fbpx

MOVIE REVIEW: JAKOB’S WIFE (2021)

JAKOB’S WIFE
Sutradara: Travis Stevens

USA (2021)

Review oleh Tremor

Dua tahun setelah membuat debutnya lewat film horor supranatural berjudul Girl on the Third Floor (2019), sutradara Travis Stevens kembali dengan film fitur kedua arahannya yang berjudul Jakob’s Wife. Sejak tersiar kabar perilisannya, para penggemar horor sudah dibuat penasaran karena Jakob’s Wife dibintangi oleh salah satu veteran ikonik dalam industri film horor, yaitu Barbara Crampton. Bagi yang tidak familiar, Crampton adalah seorang aktris yang sangat pantas menyandang gelar legenda horor berkat penampilannya dalam film-film klasik yang tak kalah legendaris dari mulai Re-Animator (1985), Chopping Mall (1986), From Beyond (1986), hingga Castle Freak (1995). Crampton sempat menghilang sejak awal tahun 2000-an, hingga pada akhirnya kembali terjun ke dunia horor lewat film You’re Next (2011). Dalam Jakob’s Wife, Crampton tak hanya berperan sebagai karakter utama saja, tetapi juga ikut memproduseri film tersebut. Sutradara Travis Stevens yang selama satu dekade sebelumnya adalah produser film rupanya sangat produktif. Hanya berselang satu tahun setelah Jakob’s Wife ia kembali merilis film arahan terbarunya yang berjudul A Wounded Fawn (2022), yang lagi-lagi bergenre horor.

Jakob’s Wife dibuka dengan diperkenalkannya sepasang suami istri paruh baya yang hidup di sebuah kota kecil: seorang pastor bernama Jakob Fedder dan istrinya Anne. Di masa mudanya, Anne adalah seorang pemimpi berjiwa petualang yang memiliki banyak ambisi. Namun semua impiannya tak pernah tercapai sejak keadaan mendorong Anne untuk menikahi Jakob lebih dari 30 tahun yang lalu, di mana selama itu pula ia mengabdi pada suaminya. Sebagai pastor, Jakob memiliki ide-ide konvensional tentang bagaimana seorang laki-laki harus menjalankan kehidupan pernikahan. Namun kehidupan pernikahan ini terasa semakin hambar bagi Anne yang telah merepresi dirinya sendiri selama lebih dari 30 tahun demi menjalankan peran istri yang harus selalu ada di samping suaminya. Anne yang merasa terjebak dalam kehidupan pernikahan hanya ingin merasakan sesuatu lagi. Ia yakin hidup seharusnya lebih besar dari yang dijalaninya sekarang. Suatu hari, mantan kekasih Anne di masa mudanya yang bernama Tom kembali ke kota kecil itu. Anne dan Tom pun mendatangi tempat di mana mereka pernah menghabiskan waktu berdua di masa muda, yaitu sebuah bangunan kosong bekas pabrik yang berada di pinggiran kota. Tanpa seorangpun ketahui, bangunan kosong itu kini telah menjadi tempat persembunyian sesosok vampir, yang dalam film ini disebut sebagai The Master. Kemunculan The Master jelas merusak rencana Anne dan Tom. Sejak pertemuan dengan The Master, Tom tidak pernah terlihat lagi dan Anne kembali ke rumahnya sebagai sosok perempuan yang sama sekali berbeda. Selain mulai menunjukkan perubahan fisik tanda-tanda klasik vampir secara bertahap, Anne juga merasa lebih berani untuk memegang kendali atas hidupnya sendiri, lebih percaya diri untuk berpenampilan seperti yang ia mau, dan untuk pertama kalinya merasa jauh lebih hidup dari sebelumnya. Perubahan ini tentu mengejutkan Jakob yang mencurigai Anne berselingkuh. Kehidupan pernikahan mereka seakan diuji ketika akhirnya Jakob mengetahui bahwa Anne secara perlahan mulai berubah menjadi vampir yang selalu membutuhkan darah segar untuk diminum. Jakob memutuskan akan melakukan segalanya untuk mengubah Anne kembali menjadi istrinya yang ia kenal, namun apakah itu yang benar-benar Anne inginkan dalam hidupnya?

Jakob’s Wife adalah sebuah film horor vampir yang berbeda dari biasanya. Kalau pada umumnya kisah film vampir berfokus pada karakter-karakter remaja, Jakob’s Wife berfokus pada krisis dalam hubungan pernikahan pasangan suami-istri paruh baya, menjadikan film ini sebagai studi karakter dengan arc yang menarik. Studi paling dominan dalam film ini adalah tentang bagaimana seorang perempuan paruh baya yang terjebak dalam peran yang tak pernah ia inginkan di kehidupan pernikahannya selama lebih dari tiga dekade, pada akhirnya memutuskan berubah untuk menjadi dirinya sendiri. Ini adalah kisah tentang keinginan terdalam seseorang yang tak pernah dianggap penting oleh pasangannya. Dari seluruh karakter di film ini, rasanya hanya The Master-lah yang memahami apa yang Anne angankan dalam hidup. Pertemuan dengan The Master secara tidak langsung mendorong Anne untuk memikirkan ulang kehidupannya. “Apakah kamu adalah dirimu sendiri? Atau hanya seorang istri Jakob?” adalah pertanyaan sederhana yang dilontarkan The Master pada Anne, yang menjadi dasar dari judul film ini. Pada akhirnya Anne menemukan kembali semangat hidup yang membuat hidupnya terasa menjadi lebih menarik untuk dijalani, mampu menentukan pilihan hidupnya sendiri dan menemukan dirinya kembali. Hal tersebut jelas menjadi ancaman bagi Jakob yang menganggap kehidupan pernikahan mereka selama ini adalah hal yang sudah cukup ideal. Masalahnya Jakob memang tidak pernah bertanya pada Anne apakah hal yang ideal baginya adalah hidup yang Anne inginkan. Karena ini adalah film horor, ide-ide tersebut dibungkus lewat kisah vampir. Ini adalah sesuatu yang sangat tidak biasa dalam cerita vampir dan berhasil dieksplorasi dengan cemerlang.

Meskipun apa yang saya tulis di atas terdengar seperti sebuah drama pernikahan serius, tapi Travis Stevens tampaknya tidak lupa bahwa ini adalah film horor vampir yang seharusnya fun untuk ditonton. Untuk sebuah film horor yang menjelajahi masalah seputar hubungan pernikahan, film ini sama sekali tidak pernah terasa membosankan, apalagi menggurui. Sebaliknya, Jakob’s Wife justru terasa sangat ringan sekaligus menghibur sejak film ini dimulai hingga selesai. Ada banyak sekali humor ringan bermunculan secara efektif dalam film ini, terutama setelah Anne dan Jakob mulai berkomitmen untuk bekerja sama. Dan sebagai sebuah film horor vampir, sudah sewajarnya akan ada banyak darah dan adegan kekerasan dalam film ini, dari mulai tenggorokan yang robek menyemburkan darah, hingga muntah darah ala Sam Raimi. Sayang sekali mungkin karena keterbatasan bajet, beberapa aspek gore dan horor dalam Jakob’s Wife tampak kurang maksimal. Meskipun kebanyakan adegan gore dan penampilan fisik vampir dalam film ini sepenuhnya menggunakan special make-up effect tradisional, namun tetap ada beberapa polesan CGI yang tampak murahan, terutama dalam adegan yang melibatkan banyak sekali tikus.

Sosok The Master sendiri sepertinya didesain berdasarkan karakter vampir legendaris Count Graf Orlok dari film Nosferatu (1922) dan Nosferatu The Vampyre (1979), dengan ciri khas gigi seri panjang tajam yang berada di tengah baris gigi atas, lebih menyerupai tikus dibandingkan taring kelelawar. Ciri fisik vampir yang sama juga muncul dalam Salem’s Lot (1979) film buatan Tobe Hooper, di mana bentuk vampir bernama Kurt Barlow dalam film itu juga terinspirasi dari Count Orlok. Dengan ciri vampir seperti ini, kita tidak akan melihat satupun kelelawar dalam film ini, karena The Master lebih dipresentasikan dalam bentuk tikus dibandingkan kelelawar. Lokasi dalam Jakob’s Wife juga mengingatkan saya pada kisah Salem’s Lot di mana sosok vampir Kurt Barlow memilih sebuah kota kecil yang terlupakan untuk bersembunyi dan mencari mangsa. Bahkan ada satu adegan yang sangat terinspirasi Salem’s Lot di mana salah satu karakter dikerubuni ratusan tikus. Namun apa yang membuat The Master berbeda dengan Count Orlok dan Kurt Barlow adalah, vampir dalam Jakob’s Wife adalah seorang perempuan. Bagi penggemar horor modern, pemeran The Master tentu bukan aktris yang asing. Ia adalah Bonnie Aarons yang sangat dikenal berkat perannya sebagai iblis biarawati Valak dalam franchise The Conjuring.

Jakob’s Wife mencoba memoles sesuatu yang baru dan menarik dalam tradisi film vampir, dan saya rasa usaha itu cukup berhasil memberi nafas segar bagi subgenre horor vampir. Perpaduan antara unsur komedi dan horor dalam Jakob’s Wife terasa sangat efektif, lengkap dengan efek-efek komikal ala film horor campy dari mulai semburan darah yang over-the-top hingga fisik The Master yang tampak seperti cosplay Count Orlok, menjadikan Jakob’s Wife sangat menghibur untuk ditonton. Hanya ada sedikit kekurangan dalam film ini, seperti buruknya akting dari beberapa pemeran figuran. Namun berbagai kekurangan minor sangat tertutup dengan banyaknya hal menonjol dalam film ini.