MOVIE REVIEW: NIGHT OF THE CREEPS (1986)

NIGHT OF THE CREEPS
Sutradara: Fred Dekker
USA (1986)

Review oleh Tremor

Night of the Creeps adalah sebuah film komedi sci-fi horror yang ditulis / disutradarai oleh Fred Dekker, dan merupakan debut penyutradaraannya. Lewat karyanya ini ia menggabungkan kombinasi yang baik antara horror, komedi, sekaligus penghormatan terhadap genre sci-fi horror kelas B yang mungkin pernah menemani Dekker di masa kecilnya. Tahun 1985 hingga 1987 sendiri adalah tahun produktif bagi Dekker yang berprofesi asli sebagai penulis. Dalam periode ini ia menulis naskah untuk film komedi horror berjudul House (1985) yang disutradarai oleh Steve Miner, menulis dan menyutradarai Night of the Creeps pada 1986, sambil menulis naskah untuk sekuel film House. Pada tahun 1987 Dekker kembali menyutradari karya barunya berjudul The Monster Squad (1987) yang masih menawarkan komedi horror dengan cast yang lebih muda. Hari ini House, Night of the Creeps dan Monster Squad telah menyandang predikat cult classic 80-an di kalangan pecinta horror, meskipun ketiga film tersebut pernah diremehkan di jamannya. Saat pertama kali dirilis di tahun 1986, Night of the Creeps seharusnya mendapatkan perhatian yang layak dari para penonton bioskop. Sayang sekali tahun tersebut adalah tahun yang berat dalam persaingan film-film horror yang tayang di bioskop Amerika, karena Night of the Creeps harus bersaing dengan Aliens, Stand by Me, The Fly, The Texas Chainsaw Massacre 2, dan masih banyak lagi. Hasilnya, Night of the Creeps seakan tidak mendapatkan kesempatan yang layak untuk lebih dikenal.

Kisah Night of the Creeps dibuka dengan adegan kejar-kejaran antar alien dalam sebuah pesawat ruang angkasa. Sejak film dimulai penonton akan tahu bahwa Night of the Creeps bukanlah film yang perlu ditanggapi dengan serius, apalagi saat melihat bagaimana wujud para alien yang tampak konyol ini. Dilihat dari interiornya, sepertinya adegan ini merupakan penghormatan sutradara Dekker terhadap kapal Nostromo dari film Alien (1979) buatan Ridley Scott, sekaligus penghormatan terhadap Star Wars.  Dalam adegan kejar-kejaran ini, salah satu alien berusaha membuang satu kapsul yang berisikan spesimen eksperimen, sementara dua alien lainnya berusaha mencegahnya. Akhirnya kapsul tersebut berhasil dilepaskan dari kapal ruang angkasa, dan jatuh di bumi pada tahun 1959. Mulai dari sini, Dekker menggunakan gaya visual hitam-putih ala film-film sci-fi 1950-an sebagai penghormatan terhadap film-film alien invasion semacam The Blob (1958) dan Invasion of the Body Snatchers (1956). Selain itu Dekker juga memberi penghormatan pada film-film slasher 80-an yang sedang naik daun pada saat film ini dirilis dengan dimasukannya sedikit unsur slasher sejak awal. Di malam yang sama dengan jatuhnya kapsul luar angkasa berisi eksperimen alien, seorang maniak bersenjatakan kampak baru saja lepas dari rumah sakit jiwa dan sedang berkeliaran mencari korban. Tak jauh dari lokasi jatuhnya kapsul dalam hutan, sepasang remaja sedang berpacaran di sebuah mobil. Saat menyadari ada “bintang” jatuh dekat mereka, remaja pria dengan antusias masuk ke hutan untuk mencarinya, meninggalkan kekasihnya sendirian di mobil. Rupanya spesimen alien yang tersimpan di dalam kapsul adalah semacam siput luar angkasa yang pada saat kapsul dibuka langsung melesat dengan cepat ke dalam mulut si remaja pria, sementara kekasihnya dibantai oleh maniak bersenjata kampak. Prolog hitam putih Night of the Creeps pun selesai di sini.

Film ini segera maju ke tahun 1986 dengan penuh warna-warni 80-an nya. Kita diperkenalkan dengan sepasang sahabat kutu buku bernama Chris dan J.C. di sebuah perguruan tinggi. Kalian yang sering menonton teen movie pasti sudah familiar dengan kelompok-kelompok remaja dalam film Amerika, terutama kelompok-kelompok persaudaraan rumah asrama. Chris kebetulan menyukai salah satu gadis di kampusnya yang bernama Cynthia. Sayangnya Chyntia adalah gadis populer yang dekat dengan kelompok remaja-remaja pria populer dari kelompok Beta House. Sebagai sahabat, J.C. berusaha menyemangati Chris dan memberi ide bahwa mereka harus bergabung dalam persaudaraan Beta agar bisa mendekati Cynthia. Setelah menyampaikan ide ini pada kelompok Beta, ketua Beta yang bernama Bradster memberikan tantangan pada Chris dan J.C. untuk membuktikan bahwa mereka berdua pantas untuk masuk dalam keanggotaan Beta. Tantangannya adalah mencuri mayat dari kamar mayat di fasilitas kampus dan meletakkannya di depan rumah asrama kelompok saingan Beta. Tentu saja kita semua tahu bahwa tantangan sesulit ini adalah prank belaka, dan tidak mungkin para anggota Beta menerima sepasang kutu buku sebagai bagian dari mereka. Namun Chris dan J.C. rupanya benar-benar mencoba melakukannya. Alih-alih menemukan kamar mayat di universitas, kedua kutu buku ini malah masuk ke dalam sebuah lab rahasia di mana mereka menemukan satu mayat pria dalam tangki pembekuan. Tanpa mereka ketahui, mayat yang mereka coba bawa itu adalah mayat remaja pria yang telah dibekukan sejak tahun 1959, lengkap dengan siput luar angkasa masih ada di dalam tubuhnya. Siklus hidup parasit alien ini cukup menarik. Setelah masuk ke dalam mulut manusia, mereka akan bertelur dan mengeram di dalam otak. Tubuh manusia yang dijadikan inang akan tetap hidup meskipun sudah mati, dalam kata lain, inangnya akan menjadi zombie. Lalu telur siput akan menetas di dalam otak, dan kepala sang inang akan meledakkan lebih banyak lagi siput parasit untuk menginfeksi lebih banyak manusia menjadi zombie. Saat sudah mencair, mayat remaja dari tahun 1959 ini kembali hidup. Menyadari mayat tersebut masih hidup, Chris dan J.C. segera lari tunggang langgang tanpa mengetahui bahwa mereka baru saja melepaskan ancaman siput parasit luar angkasa yang selama ini membeku dalam tubuh inangnya. Bersama seorang detektif bernama Ray Cameron, kini Chris, J.C. dan Cynthia harus segera melakukan sesuatu sebelum infeksi siput parasit menyebar ke seluruh kota dan mengubah semua orang menjadi zombie.

Hal yang saya suka dari Night of the Creeps adalah bahwa jauh sebelum Wes Craven membuat Scream (1996), Fred Dekker sudah lebih dulu membuat film yang “sadar-genre”, dalam artian film ini menyadari bahwa dirinya adalah sebuah film bergenre tertentu dan mempermainkan semua stereotip genrenya dengan baik. Contohnya adalah saat J.C. dengan antusias mengatakan “We are talking total science-fiction here” saat menemukan mayat yang dibekukan. Belum lagi beberapa dialog dari detektif Ray seperti “What is this? A homicide, or a bad B-movie?” dan tak ketinggalan “Zombies, exploding heads, creepy-crawlies, and a date for the formal. This is classic, Spanky.” Fred Dekker juga dengan sadar memasukkan sebanyak mungkin hal-hal klise dari genre sci-fi horror kelas-B 50-an, sama seperti Craven dengan sengaja memasukan semua keklisean genre slasher 80-an. Night of the Creeps mempermainkan semua stereotip genre-nya sekaligus menjadi bagian dari genre itu sendiri, sambil sesekali memberi penghormatan kepada para sineas horror lain. Saya rasa film ini cukup berhasil menjadi film sci-fi komedi horror yang sebenarnya dengan semangat homage yang kuat. Dimulai dari prolog hitam-putihnya yang tampak seperti film-film drive-in tahun 1950-an yang klise, siput luar angkasa yang mengingatkan kita semua pada siput-siput parasit dalam film debut David Cronenberg berjudul Shiver (1975), hingga homage bagi film-film zombie Amerika 80-an, dan sedikit unsur slasher 80-an. Sebagai bagian dari penghormatannya bagi genre sci-fi horror, Fred Dekker juga memberi nama karakter-karakternya dengan nama-nama sutradara horror / sci-fi terkenal. Nama asli karakter J.C. saja adalah James Carpenter Hooper. Sahabatnya bernama lengkap Christoper Romero, sementara gadis impian Chris bernama lengkap Cynthia Cronenberg. Tak cukup sampai di situ, masih ada lebih banyak karakter dalam Night of the Creeps seperti detektif Cameron, detektif Landis, dan sersan Raimi. Nama-nama sutradara besar dari genre horror / sci-fi masih terus berlanjut bermunculan dalam film ini dari mulai Cunningham, Miner, Dante hingga DePalma.

Namun unsur terkuat dari Night of the Creeps bukan hanya soal homage, tetapi juga aspek horror dan komedi 80-an nya yang terasa berimbang. Soal komedi, mungkin itu kembali pada selera humor tiap penontonnya. Tetapi dalam unsur horror, film ini melakukannya dengan cukup serius sambil tetap mempertahankan kesan “murahan”-nya. Special effect tradisional yang digunakan kadang dengan sengaja memperlihatkan sisi “cheesy” film ini. Beberapa zombie bahkan berwajah lucu layaknya zombie Tarman dari film Return of the Living Dead (1985). Makeup dari zombie dan adegan gore pun memiliki keseimbangan antara gore realistis hingga komikal. Dalam adegan finalnya, kita bisa melihat Fred Dekker juga menggunakan teknik animasi stop-motion ala artis visual effect tahun 1950-60an, Ray Harryhausen. Sementara itu dari sisi 80-annya, jelas sangat terasa karena bagaimanapun ini adalah film produksi 1986, dan bukan film modern retro. Tapi bagi para penggemar horror modern, adalah aktor horror cult Tom Atkins yang menjadi salah satu “patokan” sebuah film horror 80-an masuk ke dalam daftar wajib tonton, berkat perannya dalam banyak film horror penting dari mulai The Fog (1980), Escape from New York (1981), Creepshow (1982), hingga Halloween III: Season of the Witch (1982). Bisa dibilang, ini Night of the Creeps adalah salah satu film di masa keemasan Tom Atkins. Perannya sebagai detektif Ray Cameron layaknya karakter yang diambil dari film noir cukup meninggalkan banyak kesan, dan memiliki banyak dialog “quotable” yang cheesy.

Night of the Creeps adalah film yang sangat fun, menghibur, cheesy, dan ditulis dengan penuh kreativitas. Film ini memiliki segalanya yang diperlukan sebuah film horror komedi: gore, teror, lelucon, dialog “quotable”, dialog picisan, karakter, referensi pada film horror lain, action, dan tentu saja special effect tradisional. Sayang sekali penulis/sutradara Fred Dekker tidak mendapatkan lebih banyak kesempatan untuk membuktikan kualitasnya sebagai sutradara. Setelah membuat film keduanya The Monster Squad (1987), iya hanya dipercaya untuk menyutradarai Robocop 3 (1993), sebuah sekuel yang tidak terlalu ditunggu-tunggu. Para penonton horror modern yang mendapat kesenangan dari film Slither (2006), tentu wajib menonton Night of the Creeps, karena Slither jelas-jelas terinspirasi dari karya klasik ini. Saya pribadi sangat merekomendasikan Night of the Creeps bagi para pecinta sinema horror campy 80-an dengan elemen zombie, slasher, alien invasion, body snatcher, siput luar angkasa, ditambah dengan aksi menggunakan flamethrower, shotgun, pemangkas rumput, hingga adegan-adegan kepala meledak yang memuntahkan banyak siput.