bukanlah film remake ataupun sekuel/prekuel dari franchise-franchise yang sudah ada sebelumnya. The Conference, atau yang dalam bahasa aslinya berjudul Konferensen, adalah salah satunya. Film slasher komedi yang sangat menghibur ini datang dari Swedia, disutradarai oleh Patrik Eklund, yang naskahnya merupakan adaptasi dari novel buatan penulis Mats Strandberg. The Conference bagaikan sebuah surat cinta dari Swedia untuk film-film slasher klasik, terutama Friday the 13th (1980). Film ini tak hanya membawa elemen-elemen tradisional slasher, tetapi juga menghadirkan beberapa elemen yang cukup menyegarkan di dalamnya.
Seperti kebanyakan film slasher, plot The Conference sangat sederhana. Sekelompok karyawan dari sebuah perusahaan pengembang real estate pergi ke sebuah penginapan pedesaan di tengah hutan untuk melakukan konferensi sekaligus kegiatan team-building. Rencananya, perusahaan mereka akan membangun sebuah komplek perumahan elit dan mall di daerah tersebut. Namun proyek ini cukup kontroversial sejak awal, terutama bagi masyarakat setempat yang tanahnya direbut dan terancam akan terpinggirkan. Belum lagi ketidaksepakatan yang datang dari kelompok pecinta lingkungan. Pada babak pertama, kita melihat dinamika dari tim kerja yang disfungsional, lengkap dengan berbagai karakter khas lingkungan kantor dari mulai bos yang picik dan menyebalkan, karyawan penjilat, karyawan jujur, hingga mereka yang tidak terlalu peduli soal apapun selain bekerja. Tanpa mereka sadari, kegiatan konferensi dan team-building ini berubah perlahan menjadi sebuah pertempuran bertahan hidup ketika seorang pembunuh bertopeng datang membantai mereka satu persatu dengan brutal.
Bagi mereka yang pernah menonton film slasher komedi asal UK, Severance (2006), tentu plot di atas terdengar familiar, karena premis dasarnya sepintas memang mirip, yaitu kegiatan outing kantoran yang berubah menjadi pembantaian. Namun kesamaannya hanya itu saja. Selebihnya, The Conference merupakan film slasher tradisional yang jauh lebih menyegarkan dan unik menurut saya. Film ini memang menggunakan beberapa elemen stereotip “wajib” khas film slasher yang tepat dalam jumlah yang tepat, seperti lokasi di tengah hutan dekat danau, pembunuh bertopeng yang mampu berpindah tempat dengan cepat, kreativitas cara membunuh yang berlebihan, variasi senjata unik, balas dendam, serta special effect gore. Saya lega karena semua stereotip ala Friday the 13th ini tetap dipertahankan karena memang itulah daya tarik dari film slasher. Tapi di luar itu semua, The Conference tetap terasa sangat menyegarkan dengan cara mendobrak beberapa hal klise tipikal film slasher.
Yang pertama, ketika kebanyakan film slasher tradisional menggunakan karakter sekumpulan remaja bodoh sebagai korbannya, The Conference menggunakan karakter-karakter yang jauh lebih matang dan cerdas. Karakteristik para karyawan dalam The Conferece cukup beragam seperti halnya kelompok karyawan kantoran dalam kehidupan nyata, dari mulai mereka yang berusia paruh baya hingga yang lebih tua, dari yang paling menyebalkan sampai yang paling mengundang simpati, lengkap dengan perselisihan hingga solidaritasnya. Apa yang saya suka adalah sebagian besar dari mereka tidak sebodoh dan senaif para karakter remaja di film slasher pada umumnya. Setidaknya beberapa karyawan memiliki keberanian untuk melawan dan mau tidak mau belajar tentang pentingnya bekerjasama sebagai tim ketika berhadapan dengan ancaman pembunuh bertopeng. Setiap perlawanan yang mereka lakukan secara terpisah juga berkontribusi pada bertambahnya luka dan kerusakan pada sang pembunuh. Menjelang akhir film, cukup jelas kalau sosok pembunuh dalam The Conference sudah semakin lemah dan kelelahan. Ini membuatnya terasa sedikit lebih manusiawi daripada sosok supranatural seperti Jason Voorhees. Tak hanya stereotip karakter yang berbeda, saya juga sangat mengapresiasi bagaimana sutradara Patrik Eklund “keluar jalur” dari stereotip film slasher pada umumnya dengan cara tidak ada satupun karakter perempuan yang diobjektifikasi dalam film ini, karena kita tahu bahwa objektifikasi perempuan hampir selalu ditemukan dalam film-film slasher Amerika 80-an. Selain itu, The Conference juga berakhir dengan sangat tidak stereotip film slasher, yang tidak ingin saya jabarkan karena itu adalah spoiler.
Berbicara soal film slasher tentu tak bisa lepas dari special effect gore, karena pembunuhan kreatif adalah kekuatan yang dijual dari film slasher. Penggunaan special effect tradisional dalam film ini cukup fantastis dan tampak realistis, dengan salah satu special effect yang tampak paling menyakitkan dan menjadi highlight bagi saya pribadi berhubungan dengan kulit kepala, yang tidak akan saya ceritakan terlalu detail. Saya pikir satu-satunya hal yang tidak saya suka dari The Conference hanyalah pada adegan konfrontasi finalnya yang terasa terlalu mudah, tidak logis, dan sedikit terasa anti-klimaks. Namun secara keseluruhan, The Conference adalah film slasher komedi yang dikerjakan dengan sangat baik. Sutradara Patrik Eklund juga cukup berhasil menggabungkan sentuhan komedi gelap yang tidak berlebihan dan sama sekali tidak merusak atmosfer keseluruhan film. Dan yang pasti, film ini cukup memuaskan, terutama ketika melihat karakter bos yang korup dan picik menemui ajalnya. The Conference adalah film slasher sederhana yang solid, unik dan menghibur. Sangat layak ditonton oleh para penggemar slasher yang sudah jenuh dengan berbagai remake, reboot dan sekuel dari franchise-franchise slasher tua yang semakin usang. Bagi saya, Eklund sepertinya paham betul bagaimana membuat film slasher modern yang “benar” dan sangat menghibur. Apa yang ia lakukan lewat The Conference jelas merupakan sebuah bentuk penghormatan bagi genre Slasher.