LA CASA DEL FIN DE LOS TIEMPOS / THE HOUSE AT THE END OF TIME
Sutradara: Alejandro Hidalgo
Venezuela (2013)
Review oleh Tremor
Ketika kita memikirkan tentang negara-negara penghasil film horror berkualitas di dunia, nama Venezuela mungkin tidak terlintas di kepala. Rumor mengatakan bahwa La casa del fin de los tiempos adalah film horror / thriller pertama yang datang dari negara tersebut. Film ini merupakan debut dari seseorang bernama Alejandro Hidalgo yang bekerja dengan penuh dedikasi. Hampir semua pekerjaan penting ia kerjakannya sendiri untuk film ini, dari mulai menulis, memproduksi, menyutradarai, hingga mengedit. Sungguh sebuah kerja keras yang pantas untuk diapresiasi. Apalagi hasilnya sama sekali tidak mengecewakan. Dirilis pada tahun 2013, La casa del fin de los tiempos kemudian diterima dengan sangat baik di negara asalnya maupun dunia internasional hingga meraih beberapa penghargaan khusus horor internasional. Bahkan pada tahun 2017 film ini dibuat versi remake-nya oleh industri film Korea Selatan dengan judul baru: House of the Disappeared. Ini adalah fakta yang menarik mengingat justru biasanya film-film Korsel-lah yang banyak dibuat versi remake-nya.
La casa del fin de los tiempos dibuka dengan karakter utama film ini, seorang ibu yang bernama Dulce yang terbangun dari lantai dengan luka di wajahnya serta banyak pecahan cermin di sekitarnya. Kelihatannya ia baru saja selamat dari sebuah perkelahian. Bersenjatakan salah satu pecahan kaca yang tergeletak di lantai, Dulce bergerak menyisir seisi rumah untuk mencari suami dan anaknya. Akhirnya ia menemukan suaminya, Juan Jose, tergeletak di ruang bawah tanah dengan keadaan sudah tidak bernyawa. Pada leher Juan Jose tertancap sebilah pisau. Anak sulungnya yang bernama Leopoldo juga ada di sana. Ia tampak ketakutan dan kebingungan. Dulce pun berusaha untuk menenangkannya sambil bertanya siapa yang membunuh ayahnya. Saat Dulce hendak menghampirinya, tiba-tiba sesuatu menarik Leopoldo dari balik kegelapan, tepat di depan mata Dulce. Dan sejak saat itu pula Leopoldo raib tanpa jejak.
Dulce akhirnya ditangkap polisi dengan tuduhan membunuh suami dan anaknya sendiri, walaupun jasad Leopoldo memang tidak pernah ditemukan. Polisi merasa mengantongi bukti-bukti kuat untuk menuduh Dulce sebagai pembunuh. Sidik jari Dulce memenuhi pisau yang tertancap pada leher suaminya, dan ditemukan darah milik Leopoldo di TKP. Apalagi tidak ada orang lain lagi di dalam rumah itu selain Dulce. Ia pun dijatuhkan hukuman penjara selama 30 tahun. Film ini kemudian membawa kita ke 30 tahun kemudian. Masa tahanan Dulce sebenarnya belum benar-benar berakhir. Tapi karena alasan kesehatan serta umurnya yang sudah terlalu tua, akhirnya Dulce diizinkan menjalani sisa kurungannya sebagai tahanan rumah. Polisi mengawal Dulce kembali ke rumah tuanya, tempat dimana kasus pembunuhan yang menjeratnya terjadi 30 tahun sebelumnya. Di sana ia dijaga ketat oleh dua orang polisi yang diam di pekarangan rumahnya. Jelas Dulce tidak menikmati menjadi tahanan di dalam rumahnya sendiri, rumah yang menghantuinya dengan memori buruk, tanda tanya, dan penyesalan.
Alur film ini kemudian melompat bolak-balik dalam lini waktu, membawa kita kembali ke masa lalu Dulce tepatnya pada tahun 1981 saat ia masih tinggal di dalam rumah itu bersama Juan José beserta kedua anak mereka, Leopoldo dan Rodrigo, mungkin sekitar beberapa bulan sebelum Dulce ditangkap. Dulce muda memiliki kehidupan yang agak menyedihkan. Hubungan rumah tangganya tidak harmonis, serta keadaan ekonomi keluarganya tidak stabil. Mereka tinggal di dalam sebuah rumah besar yang dibeli dengan harga sangat murah dari pemerintah. Tentu selalu ada alasan untuk curiga mengapa rumah sebesar itu dijual dengan harga sangat murah. Suatu malam, setelah suaminya pergi karena bertengkar dengan Dulce, terjadi sebuah fenomena supernatural aneh yang meneror Dulce beserta kedua anaknya. Seseorang menggedor-gedor pintu kamar tidur Dulce dengan keras. Ia pun ketakutan. Di saat bersamaan, teror juga dirasakan oleh kedua anaknya di kamar mereka secara terpisah. Dulce mulai berpikir bahwa mungkin mereka tidak sendirian di dalam rumah tersebut.
Kembali ke tahun 2011, tak lama sejak Dulce tua menjadi tahanan rumah, seorang pendeta muda mengunjunginya. Pendeta tersebut (yang rasanya tidak pernah disebutkan namanya) menyampaikan bahwa ia pribadi tidak percaya bahwa seorang ibu sanggup melakukan hal kejam seperti yang dituduhkan polisi kepada Dulce. Ia bertanya tentang apa yang sebenarnya terjadi, dan Dulce meyakinkannya bahwa rumah tua tersebutlah yang bertanggung jawab atas semua yang terjadi. Sang pendeta yang sejak awal memang tampak penasaran akhirnya sepakat untuk membantu Dulce mengungkap misteri atas apa yang sebenarnya terjadi di rumah itu tiga puluh tahun yang lalu.
Ketika plot dalam film ini semakin berkembang, perlahan-lahan La casa del fin de los tiempos mulai berevolusi dari tema kengerian supernatural rumah berhantu menjadi sesuatu yang sepenuhnya berbeda dan unik. Jujur saja saya tidak ingin menguraikan semuanya di sini karena itu akan merusak beberapa twist dan kejutan yang dipersiapkan dengan baik oleh Hidalgo, maka tidak banyak yang bisa saya tuliskan di sini. La casa del fin de los tiempos adalah film drama / horor / thriller yang dibuat dengan cukup cerdik serta memiliki twist yang dibungkus dengan cara yang menurut saya sangat menyenangkan tanpa membuat penonton merasa tertipu pada akhirnya. Atmosfer dalam film ini juga terasa sangat kuat. Alejandro Hidalgo sendiri mengakui kalau ia adalah seorang penggemar berat Guillermo del Toro. Jadi rasanya tidak mengherankan kalau film ini memiliki atmosfer yang senada dengan karya-karya awal del Toro di bagian-bagian tertentu.
Satu-satunya hal yang agak mengganjal bagi saya dari La casa del fin de los tiempos adalah bahwa mereka menggunakan aktris yang sama untuk memerankan Dulce muda dan Dulce tua. Masalah saya ada pada make-up efek tua Dulce yang tidak tampak meyakinkan. Sangat terlihat jelas terlihat kalau Dulce tua diperankan oleh seseorang yang sama sekali tidak setua itu. Saya tahu, mungkin hal ini tidak akan menjadi masalah bagi sebagian besar orang. Hanya saja saya merasa kalau saja Dulce tua diperankan oleh aktris yang benar-benar tua sesuai umurnya, tentu saja ia akan lebih tampak nyata. Tapi saya bisa memaafkan kekurangan ini karena saya cukup terhibur dengan keseluruhan film. Saya pribadi merasa beruntung karena ketika saya menonton film ini, saya tidak pernah membaca tulisan satu pun tentang plot atau sinopsisnya sebelumnya. Saya juga tidak melihat trailernya. Jadi saya menikmati bagaimana film ini membawa saya masuk ke dalam misteri, sekaligus mengungkapnya. Penuh kejutan dan perubahan. Jadi kalau kalian berencana menonton La casa del fin de los tiempos, saya sangat merekomendasikan untuk menontonnya secara buta. Dijamin kalian akan lebih menikmati bagaimana misteri dalam film ini mulai diungkap.
Untuk berdiskusi lebih lanjut soal film ini, silahkan kontak Tremor di email: makanmayat138@gmail.com