MOVIE REVIEW: OLD PEOPLE (2022)

OLD PEOPLE
Sutradara: Andy Fetscher
Jerman (2022)

Review oleh Tremor

Old People adalah sebuah film horor thriller asal Jerman yang ditulis dan disutradarai oleh Andy Fetscher. Film dengan konsep yang cukup original ini melibatkan komentar sosial yang disampaikan bukan dengan cara satir melainkan terang-terangan, dengan pesan yang jarang ditemui dalam film horor pada umumnya. Sesuai dengan judulnya, dengan gelap film ini mengeksplorasi seputar para lansia yang ditelantarkan oleh keluarga mereka, lewat bahasa horor. Umumnya, film horor lain cenderung menggambarkan lansia sebagai kelompok yang lemah dan rapuh. Dalam Old People, para lansia menjadi monster pembunuh berdarah dingin yang membantai mereka yang lebih muda. Sepintas konsep film ini terdengar mirip dengan film spanyol berjudul The Elderly (2022), dengan eksekusi yang berbeda karena Old People jauh lebih meresahkan dan suram.

Ella, putrinya Laura, dan putra bungsunya Noah, melakukan perjalanan pulang ke rumah keluarga mereka di pedesaan untuk menghadiri pernikahan saudara perempuan Ella yang bernama Sanna, sekaligus mengunjungi ayahnya yang sudah tua. Ternyata ayah Ella sudah dititipkan pada panti jompo di desa tersebut, karena Sanna tidak sanggup mengurusnya sejak Ella pindah ke kota. Merekapun menjemput ayahnya di panti jompo dan terkejut melihat betapa tidak terurusnya panti yang kekurangan pekerja tersebut. Suasana di panti jompo sangat janggal, dengan semua lansia yang terus memperhatikan Ella dan Sanna, membuat mereka berdua merasa tidak nyaman. Rupanya banyak lansia di sana yang benar-benar dibuang oleh keluarga mereka dan tidak pernah dikunjungi sama sekali. Akhirnya ayah Ellapun ikut pulang untuk menghadiri pernikahan Sanna. Pada malam pernikahan Sanna, semua lansia yang tinggal di panti mulai menunjukkan perilaku-perilaku yang mengganggu. Mereka membantai dua pekerja panti, dan pergi keluar dari panti menuju desa di mana mereka mulai membantai siapapun yang mereka temui dengan kejam. Malam pesta pernikahan Sanna yang penuh kebahagiaan akan segera menjadi malam penuh teror.

Sejak film ini dimulai, penonton sudah diberitahu tentang apa yang sebenarnya terjadi lewat tulisan pengantar di awal film tentang sebuah legenda: sejak dahulu kala, roh-roh jahat pendendam dipercaya mampu mengambil alih raga kelompok manusia paling yang paling rapuh, para lansia. Kekuatan gelap yang merasuki menjadikan mereka dikuasai oleh amarah yang membabi buta. Jadi jelas penyebab dari semua kekejaman yang dilakukan oleh para lansia di sepanjang film ini memiliki unsur supranatural. Hal ini kembali dipertegas ketika di satu momen Laura dan kekasihnya mendatangi sebuah monumen batu di tengah hutan yang melambangkan leluhur, penghormatan pada sesepuh, kutukan, dan tentang pentingnya menjaga kebersamaan keluarga. Ini adalah penjelasan bagus karena kita bisa lebih memahami mengapa para lansia ini mendadak menjadi pembunuh kejam dalam satu malam: bukan karena amarah dan kekecewaan mereka setelah diabaikan dan dilupakan, tetapi karena adanya entitas supranatural yang merasuki mereka semua. Namun di luar elemen supranaturalnya berfungsi sebagai alegori sosial, Old People dengan tegas menyampaikan komentar sosialnya, yaitu kenyataan menyedihkan tentang bagaimana para lansia seringkali dibuang dan ditelantarkan oleh anak cucu mereka sendiri, ditinggalkan begitu saja sendirian, kesepian sambil menunggu waktu hidup mereka habis. Karena komentar sosial film ini sebenarnya cukup miris, maka tak terhindarkan ada vibe sedih dalam film ini. Menurut saya sutradara Andy Fetscher cukup cekatan dalam menangkap atmosfer kesedihan yang berpusat pada bagaimana para lansia merasakan kesepian, terlupakan, dan diabaikan pada hari-hari terakhir hidup mereka.

Saya juga suka dengan atmosfer mencekam yang dibangun dalam Old People yang banyak mengingatkan saya pada film-film zombie, terutama karena para lansia yang bergerak secara perlahan mengepung rumah Ella di malam hari yang berkabut, memang seperti film zombie. Andy Fetscher seakan membuat ulang film Night of The Living Dead dan mengganti para zombienya dengan segerombolan lansia. Mereka juga terkadang mengeluarkan suara-suara seperti zombie. Bedanya, para lansia ini membunuh menggunakan benda apapun yang bisa mereka pakai untuk membunuh dan menyakiti, bukan menggigit atau memakan korbannya. Banyak dari lansia ini juga tampak menakutkan. Rasanya jarang sekali ada film yang menggambarkan karakter-karakter lansia yang tampak lemah dan rapuh bisa semenyeramkan ini, bahkan ketika mereka hanya diam menatap keluar jendela dalam hening dan tidak melakukan gerakan apapun. Saya pikir para pembuat Old People cukup berhasil dalam menggambarkan kelompok lansia sebagai villain yang tampak mengancam sejak film ini dimulai. Film ini juga lumayan berdarah-darah dan brutal, meskipun tidak ada adegan gore yang terlalu vulgar.

Saya juga sangat suka dengan ending film ini yang memberi sugesti bahwa perubahan para lansia menjadi pembunuh ganas ini bukan hanya terjadi di desa kecil tempat keluarga Ella, tetapi juga secara serentak di seluruh dunia. Ini memberi ending apokaliptik dan suram yang selalu saya suka. Apa yang saya tulis ini bukanlah spoiler, karena sejak di sequence pembuka film ini memang sudah diperlihatkan dengan jelas bahwa para lansia berubah menjadi ganas di mana-mana. Tentu saja Old People bukanlah film yang sempurna. Ada banyak elemen horor klise dan beberapa karakter yang membuat keputusan bodoh dalam film ini, tetapi semua itu sangat bisa dimaafkan karena konsep film ini cukup original dan dieksekusi dengan baik. Ditambah cara pengambilan gambar yang membuat semuanya semakin menegangkan, permainan gelap terang dan penggunaan kabut dalam kegelapan, hingga efek kamera bergetar dalam beberapa adegan menegangkan, semuanya membuat Old People semakin efektif sebagai film horor. Secara keseluruhan, Old People adalah film yang menyenangkan untuk ditonton, sekaligus menyedihkan dan meninggalkan kesan. Menonton Old People akan membuat penontonnya memikirkan tentang kakek-nenek dan para orang tua, dan juga tentang diri kita sendiri yang suatu hari akan menua dan sendirian. Setelah menonton film ini, mungkin ada baiknya segera menelpon kakek dan nenek kalian untuk sekedar menanyakan kabar mereka, selagi mereka masih ada.