MOVIE REVIEW: IMMACULATE (2024)

IMMACULATE
Sutradara: Michael Mohan
USA (2024)

Review oleh Tremor

Immaculate adalah sebuah film psychological/religious horror yang disutradarai oleh Michael Mohan berdasarkan naskah yang ditulis oleh Andrew Lobel. Seperti kebanyakan film horor relijius lainnya yang datang dari Amerika Serikat, Immaculate juga menggunakan dasar kepercayaan dan simbol-simbol umum agama Katolik. Namun Andrew Lobel membawa pendekatan yang sama sekali berbeda dibandingkan film horror relijius pada umumnya yang hampir selalu berkaitan dengan supranatural, iblis, dan eksorsisme. Lewat plot yang lebih banyak mengeksplorasi tentang fanatisme agama, Immaculate seperti memberi angin segar ke dalam subgenre religious horor. Sayangnya, film ini dirilis dalam waktu yang sangat berdekatan dengan film The First Omen, sebuah film religious horror lain yang sudah lebih dulu mendapat banyak antusias dari calon penontonnya karena pamornya sebagai prekuel dari The Omen (1976). Kata “immaculate” yang memiliki arti “murni”, “suci” ataupun “tanpa noda” sendiri memiliki keterkaitan kuat dengan kepercayaan umat Katolik. Kata ini seringkali mengacu pada ibu Yesus, yaitu Maria, yang dipercaya sebagai seorang perempuan yang suci dan sempurna. Maria sendiri ditakdirkan untuk mengandung bayi Yesus tanpa ternodai oleh manusia. Konsep tentang Bunda Maria yang suci inilah yang dikenal sebagai Immaculate Conception dalam kepercayaan Katolik, yang kemudian menjadi konsep dasar dari film ini.

Sejak film dimulai, penonton langsung disuguhi dengan sebuah prolog yang sangat kuat dan memberi petunjuk bahwa biara katolik dalam Immaculate bukanlah tempat yang baik. Film ini lalu berfokus pada Cecilia, seorang biarawati asal Amerika yang terpilih untuk mengabdi di sebuah biara tua yang terletak di daerah terpencil di Italia. Ketika ia menjelajahi lingkungan barunya ini, Cecilia mulai memperhatikan banyak hal aneh terjadi. Cecilia juga hampir selalu terganggu oleh mimpi buruk dalam tidurnya. Suatu hari, Cecilia muntah dan segera diperiksa oleh dokter biara. Secara mengejutkan dokter menyatakan bahwa Cecilia sedang mengandung meskipun ia adalah seorang perawan. Tentu saja para petinggi di biara tersebut melihat kehamilan Cecilia sebagai sebuah keajaiban, karena Cecilia mengandung dengan cara yang sama seperti Bunda Maria. Mereka percaya bahwa Cecilia sedang mengandung kedatangan Yesus yang keduakalinya, dan banyak biarawati lain mulai memandang Cecilia sebagai orang suci. Namun apa yang sebenarnya terjadi akan semakin terang, dan semuanya menjadi semakin mengerikan bagi Cecilia. Kini ia hanya bisa mengandalkan dirinya sendiri untuk selamat dari kekuatan jahat yang tersembunyi di biara tersebut.

Dengan durasi yang hanya berkisar 89 menit, Immaculate benar-benar tidak membuang banyak waktu. Film ini sama sekali tidak bertele-tele dalam menceritakan sebuah kisah tentang sisi gelap manusia, manipulasi, dan fanatisme agama yang bisa membuat seseorang mendistorsi ayat-ayat kitab sucinya sesuai dengan obsesinya sendiri. Penulis Andrew Lobel cukup terang-terangan dalam memposisikan kelompok beragama sebagai sosok antagonisnya tanpa perlu menjadikannya sebagai kelompok sekte sesat pemuja setan. Mungkin inilah yang membedakannya dengan film-film horor bertema agama lainnya. Dalam hal ini, Immaculate bagaikan film folk-horror dalam versi Katolik. Immaculate juga membawa komentar sosial yang cukup kuat tentang otonomi tubuh perempuan serta hak reproduksinya, dan bagaimana hak tersebut direnggut oleh institusi agama yang otoritas tertingginya berada di tangan laki-laki dengan kedok doktrin kepatuhan. Penulis Lobel sangat jelas menunjukkan bagaimana agama yang terorganisir bisa membatasi, menghukum, membungkam dan menindas perempuan. Contohnya, sudah cukup jelas kalau Cecilia tidak ingin mengandung anak, hingga Cecilia mempertanyakan mengapa harus dirinya yang terpilih, di saat biarawati lain justru ingin berada di posisi Cecilia hingga menimbulkan iri hati dan sikap permusuhan. Kengerian paling utama dalam Immaculate mungkin bukan datang dari adegan mengerikan, sosok-sosok biarawati bertopeng merah, atau penyiksaan, tetapi datang dari kisah kehamilan paksa yang tidak berdasarkan persetujuan pemilik tubuhnya. Ini membuat penonton sadar bahwa kadang kita tidak membutuhkan sosok zombie atau hantu untuk menakut-nakuti ketika para karakter antagonis dalam Immaculate bisa saja ada dalam dunia nyata.

Selain itu, Immaculate juga adalah film yang suram dengan beberapa adegan kekerasan yang meskipun tidak terlalu gore, namun cukup berdarah. Poin horor dalam Immaculate juga diperkuat oleh pengaturan atmosfer yang sangat mendukung, dari mulai lokasi otentik biara terisolasi yang tampak menyeramkan, hingga sinematografi yang menakjubkan. Semua itu menjadi poin pendukung Immaculate sebagai film horor yang cukup efektif. Aktris Sydney Sweeney yang memerankan karakter Cecilia sangat layak mendapat apresiasi tinggi karena hampir seluruh film ini ada pada pundaknya. Meskipun hanya memerankan seorang perempuan muda yang ingin menjadi biarawati, tapi penampilannya terasa sangat organik dan meyakinkan. Semakin lama kita mengikuti kisah Cecilia, semakin kita merasakan empati dan berharap ia bisa bertahan dari seluruh pengalaman traumatik yang dialaminya. Awalnya Cecilia adalah perempuan relijius yang lugu dan pendiam. Kemudian ia menjadi seorang pejuang tangguh yang berusaha bertahan hidup, hingga setengah jam terakhir film ini di mana kita bisa melihat Cecilia benar-benar berjuang untuk hidupnya. Puncak kemampuan akting Sweeney semakin meningkat pada adegan penutup film ini, yang bisa jadi merupakan adegan yang cukup kontroversial dan tabu, sebuah ending yang cukup gelap namun sangat memuaskan dan efektif bagi saya pribadi. Terlepas dari semua itu, Immaculate bukanlah film yang sempurna. Tentu ada beberapa plot hole, namun semuanya dapat dengan mudah diabaikan karena cara film ini menceritakan kisahnya jauh lebih superior dibandingkan kekurangannya.