fbpx

MOVIE REVIEW: READY OR NOT (2019)

READY OR NOT
Sutradara: Matt Bettinelli-Olpin, Tyler Gillett

USA / Canada (2019)

Review oleh Tremor

Ready or Not adalah sebuah film horror komedi karya duo sutradara Matt Bettinelli-Olpin dan Tyler Gillett, yang ditulis oleh Guy Busick serta R. Christopher Murphy. Ini bukanlah pertama kali sutradara Bettinelli dan Olpin bekerja sama. Sebelumnya mereka pernah tergabung dalam Radio Silence Productions, sebuah grup berisi tiga sineas yang pernah berkontribusi dalam antologi horror V/H/S (2012) dan Southbound (2015). Kabarnya, Bettinelli-Olpin kembali bekerja sama dengan penulis naskah Guy Busick dalam proyek film terbaru franchise Scream yang baru akan dirilis tahun 2022 nanti.

Film ini dibuka dengan diperkenalkannya protagonis utama kita, seorang gadis bernama Grace yang akan menikah dengan kekasihnya, Alex yang merupakan anak dari keluarga milyuner, keluarga Le Domas. Bisnis yang dikuasai oleh keluarga Le Domas adalah bisnis permainan, mulai dari permainan kartu hingga berbagai jenis board game. Sementara Grace sendiri adalah seorang gadis biasa yang dibesarkan oleh orang tua angkat. Ia tidak pernah benar-benar merasakan memiliki keluarga utuh dan jelas Grace merindukan adanya sosok keluarga dalam hidupnya. Tak lama lagi ia akan menjadi bagian dari keluarga Le Domas. Ia tampak gugup menanti momen-momen pernikahan mereka dalam ruangannya, sementara para tamu undangan sudah mulai berdatangan. Sebenarnya Alex sudah lama kabur meninggalkan keluarganya, namun akhirnya kembali untuk menikahi Grace. Orang tua Alex yang bernama Tony dan Becky Le Domas tentu saja senang mengetahui putranya telah kembali. Mereka juga menerima Grace dengan tangan terbuka. Anggota keluarga Le Domas lainnya adalah kakak Alex bernama Daniel yang memiliki istri bernama Charity. Alex juga memiliki adik perempuan yang bernama Emelie yang memiliki suami bernama Fitch. Terakhir adalah bibi dari Alex, bernama bibi Helene. Dari semua anggota keluarga Le Domas, bibi Helena adalah yang kelihatan paling seram dan penuh kebencian terhadap Grace.

Akhirnya momen yang ditunggu-tunggu pun datang. Alex dan Grace resmi menjadi suami istri di hadapan pendeta dan para tamu undangan. Tetapi ada yang tidak Grace ketahui sebelumnya. Keluarga Le Domas memiliki tradisi keluarga yang unik. Ketika seseorang “bergabung” dengan keluarga Le Domas, ia harus terlibat dalam sebuah permainan pada malam pertama. Tony mengatakan bahwa ini merupakan tradisi “penerimaan” anggota keluarga baru yang sudah dilakukan keluarga mereka secara turun temurun. Malam itu juga Grace beserta semua anggota keluarga Le Domas berkumpul dalam ruangan permainan, salah satu ruangan terpenting dalam mansion milik Le Domas. Sebelum permainan dimulai, Tony selaku kepala keluarga menjelaskan bahwa dahulu kala leluhurnya pernah membuat sebuah kesepakatan dengan seorang pria dermawan misterius bernama tuan Le Bail. Kesepakatan tersebut membuahkan kekayaan bagi keluarga Le Domas, namun dengan syarat keluarga ini harus terus menjalani tradisi secara turun temurun: setiap anggota keluarga baru harus menarik kartu dari kotak puzzle pemberian Le Bail. Kotak sihir ini akan menentukan jenis permainan yang harus mereka mainkan secara acak, dan permainan itu akan tertulis pada sebuah kartu. Para menantu keluarga Le Domas sempat berbagi cerita pada Grace soal permainan apa saja yang mereka dapat ketika pertama kali bergabung dengan keluarga itu. Diam-diam, sejak awal semua anggota Le Domas tampak cemas karena ada satu jenis permainan yang menuntut pengorbanan jiwa, yaitu Hide and Seek alias petak umpet. Mereka tidak ingin kartu Hide And Seek keluar. Akhirnya permainan dimulai. Grace menarik kartu dari kotak tersebut, dan tentu saja karena ini adalah film horror, kartu Hide and Seek lah yang ada di tangannya. Grace, yang tidak menyadari bahwa ini akan menjadi permainan yang mematikan bagi dirinya, berusaha bersemangat untuk membuat senang keluarga barunya. Tapi sangat jelas bagaimana anggota keluarga Le Domas, terutama Alex, segera pucat pasi saat mengetahui permainan yang harus mereka mainkan tersebut.

Permainan ini cukup sederhana seperti petak umpet pada umumnya. Dalam seratus hitungan, Grace sebagai anggota baru dalam keluarga harus mencari tempat bersembunyi, sementara para anggota keluarga Le Domas mencarinya. Tapi ini tidak akan menjadi permainan yang mudah karena mansion keluarga Le Domas yang besar memiliki banyak bilik serta lorong rahasia. Apa yang Grace tidak ketahui, yang membedakan permainan ini dari petak umpet biasa adalah kalau keluarga Le Domas tidak berhasil menangkap Grace sebelum fajar, maka setiap anggota keluarga akan mati dengan cara yang mengerikan. Leluhur Le Domas pernah membuat perjanjian dengan iblis bernama Le Bail (yang mungkin merupakan permainan kata dari Belial), dan ini adalah pengorbanan yang harus mereka lakukan demi kekayaan dan keselamatan. Grace harus diburu dan ditangkap hidup-hidup untuk kemudian dikorbankan dalam ritual pengorbanan manusia sebelum matahari terbit. Ini jelas bukan hal yang mudah bagi keluarga Le Domas. Dari sekian banyak kartu permainan, mereka tidak menyangka kalau Hide and Seek lah yang akan terpilih. Mereka tidak siap dengan ini. Namun, suka tidak suka, perburuan pun harus dimulai dan tradisi tetap harus dijalankan. Grace yang menganggap ini sebagai permainan biasa tidak menyangka kalau masing-masing anggota keluarga Le Domas lainnya mencarinya sambil memegang senjata. Segera setelah menyadari situasi berbahaya ini, Grace berusaha untuk bertahan hidup hingga fajar menyingsing.

Film ini memang memiliki premis pembuka yang sederhana. Namun alur cerita film ini membuat saya terus bertanya-tanya tentang bagaimana Ready or Not akan berakhir. Tebakan-tebakan saya soal ending-nya terus berubah-ubah di sepanjang film, dan menurut saya itu sangat menghibur. Jujur saja, awalnya saya tidak berharap banyak dari Ready or Not. Sejak melihat poster dan mengetahui sinopsis pendek dalam IMDb nya, saya berpikir kalau Ready or Not hanyalah film generik tentang keluarga psikopat yang melakukan permainan sakit jiwa. Tapi saya salah. Plot film ini ternyata jauh lebih menarik dari yang saya duga.

Kedua kubu, baik Grace maupun keluarga Le Domas, sama-sama hanya melakukan apa yang harus mereka lakukan. Berbeda dengan film-film soal perburuan manusia pada umumnya, Ready Or Not bukan soal satu kelompok membenci kelompok lain lainnya. Keluarga Le Domas tidak pernah memilih Grace sebagai korban ritualnya. Saya pikir mereka juga berharap kartu yang Grace tarik adalah permainan lain, bukan Hide and Seek. Jadi, satu-satunya motif dalam perburuan ini adalah karena keluarga Le Domas yang terikat dalam perjanjian dengan setan memang tidak punya pilihan lain. Mereka hanya berusaha menjalankan ritual untuk menyelamatkan keselamatan keluarga. Jadi karena keluarga Le Domas sebenarnya tidak siap dengan skenario Hide and Seek, banyak elemen komedi dalam film ini berasal dari keluarga Le Domas sendiri. Mereka memang kaya raya, berkuasa, bisa menjadi kejam demi keselamatan, tetapi mereka juga sangat tidak kompeten. Sebagai villain, keluarga Le Domas bukanlah pembunuh yang terampil. Faktanya, mereka sangat kikuk dalam memegang senjata, tidak terkoordinasi, dan mereka seringkali lebih berbahaya bagi satu sama lain daripada bagi Grace. Tapi tetap saja ini ancaman nyata bagi Grace yang kalah jumlah.

Apa yang saya suka dari film ini adalah ketegangan non-stop yang kita rasakan selama Grace berusaha mempertahankan dirinya dari keluarga Le Domas. Semua ini disisipi dengan elemen-elemen horror dan komedi gelap di sana sini. Film ini tidak hanya membawa penonton ikut merasakan suasana penuh terror yang dialami Grace, tetapi juga ikut melihat perspektif dari keluarga Le Domas sendiri. Setiap anggota keluarga memiliki respon yang berbeda dalam bermain, dari mulai sangat terobsesi, penuh keraguan, keteledoran, hingga kebodohan. Saya sengaja tidak memaparkan secara rinci karena tentu saja saya tidak akan menuliskan semua kejutan filmnya disini.

Samara Weaving yang memerankan karakter Grace juga pantas diapresiasi karena ia berhasil membawakan peran dengan sangat baik. Grace adalah karakter yang tidak saja memperlihatkan kekuatan, tetapi juga kelemahan. Ini menjadikan karakter Grace cukup realistis dan tidak terkesan heroik. Ia melakukan apapun yang perlu dilakukan untuk keselamatan dirinya sambil mau tidak mau melawan keluarga Le Domas. Jadi tetap ada perasaan takut dalam dirinya. Hanya keinginan besar untuk tetap hiduplah yang menopang kekuatannya. Casting yang sempurna untuk semua karakter, alur cerita yang tidak klise, adegan-adegan penuh kekerasan yang tidak berlebihan, dibumbui dengan unsur-unsur komedi gelap bercampur dengan darah serta kepala terpenggal, ditambah lagi dengan ending yang membuat saya tersenyum simpul dan merasa sangat puas, menjadikan Ready or Not sebagai tontonan ringan bagus yang sangat fun.

Untuk berdiskusi lebih lanjut soal film ini, silahkan kontak Tremor di email: makanmayat138@gmail.com