MOVIE REVIEW: APARTMENT 7A (2024)

APARTMENT 7A
Sutradara: Natalie Erika James
USA (2024)

Review oleh Tremor

Apartment 7A adalah sebuah film horor psikologis karya Natalie Erika James yang sebelumnya sempat menarik perhatian saya lewat debutnya yang cukup menjanjikan berjudul Relic (2020). Skenario Apartment 7A ia tulis bersama Christian White yang juga ikut menulis Relic, serta penulis pendatang baru Skylar James. Seperti biasa, saya selalu memilih untuk menonton secara buta, jadi saya sama sekali tidak tahu apapun tenang film ini sebelumnya. Ketika film berjalan memasuki menit belasan, saya mulai merasakan ada sesuatu yang sangat familiar dari Apartment 7A. Mungkin inilah faktor menyenangkan dari menonton film secara buta, mendapati kejutan-kejutan kecil bagi diri saya meskipun rupanya semua orang juga sudah tahu: Apartment 7A adalah sebuah prekuel dari karya klasik Rosemary’s Baby (1968). Seharusnya saya sudah bisa menebak lewat desain posternya. Namun awalnya saya menduga kalau desain poster tersebut adalah bentuk homage belaka. Apartment 7A jugalah yang akhirnya mendorong saya untuk menonton ulang Rosemary’s Baby yang kemudian saya tulis reviewnya sepekan lalu. Membuat sebuah prekuel film horor yang sudah terlampau populer seperti Rosemary’s Baby tentu bukan pekerjaan mudah. Kenyataannya memang sebagian besar film prekuel, sekuel dan reboot dari film-film legendaris cenderung tidak terlalu bagus dan hanya menjual nama. Namun menurut saya Apartement 7A adalah salah satu yang cukup berhasil, meskipun tetap tidak mungkin bisa berada pada level yang sama dengan Rosemary’s Baby. Para penggemar Rosemary’s Baby mungkin ingat dengan karakter minor Terry Gionoffrio yang sempat berbincang-bincang dengan Rosemary di ruang cuci baju apartemen Bramford. Tanpa diduga, karakter selewat yang hanya muncul sangat singkat ini berhasil dikembangkan oleh Natalie Erika James dan kawan-kawan menjadi satu kisah tersendiri lewat pendekatan yang cukup menarik dengan banyak elemen baru. Jadi, pada dasarnya Apartment 7A menunjukkan pada penonton apa yang terjadi di apartemen Bramford sebelum Rosemary Woodhouse datang.

Terry Gionoffrio adalah seorang penari muda dari pelosok Nebraska yang datang ke New York dengan mimpi besar menjadi bintang di Broadway. Setelah mengalami cedera pergelangan kaki cukup serius dalam sebuah pertunjukan, karir dan mimpi Terry mendadak terhenti. Menjadi pengangguran dan hidup menumpang di rumah temannya membuat Terry frustrasi. Terry harus menjalani pemulihan yang panjang dan menyakitkan sambil terus mencoba beberapa panggilan casting tari, tetapi selalu kalah karena pergelangan kakinya belum pulih sempurna. Suatu hari, nasib membawa Terry berkenalan dengan sepasang lansia baik hati, Minnie dan Roman Castevet, yang tinggal di sebuah bangunan apartemen bernama Bramford. Pasangan Castevets tidak memiliki keturunan dan mereka selalu ingin membantu anak muda yang memiliki mimpi besar namun penuh kesulitan seperti Terry. Setelah mengetahui kisah Terry, Castevet pun akhirnya menawarinya tempat tinggal sementara di apartemen kosong milik mereka secara cuma-cuma. Kebetulan pula, dalam apartemen Bramford tinggal seorang maestro Broadway bernama Alan Marchand yang memiliki pertunjukkan tari berkelas di New York, yang juga dikenal oleh pasangan Castevet. Nasib Terry mulai berubah drastis sejak ia tinggal di Bramford. Cedera kakinya mulai pulih dengan cepat, dan Terry mendapat pekerjaan sebagai penari lagi dari Marchand. Semua terasa too good to be true, hingga suatu hari Terry mendapati dirinya hamil. Ia mencurigai Alan sebagai ayah bayinya karena Terry sempat kehilangan kesadaran dan tidak ingat apapun setelah menenggak minuman beralkohol dari Alan dalam pertemuan pertama mereka. Sejak itu, hidup Terry kembali berubah dan membawanya ke dalam sisi tergelap apartemen Bramford.

Meskipun Apartment 7A adalah sebuah prekuel langsung dengan sedikit “rasa” remake, tapi saya pikir film ini tetap bisa berdiri sendiri dan sangat bisa untuk dinikmati oleh mereka yang belum pernah menonton Rosemary’s Baby sebelumnya. Penonton horor modern yang tidak merasa cocok dengan plot lambat Rosemary’s Baby juga mungkin bisa lebih menikmati Apartment 7A karena film ini memiliki lebih banyak momen horor dibandingkan Rosemary’s Baby. Bonus bagi mereka yang pernah menonton Rosemary’s Baby, Apartment 7A menawarkan banyak momen nostalgia yang menyenangkan terutama lewat hadirnya kembali karakter Minnie dan Roman Castevet, serta digunakannya beberapa elemen dan plot yang sangat familiar dengan Rosemary’s Baby, yang mungkin dihadirkan sebagai bentuk penghormatan terhadap pendahulunya. Elemen nostalgia yang paling menyenangkan bagi saya pribadi ada pada ending film ini yang berkaitan langsung dengan Rosemary’s Baby. Di sini kita bisa melihat karakter Rosemary Woodhouse meskipun hanya tampak sekilas dari belakang, dan kemudian Apartment 7A ditutup dengan sempurna lewat senandung lullaby Rosemary’s Baby yang sangat ikonik dalam versi baru. Selain itu, Apartment 7A juga masih mengambil tema utama yang sama dengan Rosemary’s Baby, yaitu tentang otonomi tubuh serta situasi mengerikan yang harus dihadapi seorang perempuan seputar kehamilan yang tak diinginkan. Karena memiliki beberapa kemiripan dengan film pendahulunya, Apartment 7A memang sedikit terasa seperti sebuah remake dengan plot prekuel yang masuk akal. Bagaimanapun sutradara Natalie Erika James tetap berhasil menemukan cara cerdik untuk membuat film ini menjadi unik tanpa memancing penonton untuk membandingkan penggambaran karakter Terry dengan Rosemary, karena keduanya memang karakter yang berbeda namun mengalami pengalaman yang mirip sebagai korban manipulasi pasangan Castevet dan para penghuni Bramford.

Saya pribadi tidak terlalu keberatan soal beberapa kemiripan plot Apartment 7A dengan Rosemary’s Baby, karena bagi saya, aspek paling menonjol dari Apartment 7A bukanlah ada pada plotnya, melainkan pada performa para aktornya yang fantastis, serta visualnya yang terlihat sangat mewah dan mengesankan. Penampilan yang paling layak dipuji datang dari aktris Julia Garner yang berperan sebagai Terry Gionoffrio, dan aktris Dianne Wiest sebagai Minnie Castevet. Dengan visual yang memukau serta beberapa sequence pertunjukan tari dan mimpi buruk yang memukau, diperkuat dengan kisah baru serta elemen baru, membuat Apartemen 7A memiliki banyak hal yang membedakannya dari Rosemary’s Baby. Saya pribadi cukup menikmati pengalaman menonton Apartment 7A. Walaupun kisah dalam Apartment 7A tidak memperluas apa yang sudah kita ketahui dari film sebelumnya, bahkan terkadang terasa seperti sebuah remake, namun film ini tetaplah merupakan prekuel yang layak sekaligus bentuk penghormatan yang cukup berkelas untuk Rosemary’s Baby. Kalau boleh berandai-andai, saya sedikit berharap kisah prekuel ini bisa lebih banyak membedah tentang sejarah kultus di apartemen Bramford. Tapi itu hanyalah keluhan kecil saja, karena secara keseluruhan Apartment 7A tetap merupakan film horor yang solid, menghibur, dan dieksekusi dengan baik.