fbpx

MOVIE REVIEW: NO ONE GETS OUT ALIVE (2021)

NO ONE GETS OUT ALIVE
Sutradara: Santiago Menghini
UK (2021)

Review oleh Tremor

No One Gets Out Alive adalah sebuah film horor supranatural rilisan Netflix, debut penyutradaraan dari seorang seniman visual effect bernama Santiago Menghini yang sebelumnya lebih banyak menyutradarai film pendek. Naskah film yang disusun oleh Jon Croker dan Fernanda Coppel ini merupakan adaptasi dari novel karya penulis asal Inggris Adam Nevill dengan judul yang sama yang diterbitkan pada tahun 2014. Ini bukan pertama kalinya karya Nevill diadaptasi ke dalam format film. Sebelumnya, Netflix juga pernah merilis film adaptasi novel buatan Nevill lainnya, sebuah film folk-horor yang cukup solid dan menjadi salah satu favorit saya pada tahun 2017, yaitu The Ritual. No One Gets Out Alive sendiri merupakan film horor yang menarik sekaligus menyegarkan karena memadukan banyak subgenre dan elemen yang berbeda ke dalam satu kisah, dari mulai rumah berhantu, body horror, mitologi / demonologi Aztec, psikopat, monster/creature, hingga komentar sosial yang cukup kuat. The Ritual (2017) dan No One Gets Out Alive membuat saya berharap akan adanya film adaptasi karya Adam Nevill lainnya di masa depan.

Ambar Cruz adalah seorang imigran gelap asal Meksiko yang tinggal di Amerika tanpa kartu identitas dan dokumen legal. Dengan segala keterbatasan legalitas dan keuangannya, Ambar bekerja di sebuah pabrik sweatshop yang mengeksploitasi banyak imigran gelap lewat jam kerja yang panjang, tuntutan produktivitas tinggi, serta gaji yang kecil. Sama seperti imigran gelap lain yang bekerja di sana, Ambar tidak memiliki banyak pilihan. Berbekal sisa uang tabungan yang tak seberapa, Ambar harus menyewa tempat tinggal sementara. Akhirnya ia menemukan sebuah kamar kumuh dengan harga yang jauh lebih murah dari umumnya di sebuah bangunan tua milik seorang pria yang mencurigakan bernama Red. Di bangunan itu, Red tinggal di kamar paling atas bersama kakak laki-lakinya yang tampak jauh lebih meresahkan lagi yang bernama Becker. Ambar pun membayar uang sewa bulanan yang diminta Red di muka. Tak butuh waktu lama, kejadian-kejadian supranatural serta mimpi buruk mulai menghantui Ambar. Ia tidak betah dengan tidak tempat tinggal barunya. Namun sekali lagi, Ambar tidak memiliki banyak pilihan. Ia harus bertahan tinggal di sana hingga keuangannya membaik. Untuk mendapatkan pekerjaan dengan gaji yang lebih layak, Ambar harus memiliki KTP dan dokumen terlebih dahulu. Kebetulan, salah satu teman kerja Ambar yang bernama Kinsi mengaku bisa membantu Ambar mengurus KTP palsu. Ambar yang putus asa akhirnya menyerahkan semua sisa tabungannya pada Kinsi untuk membayar pembuatan KTP palsu yang dijanjikan akan cepat selesai. Kecemasan penontonpun terjawab: Ambar ditipu mentah-mentah. Keesokan harinya Kinsi berhenti masuk kerja, membawa kabur uang Ambar dan tak bisa dihubungi. Kesialan Ambar tak berhenti di situ. Setelah memaksa bosnya untuk memberi tahu di mana rumah Kinsi, Ambar pun dipecat dari pekerjaannya. Satu-satunya harapan bagi Ambar adalah memutuskan pergi dari rumah dan meminta kembali sisa uang sewa yang telah ia bayarkan pada Red. Namun, sesuai dengan judul film ini, tidak mudah bagi Ambar untuk bisa pergi begitu saja dari rumah tua tersebut.

No One Gets Out Alive adalah film horor yang cukup efektif dengan banyak pergeseran dan tikungan. Awalnya, film ini terasa seperti sebuah film horor supranatural rumah berhantu biasa. Lalu film ini secara perlahan berubah menjadi horor thriller psikologis, hingga pada babak ketiga berubah menjadi sesuatu yang jauh lebih mengerikan. Selain sebagai film horor, No One Gets Out Alive juga membawa kisah tentang perjuangan dan kengerian menjadi seorang imigran gelap di Amerika, di mana rasa takut akan penangkapan dan deportasi serta keputusasaan menjadi bagian dari keseharian. Ini memberi elemen manusiawi pada film ini yang masih berhubungan dengan judul No One Gets Out Alive, yaitu bagaimana seseorang seperti Ambar terperangkap bukan hanya di dalam rumah berhantu dan ancaman psikopat saja, tetapi juga terperangkap dalam kehidupannya sebagai seorang imigran ilegal yang tak memiliki tempat aman di manapun ia berada. Saya sangat mengapresiasi aktris Cristina Rodlo yang memerankan Ambar dengan meyakinkan dan mampu membuat penonton dengan cepat ikut bersimpati dan merasa cemas atas keselamatannya. Apalagi Ambar jarang mengambil keputusan bodoh seperti yang sering dilakukan oleh protagonis film horor pada umumnya. Ambar bahkan memutuskan untuk segera pergi dari rumah yang penuh gangguan supranatural, dan itu adalah keputusan bijak yang jarang ditemukan dalam film horor. Ambar adalah seorang perempuan yang kuat, namun berada di posisi rentan: tidak memiliki siapapun di Amerika, kehilangan semua sisa uang tabungannya, dan dipecat dari pekerjaannya. Semua kenyataan pahit tersebut merupakan pengaturan yang sangat baik dan kuat untuk memposisikan karakter Ambar tidak memiliki pilihan selain meminta kembali uang sewanya dari Red, dan pada akhirnya tidak bisa pergi keluar dari rumah berhantu tersebut.

Saya tidak ingin menceritakan apa yang sebenarnya terjadi di rumah tua milik Red, karena menurut saya bagian tersebut merupakan kejutan yang menyenangkan untuk ditonton sendiri. Tapi saya terpaksa harus menuliskan sedikit spoiler di sini, bahwa sama seperti film The Ritual (2017), tanpa diduga No One Gets Out Alive menampilkan salah satu desain monster yang kreatif, sangat ganjil, sekaligus mengerikan. Siapapun yang sering membaca review-review yang pernah saya tulis tentu tahu bahwa saya adalah penggemar desain monster / creature, jadi sudah pasti saya akan membahasnya sedikit meskipun ini adalah spoiler besar dari No One Gets Out Alive. Kalau kalian berpikir monster dewa rusa dalam The Ritual sudah cukup aneh dan menyeramkan, tunggu sampai kalian lihat monster dalam No One Gets Out Alive. Sayang sekali, film ini tidak banyak mengangkat tentang backstory monster tersebut, yang saya pikir akan sangat menarik. Setidaknya No One Gets Out Alive sedikit menawarkan beberapa petunjuk yang tersebar di sepanjang film tentang asal-usul monster tersebut, termasuk pada prolognya yang menggambarkan penemuan artefak di sebuah ekspedisi arkeologis, sedikit cerita dari Red, serta adanya beberapa benda yang berhubungan dengan pemujaan di salah satu ruangan dalam rumah Red. Namun ancaman utama bagi Ambar di sepanjang film ini bukan datang dari monster dan hantu, melainkan dari para antagonis manusia yang perilakunya jauh lebih jahat dibandingkan gangguan-gangguan supranatural.

No One Gets Out Alive adalah film horor yang sederhana, efektif, solid dan jauh lebih baik ketimbang film-film horor supranatural box office Amerika seperti film-film dalam franchise The Conjuring universe. Sebagai sebuah debut, sutradara Santiago Menghini bekerja dengan sangat baik, terutama dalam menciptakan ketegangan serta atmosfer horor yang banyak menggunaan permainan pencahayaan suram dengan cukup efektif. Sayang sekali No One Gets Out Alive banyak menggunakan efek CGI yang terasa agak sedikit kasar pada beberapa bagian. Namun soal itu rasanya tidak terlalu mengganggu dan sangat bisa dimaklumi, mengingat anggaran film ini yang tidak terlalu besar. Saya sendiri cukup terhibur dengan plot misteri yang diungkap satu persatu serta atmosfer rumah yang terasa menyeramkan. No One Gets Out Alive juga bukanlah film horor yang hanya bermodalkan jump scare. Memang ada beberapa jump scare dalam film ini, tetapi itu tidak dijadikan sebagai daya tarik utamanya.