MOVIE REVIEW: INSIDE (2007)

INSIDE
Sutradara: Alexandre Bustillo & Julien Maury

Perancis (2007)

Review oleh Tremor

Saya akan membuka review kali ini dengan sebuah peringatan: film Inside sangat tidak direkomendasikan bagi siapa pun yang sedang hamil. Mereka yang tidak tahan dengan adegan kekerasan juga mungkin perlu menghindari film ini. Inside (dalam bahasa aslinya berjudul À l’intérieur) adalah film horor home-invasion brutal yang merupakan bagian dari gelombang New French Extremity yang pada masa itu memang sedang berkembang. Bagi yang tidak familiar dengan istilah tersebut, New French Extremity adalah istilah yang mengacu pada fenomena gerakan perfilman Perancis pada awal tahun 2000-an yang dengan sengaja melanggar banyak tabu. Fenomena ini kemudian berkembang sangat pesat dalam genre horor hingga melahirkan film-film horor ekstrim, twisted dan brutal seperti High Tension (2003), Calvaire (2004) dan Frontier(s) (2007). Film semacam ini umumnya memiliki plot nihilistik dengan visual kekerasan ekstrim yang sangat realistis, dan bisa dipastikan karakter utamanya akan basah kuyup dengan darah saat filmnya berakhir, meskipun tidak selalu dalam keadaan hidup. Inside sepertinya bukanlah film yang diperuntukkan bagi penonton yang mencari hiburan belaka karena film ini berpotensi meninggalkan trauma bagi mereka yang memiliki toleransi rendah terhadap adegan sadis. Film Inside sendiri merupakan debut dari duo penulis/sutradara Alexandre Bustillo dan Julien Maury, dan mereka berdua tidak main-main. Dalam debutnya ini Bustillo dan Maury mengangkat tema kehamilan untuk menciptakan horor klaustrofobik yang penuh dengan rentetan adegan teror kekerasan ekspolitatif yang intens. Pada tahun 2016 sutradara Spanyol Jaume Balagueró yang pernah membuat film Rec (2007) akhirnya me-remake film Inside. Meskipun saya belum pernah menontonnya, tapi saya menduga versi remake-nya bisa jadi lebih “jinak” dibandingkan dengan film aslinya. Maksud saya, banyak orang bisa membuat adegan sadis dengan baik, tapi saya pikir intensitas dalam Inside versi asli tidak akan pernah bisa direproduksi.

Film ini dibuka langsung dengan sebuah adegan memilukan. Sarah yang sedang hamil mengalami kecelakaan mobil yang cukup fatal. Suaminya meninggal dalam kecelakaan tersebut. Empat bulan kemudian, Sarah belum sembuh dari traumanya. Malam itu malam natal, dan Sarah memutuskan untuk menyendiri di dalam rumahnya sambil menanti pembukaan persalinan pertama, karena menurut perhitungan dokter, Sarah sepertinya akan melahirkan keesokan harinya. Hidup Sarah berubah total saat tiba-tiba seorang perempuan misterius mengetuk pintu rumah Sarah, dan malam penuh teror pun dimulai. Saya bisa membayangkan bagaimana malam menjelang proses persalinan adalah malam yang paling mencemaskan bagi para calon ibu. Terlebih lagi kalau ini merupakan pengalaman persalinan pertama, apalagi tanpa ada yang menemani. Sekarang bayangkan seorang psikopat menyelinap masuk ke dalam rumah untuk mencoba mencuri bayi yang belum dilahirkan tersebut langsung dari rahim sang ibu pada malam ketika air ketuban sudah mulai pecah. Saya tidak akan pernah bisa merasakan menjadi seorang ibu, tetapi membayangkan skenario seperti itu saja sudah cukup membuat gelisah. Seperti saya bilang, Alexandre Bustillo dan Julien Maury tidak bermain-main dalam debutnya.

Menurut saya, Inside adalah film New French Extremity yang paling menonjol sebelum film Martyrs (2008) datang menggeser posisi tersebut satu tahun kemudian. Inside juga sangat efektif sebagai film horor, karena film ini menggunakan mimpi terburuk setiap ibu: penculikkan bayi, dengan cara paling mengerikan. Meskipun premisnya sederhana, namun duo sutradara Bustillo dan Maury mengeksekusinya dengan sangat baik. Awalnya Inside memang berjalan sedikit lambat. Tapi film ini kemudian berubah menjadi begitu menyakitkan dan jahat di banyak bagian. Ada terlalu banyak kecemasan dan kengerian yang bisa diproduksi hanya dari satu set lokasi rumah Sarah saja. Kesadisan film Inside juga jauh lebih grafik kalau dibandingkan dengan film-film New French Extremity yang datang sebelumnya. Kita bisa melihat semuanya dengan jelas dari mulai gunting jahit yang menusuk daging, trakeostomi diri sendiri, kepala pecah, luka bakar, dan masih banyak lagi yang tak akan saya sebutkan di sini terutama yang berhubungan dengan klimaksnya. Belum lagi berbagai serangan psikologis tanpa henti yang akan membuat penonton akan semakin mengkhawatirkan keselamatan Sarah dan bayi di kandungannya. Tak perlu diperdebatkan lagi, bahkan kalau adegan sadis-nya dihilangkan pun film ini tetap kejam. Bagi saya Inside bukanlah film torture-porn / gore yang hanya menjual mindless shock-value seperti Hostel, Human Centipede 2, atau Terrifier. Meski termasuk film sadis yang penuh darah, tetapi bukan berarti tidak ada nilai artistik di dalamnya. Setiap adegan sadis dalam film ini tetap disorot dan dikerjakan dengan sangat baik karena didominasi special effect dan makeup gore tradisional yang menjadikan semua adegan sadisnya terasa sangat realistis. Film ini memang menggunakan efek CGI di satu-dua hal minor, tapi untungnya tidak mengganggu pengalaman menonton. Sebagai sebuah karya seni, Bustillo dan Maury terbukti cekatan bukan hanya dalam menciptakan adegan sadis saja, tetapi juga dalam menciptakan atmosfer serta ketegangan yang sangat baik berkat kerja kamera dan editing yang efektif serta banyak permainan pencahayaan, menjadikan bayang-bayang setelah menonton film ini bisa menetap di dalam kepala penonton setelah filmnya selesai. Dalam beberapa bagian, film ini bahkan “memaksa” penontonnya untuk ikut merasakan keadaan manik dari sang penyerang lewat editan dan sound design-nya. Semua ini membuat pengalaman menonton Inside jauh lebih berkesan.

Jarang sekali ada film ekstrim yang mendapat banyak pujian dan ulasan yang baik. Namun Inside kebanjiran respon positif tak lama setelah dirilis. Sebagai produk sinema, saya pikir film ini memang layak untuk dipuji meskipun pada saat itu Inside banyak dilarang di beberapa negara. Karya debut duo penulis / sutradara Bustillo dan Maury ini langsung menjadi masterpiece, dan saya pikir masih merupakan karya terbaik mereka hingga hari ini. Tapi seperti sudah saya bilang sebelumnya, film ini bisa jadi terlalu suram dan too-much bagi sebagian orang. Saya yakin ada banyak orang mematikan film ini jauh sebelum adegan klimaksnya datang, dan itu bisa dimaklumi karena Inside memanglah film jahat yang tanpa kompromi.