fbpx

MOVIE REVIEW: PRINCE OF DARKNESS (1987)

PRINCE OF DARKNESS
Sutradara: John Carpenter
USA (1987)

Review oleh Tremor

Prince of Darkness adalah sebuah film horror supranatural yang ditulis dan disutradarai oleh sang master of horror, John Carpenter. Seperti kebanyakan film buatannya, Carpenter juga menulis langsung scoring-nya. Scoring buatan Carpenter adalah salah satu ciri khas yang sangat kuat dari film-film Carpenter. Bagi kalian penggila film horror tentu saja sudah tidak asing dengan nama John Carpenter. Tapi bagi yang belum tahu, John Carpenter adalah salah seorang sutradara yang membuat banyak film horror dengan genre yang berbeda-beda, dari mulai slasher, sci-fi, supranatural, hingga horror-action. The Fog (1980), Escape from New York (1981) hingga They Live (1988) adalah diantaranya. Nama Carpenter mulai dikenal dunia saat ia membuat sebuah film fenomenal berbajet rendah yang berjudul Halloween (1978), dimana film tersebut bisa dibilang sebagai film slasher modern pertama, yang kemudian menjadi cetak biru bagi trend besar film slasher yang mewabah dalam dunia film horror tahun 80-an. Film horror lain yang pernah ia buat juga merupakan salah satu film favorit saya secara pribadi, sebuah film sci-fi horror berjudul The Thing (1982). John Carpenter adalah salah satu sutradara horror yang hebat dan multi talenta.

Prince of Darkness adalah film ke-dua dari set “Apocalypse Trilogy” Carpenter. Film pertama adalah The Thing, dan film ketiganya adalah In The Mouth Of Madness (1994). Namun jangan khawatir, ketiga film tersebut tidak memiliki keterkaitan satu sama lain dan bisa ditonton secara terpisah, dan sebenarnya trilogi ini bukanlah sesuatu yang resmi.

Film ini dibuka dengan kematian seorang pendeta katolik yang meninggalkan sebuah buku diary, dan sebuah kunci antik yang ia jaga selama ia mengabdi sebagai pendeta. Kunci tersebut adalah sebuah kunci yang dijaga secara turun temurun oleh para pendeta terpilih, para “penjaga pintu” dari sebuah sekte rahasia yang bernama “Brotherhood of Sleep”. Kunci itu adalah satu-satunya kunci yang bisa membuka sebuah pintu terlarang di dalam sebuah gereja tua di kawasan Los Angeles. Tugas sekte rahasia ini adalah menjaga dan memantau agar apapun yang berada di balik pintu terlarang tetap berada disana, tersimpan rapih dan dirahasiakan dari seluruh umat manusia. Tidak perlu penasaran, karena saya akan tulis apa yang ada di balik pintu tersebut. Pintu tersebut adalah akses menuju ruangan bawah tanah yang dipenuhi dengan lilin dan salib. Di ujung ruangan tersebut, terdapat sebuah altar dimana terdapat sebuah tabung raksasa berisi cairan berwarna hijau yang tampak terus bergerak. Diceritakan bahwa selama 2000 tahun sekte “Brotherhood of Sleep” secara turun temurun menjaga rahasia ini. Kini, kunci tersebut dipegang oleh seorang pendeta (yang saya rasa namanya tidak pernah disebut di dalam film ini), diperankan oleh Donald Pleasence, yang lebih dikenal dalam perannya dalam film Halloween sebagai psikiater yang merawat Michael Myers.

Setelah membaca diary yang ditinggalkan oleh penjaga pintu sebelumnya, sang pendeta (yang tidak bernama ini) pun merasa cemas. Akhirnya ia memasuki ruangan rahasia tersebut, dan menyadari bahwa ada yang berbeda dengan tabung yang selama ini dijaga selama ribuan tahun. Sesuatu yang jahat akan bangkit dari tidurnya.

Di tempat lain, kita diperkenalkan dengan karakter lain, yaitu seorang ilmuwan fisika bernama Prof. Birack, yang sedang mengajarkan teori-teori seputar realitas dan fisika. Kita juga diperkenalkan dengan beberapa mahasiswa S2 yang merupakan murid dari Prof. Birack. Tak lama kemudian, sang pendeta yang memang teman lamanya, mengirimkan surat pada Birack yang isinya memintanya datang. Saat akhirnya Birack memenuhi undangannya, sang pendetapun membawanya ke ruang bawah tanah, dan memperlihatkan tabung raksasa misterius, dan sebuah kitab tua yang berumur ribuan tahun, dimana isinya sudah banyak diubah dan diganti bahasanya. Ia menduga ada oknum di dalam sekte yang berusaha untuk menutup-nutupi kebenaran mengerikan dalam buku tersebut. Si pendeta berharap sisa-sisa tulisan asli dalam buku tersebut bisa diterjemahkan oleh para ahli yang tepat. Ia sangat percaya bahwa sesuatu yang jahat akan bangkit dan menghancurkan manusia, dan satu-satunya jalan untuk memperingati umat manusia adalah menerjemahkan buku tersebut, sambil meneliti secara ilmiah apa yang ada di dalam tabung misterius dalam ruangan itu. Birackpun diminta bantuannya untuk melakukan penelitian atas apa yang ada di ruang bawah tanah gereja tersebut. Sudah waktunya ancaman rahasia di bawah tanah tersebut disiarkan sebagai peringatan pada orang banyak, namun orang hanya akan percaya kalau science bisa menjelaskannya. Akhirnya Birack yang penasaran dan merasakan “sesuatu” di luar logikanya dalam ruangan tersebut, setuju untuk membantu. Iapun membentuk tim khusus yang berisi para fisikawan (murid-muridnya), ahli radiologis, ahli bahasa kuno dan beberapa ahli lainnya.

Awalnya para ilmuwan tersebut bingung mengapa Birack mau meneliti sesuatu yang menurut mereka tidak ilmiah, namun Birack adalah seorang profesor yang sangat dihormati dan disegani. Tim ilmuwan tersebut akhirnya setuju melakukan penelitian intensif. Merekapun menginap di gereja tersebut dan membuat laboratorium disana. Namun banyak kejadian ganjil yang terjadi sejak itu, dari mulai para gelandangan di luar gereja yang mulai bertingkah aneh, munculnya banyak serangga dan cacing di sekitar gereja, hingga fenomena aneh di langit. Mungkin apa yang ditulis di dalam diary almarhum penjaga gerbang itu benar, bahwa waktunya tidak lama lagi hingga sesuatu yang jahat yang selama ini dibelenggu akan bangkit. Seiring berjalannya waktu, kebenaran yang sulit diterima akal sehatpun semakin terkuak, membuat beberapa ilmuwan kebingungan dengan nalar mereka sendiri. Beberapa dari mereka bahkan memutuskan pergi, dan tidak bernasib baik.

Dalam satu malam, pengungkapan demi pengungkapan pun terjadi. Sesuatu yang jahat perlahan mulai terbangun dari tidurnya, siap melepaskan diri dari belenggu tabung raksasa tersebut. Ia adalah Satan (lucifer dalam mitologi kristen), yang ternyata merupakan anak dari sesuatu yang lebih jahat lagi yang hampir setara dengan Tuhan, yang dijelaskan dengan konsep fisika quantum oleh Prof Birack sebagai “anti-god” (seperti dalam istilah matter dan anti-matter). Tugas Satan setelah terbebas dari belenggu adalah, membawa ayahnya kembali ke semesta dan dimensi ini, yang berarti merupakan akhir dari alam semesta. Namun jangan harap kalian akan menemukan sosok setan menyeramkan dalam film ini. Justru itu menariknya film ini. Kalau dalam film bertema setan pada umumnya  satan digambarkan sebagai sesosok roh atau mahluk menyeramkan, dengan cerdas Carpenter menggambarkan satan dalam bentuk yang lain: cairan hidup berwarna hijau yang mampu merasuki manusia, dan mampu mengendalikan pikiran mahluk hidup lain seperti serangga hingga cacing.

Menjelang dibebaskannya sang pangeran kegelapan, seisi gerejapun mulai diserang oleh teror yang hanya akan kamu temui dalam film-film horor 80-an. Itulah mengapa era 80-an adalah era keemasan film horor, karena banyak sekali elemen dan special effect yang menurut saya, “film horor banget”. Satu persatu ilmuwanpun mulai dirasuki, dikendalikan dan dijadikan pasukan oleh setan, yang memang memerlukan tubuh manusia sebagai “host”-nya, agar tugasnya membukakan “pintu” bagi ayahnya terpenuhi.

Film ini memiliki ide dasar dan konflik karakter yang sangat menarik, karena membenturkan dua ide besar yang seringkali berkontradiksi dalam dunia nyata: science dan keimanan, yang kemudian menjadi sebuah kolaborasi  dalam usaha menyelamatkan dunia. Film ini juga menggabungkan beberapa ide horor dari mulai ketakutan akan sesuatu yang tak diketahui dari alam lain ala Lovecraftian, ketakutan akan pengetahuan di luar nalar, hingga ketakutan akan akhir dunia. Semua elemen dalam film ini adalah bentuk dari penulisan ulang sejarah dan mitologi yang sepenuhnya hasil karya Carpenter sendiri, dengan sedikit bereksplorasi dengan tema-tema teologi, filosofi dan astrofisika, namun tidak terasa berat karena jelas ini adalah film yang 100% fiksi.

Prince of Darkness bisa dibilang merupakan sebuah film buatan Carpenter yang sedikit terlupakan, karena kebanyakan orang tentu saja hanya akan mengingat film-film besarnya, dan popularitas Prince of Darkness tentu tertutup oleh bayang-bayang Halloween, The Fog dan The Thing. Itulah mengapa saya merasa film ini perlu ditulis reviewnya, karena Prince of Darkness sangat patut untuk ditonton bagi kalian penggila kultur horror. Walaupun bukan sebuah film yang sepenuhnya sempurna, namun sekali lagi Carpenter membuktikan kepiawaiannya dalam membuat film horor. Lewat Prince of Darkness, ia mempersembahkan sebuah film horor bertema setan, kerasukan, dengan balutan kuat sci-fi. Melihat kebangkitan satan lewat kacamata science adalah sesuatu yang tidak pernah ada sebelumnya. Sungguh penggabungan genre yang menarik dan menyegarkan.

 

 

Untuk berdiskusi lebih lanjut soal film ini, silahkan kontak Tremor di email: makanmayat138@gmail.com