ROSEMARY’S BABY
Sutradara: Roman Polanski
USA (1968)
Review oleh Tremor
Rosemary’s Baby adalah satu dari sekian banyak film horor modern paling populer sepanjang masa yang berhasil mempertahankan reputasinya selama nyaris 60 tahun. Film horor psikologis supranatural ini merupakan adaptasi dari novel karya Ira Levin yang dirilis satu tahun sebelumnya dengan judul yang sama. Dalam salah satu wawancaranya, Levin sangat mengapresiasi film ini karena dirasa sebagai adaptasi yang peduli dengan setiap detail dari novelnya. Rosemary’s Baby sendiri merupakan film Amerika pertama sutradara berkebangsaan Perancis-Polandia, Roman Polanski, yang sebelumnya cukup sukses lewat film horor psikologis Repulsion (1965). Berbeda dengan reputasi Rosemary’s Baby, karir sutradara Roman Polanski mengalami kehancuran akibat kebiadabannya sendiri. Pada tahun 1977, sembilan tahun setelah membuat Rosemary’s Baby, Roman Polanski ditangkap di Amerika atas kasus yang sangat menjijikkan: pemerkosaan terhadap anak remaja. Mengetahui kejahatan yang pernah Roman Polanski lakukan dan kasusnya tidak pernah benar-benar tuntas, membuat cukup sulit untuk saya menuliskan resensi secara objektif. Namun di sisi lain, karena film ini (saya harap) dibuat sebelum Roman Polanski menjadi individu tolol yang bermasalah, dalam resensi ini saya akan mencoba memperlakukan Rosemary’s Baby sebagai karya seni sambil mengabaikan senimannya, karena bagaimanapun juga film ini merupakan sebuah warisan yang perlu diperhitungkan dan menginspirasi banyak sineas setelahnya. Meskipun pada tahun-tahun berikutnya ada beberapa upaya untuk melanjutkan kisah Rosemary’s Baby, dari mulai Look What’s Happened to Rosemary’s Baby (1976), novel sekuel yang juga ditulis oleh Ira Levin berjudul Son of Rosemary (1997), adaptasi baru dalam format mini-seri (2014), hingga yang terbaru adalah prekuel berjudul Apartment 7A (2024), namun tidak ada yang pernah berhasil menandingi Rosemary’s Baby versi tahun 1968.
Pasangan muda Rosemary dan Guy Woodhouse baru saja pindah ke bangunan apartemen Bramford di New York. Di sana mereka langsung disambut hangat oleh tetangga mereka, suami-istri lansia yang kesepian bernama Minne dan Roman Castevet, yang dengan cepat menjalin pertemanan dengan Guy. Sementara itu, Rosemary merasa sedikit kewalahan dengan kebaikan Castevet. Sejak menikah, Rosemary ingin memiliki anak. Namun Guy berpikir waktunya belum tepat karena ia belum siap secara finansial. Guy sendiri berprofesi sebagai aktor teater, dan tak lama setelah kedekatannya dengan pasangan Castevet, Guy mendapat peran yang cukup penting setelah cast saingannya tiba-tiba mengalami kebutaan tanpa sebab. Merasa karirnya mulai menjanjikan, Guy akhirnya setuju untuk memiliki anak. Singkat cerita, Rosemary pun mengandung. Sayangnya kehamilannya ini bukanlah pengalaman yang indah bagi Rosemary. Seiring berjalannya waktu, Rosemary mulai curiga bahwa ia dan bayi dalam kandungannya terjebak dalam sebuah plot jahat yang melibatkan orang-orang yang ia percaya.
Salah satu kekuatan utama dari kisah Rosemary’s baby adalah twist cerdasnya yang bisa saya bayangkan sangat mengejutkan sekaligus menyeramkan bagi para penonton bioskop di akhir tahun 60-an. Pada jamannya, Rosemary’s Baby mungkin termasuk ke dalam jenis film “semakin sedikit yang kita tahu tentang filmnya, semakin efektif pengalaman menontonnya.” Saking populernya Rosemary’s Baby, mungkin twist di dalamnya sudah tidak menjadi kejutan lagi hari ini, namun bayangkan diri kita sebagai penonton tahun 60-an yang sama sekali tidak tahu apapun tentang plot filmnya. Sepanjang film Rosemary’s Baby membawa penontonnya ke sudut pandang Rosemary yang kian hari semakin merasa paranoid terhadap orang-orang di sekitarnya. Rasanya tidak ada yang bisa ia percaya, dan penonton akan ikut merasakan apakah ketakutan Rosemary itu nyata ataukah datang dari kejatuhan mental Rosemary yang sedang stress karena mengandung. Ingat, ini adalah film tahun 1968 dan pada masa itu belum banyak film horor yang memainkan konsep psikologi manusia “apakah ini nyata atau hanya halusinasi paranoidnya sendiri” secerdas Rosemary’s Baby. Kita tidak pernah benar-benar yakin skenario mana yang benar hingga semua teka-teki akhirnya sepenuhnya terjawab dalam adegan pengungkapan di akhir film, menjadikannya sebagai salah satu ending sequence film horor yang paling ikonik.
Karakter Rosemary sendiri cukup menarik untuk dibedah. Ia digambarkan sebagai seorang istri yang malang dan tidak memiliki kendali atas hidupnya sendiri. Elemen tersebut menambah faktor horor dari film ini, di mana semakin film ini berjalan, Rosemary dibuat semakin tidak berdaya lewat berbagai manipulasi dan gaslighting dari orang-orang di sekitarnya, terutama dari Guy, suaminya sendiri. Di satu titik, Guy bahkan menyatakan bahwa ia memperkosa Rosemary yang sedang dalam keadaan tidak sadarkan diri. Dengan sangat jelas penonton bisa melihat betapa terpukulnya Rosemary saat mendengar pengakuan suaminya tersebut, namun tidak ada apapun yang bisa ia lakukan selain diam dan menerima. Sejak film dimulai, Rosemary sudah berada di bawah kendali suaminya yang terus mendikte hampir setiap aspek dalam hidupnya. Tak cukup sampai di situ, orang-orang di sekitarnya juga mengomentari penampilannya, mengkritik model rambut barunya, mengacuhkan kekhawatiran-kekhawatiran Rosemary, bahkan rasa sakitnya. Hingga film ini berakhir, Rosemary yang saya pandang sebagai korban manipulasi dan emotional abuse terus didikte, dan lebih buruknya lagi, ia semakin terkondisikan untuk terus patuh bahkan hingga ending film ini. Bagaimanapun, meski tidak memiliki satu orang pun yang mendukungnya, Rosemary tetap memiliki kekuatan dan insting untuk berusaha mempertahankan hidupnya serta bayi dalam kandungannya. Penggambaran karakter Rosemary tentu tidak akan seberhasil itu kalau bukan karena kinerja aktris Mia Farrow yang memerankan Rosemary dengan sangat menakjubkan. Mia Farrow berhasil membuat penonton merasa sangat bersimpati pada karakter Rosemary dan berharap ia segera menemukan tempat yang aman serta orang yang bisa ia percaya. Saya tidak tahu apakah Ira Levin memang sengaja menulis karakter Rosemary sedemikian tidak berdayanya untuk mengkritik masyarakat yang selalu berusaha mengambil kendali atas tubuh dan keputusan perempuan, atau penulisan kisah ini memang menggambarkan bagaimana masyarakat tahun 1960-an menganggap semua bentuk manipulasi dan abuse seperti itu sebagai sesuatu yang wajar.
Rosemary’s Baby adalah sebuah film horor yang halus, yang bisa dibilang tidak memiliki adegan yang benar-benar menakutkan. Kengerian Rosemary’s Baby tidak berasal dari special effect, kekerasan gore, ataupun wujud entitas supranatural, namun tetap berhasil membangun atmosfer dan plot supranatural yang menyeramkan secara efektif karena Rosemary’s Baby lebih banyak menggunakan penulisan penuh unsur thriller paranoid serta horor psikologis dengan sangat baik. Dibuka dengan musik tema yang sangat ikonik, dan ditutup dengan ending yang tak kalah ikonik, menjadikan Rosemary’s Baby sebagai karya klasik yang tidak terasa seperti sebuah film usang meskipun sudah berumur 57 tahun.