fbpx

MOVIE REVIEW: ANGST a.k.a FEAR (1983)

ANGST a.k.a. Fear
Sutradara: Gerald Kargl
Austria (1983)

Review oleh Tremor

Angst (yang berarti rasa takut) adalah salah satu film Austria yang sering dianggap sebagai film horror paling gelap, suram dan disturbing secara psikologis di awal era 80-an. Saat film ini dirilis, tidak ada satu pun distributor yang berani mendistribusikannya karena mereka khawatir kalau film ini tidak akan lulus sensor, dan akan sulit untuk memutarnya di depan umum. Hal tersebut menimbulkan masalah keuangan serius bagi sang sutradara sekaligus produser Gerald Kargl yang telah mencurahkan segalanya untuk membuat film Angst. Kargl pun akhirnya menyudahi karirnya dalam industri film dan menjadikan Angst sebagai satu-satunya karya yang pernah ia buat. Siapa sangka kalau di kemudian hari film ini menjadi masterpiece yang banyak dicari orang karena pamor dan kelangkaannya. Kisah gelap yang Kargl tulis untuk film Angst bersama sineas Polandia, Zbigniew Rybczynski, adalah kisah yang terinspirasi langsung dari kasus nyata di Austria, yaitu seorang psikopat bernama Werner Kniesek yang pernah membantai satu keluarga di dalam rumah mereka sendiri pada 16 Januari 1980, tak lama setelah Kniesek dibebaskan dari penjara. Menonton Angst adalah sebuah pengalaman yang bisa dibilang tidak menyenangkan, namun tetap merupakan perjalanan menarik yang membawa penontonnya ke sudut-sudut paling gelap dari pikiran manusia. Fakta bahwa seluruh naskah Angst merupakan adegan reka ulang dari kisah nyata tentu membuat film horror ini terasa lebih mengerikan. Karena pada intinya Angst adalah sebuah studi karakter seorang pembunuh yang mentalnya sangat terganggu, maka tidak ada banyak plot dalam film ini.

Film Angst berfokus hanya pada satu karakter: seorang psikopat yang baru saja dibebaskan dari penjara karena kasus pembunuhan. Nama karakter psikopat ini tidak pernah disebutkan di sepanjang film. Dalam narasi pembuka film, dijelaskan bahwa pengadilan menjatuhkan hukuman sesuai dengan kejahatannya. Pengadilan memutuskan bahwa pembunuhan yang terjadi dilakukan dengan penuh kesadaran walaupun tanpa motif, dan para hakim menolak menyebut psikopat ini sebagai seseorang dengan penyakit jiwa. Setelah menjalani masa tahanannya selama 10 tahun, keinginan sang psikopat tak bernama untuk menyiksa dan membunuh langsung muncul kembali. Pria ini bahkan tidak berusaha membangun kehidupan baru sama sekali. Hal yang pertama terlintas di kepalanya adalah bagaimana cara mencari korban baru di kota yang asing baginya. Setelah gagal mencekik seorang supir taksi dengan tali sepatu, ia pun panik melarikan diri ke dalam hutan hingga menemukan sebuah rumah mewah yang terpencil. Pria ini akhirnya memecahkan jendela, masuk dan bersembunyi dalam rumah tersebut. Rupanya di sana tinggal seorang perempuan muda bersama ibunya yang sudah tua serta saudara laki-lakinya yang cacat fisik sekaligus keterbelakangan mental. Mereka bertiga menjadi target yang sangat ideal bagi sang pembunuh. Dari mulai titik ini penonton kemudian hanya perlu duduk dan menyaksikan semua kegilaan menguasai sang pembunuh.

Angst adalah jenis film yang bisa jadi cukup menantang secara emosional dan psikologis bagi penontonnya. Kewarasan penonton seakan-akan benar-benar diuji. Angst jelas bukan film yang bisa meninggalkan rasa bahagia, tetapi sebaliknya: ia hanya meninggalkan suasana hati yang gelap. Ini adalah film yang suram, nihilistik dan intens. Dari sejak film ini dimulai, Angst menampilkan perjalanan yang intens dan mengerikan dari seorang pembunuh gila, lengkap dengan isi pikiran gilanya. Tidak ada satu pun momen ringan di dalamnya.

Pada dasarnya, nyaris tidak ada dialog dalam film berdurasi kurang dari 90 menit ini. Tapi kita akan terus mendengarkan narasi yang dituturkan oleh sang pembunuh itu sendiri di sepanjang film, seakan kita dipaksa untuk mendengar isi pikiran gilanya. Dari sejak ia berjalan keluar dari penjara, pikirannya hanya berisikan soal bagaimana ia harus memuaskan nafsu membunuhnya. Tapi kali ini ia yakin kalau ia tidak akan tertangkap lagi karena ia memiliki rencana yang sempurna. Secara bertahap pria sakit jiwa ini juga mulai membeberkan tentang masa kecilnya, bagaimana ia tumbuh, hubungan dengan keluarganya, trauma-nya, kekecewaannya, rasa bencinya, hingga kekerasan-kekerasan yang pernah ia lakukan dan bagaimana ia menikmatinya. Tidak ada satupun cerita yang keluar dari mulutnya yang terdengar menyenangkan. Betapa briliannya sutradara Kargl saat ia menyelaraskan kalimat-kalimat yang dituturkan oleh sang pembunuh saat momen-momen kekerasan berlangsung dalam film ini. Dari semua rangkaian kisah dan perasaan yang ia tuturkan, bisa disimpulkan bahwa pembunuh tak bernama ini memang terobsesi dengan rasa takut. Ia ingin siapapun yang berjumpa dengannya bisa merasakan apa itu rasa takut yang sebenarnya.

Ada beberapa faktor yang membuat film ini menjadi begitu efektif dan penuh nuansa kegilaan. Faktor pertama adalah aktor Erwin Leder yang memerankan sang pembunuh tanpa nama ini dengan sangat luar biasa. Leder berhasil menerjemahkan obsesi gelap sang psikopat dengan sempurna dan cukup meyakinkan lewat aksi tanpa dialognya. Sang pembunuh digambarkan sebagai orang yang gugup dengan mental sama sekali yang tidak stabil serta impuls kegilaan yang bisa meledak kapanpun juga tanpa kita duga. Bahkan dalam adegan saat ia menyantap sosis pun bisa membuat penonton merasa tidak nyaman. Leder berperan dengan sangat baik. Saya pribadi menyukai bagaimana Angst menggambarkan karakter pembunuh psikopatnya sebagai seseorang yang penuh kecemasan, mudah panik, impulsif dan terus-menerus merasakan paranoid seperti ini. Tentu saja hal tersebut cukup bertolak belakang dengan penggambaran stereotip dalam film horor di mana biasanya pembunuh psikopat berperilaku dingin dan tenang. Aspek kedua yang membuat Angst begitu efektif dalam menggambarkan kegilaan adalah sinematografi serta kerja kamera yang tidak biasa dan cukup gila pada masanya berkat kejeniusan dari sang sinematografer Zbigniew Rybczynski. Karena keseluruhan film ini diambil dari sudut pandang si pembunuh, maka penonton bisa saja merasakan disorientasi mental karena sinematografinya yang begitu ganjil.

Menurut saya, kedua hal tersebutlah yang membuat Angst sangat berhasil menghubungkan penonton dengan proses berpikir seorang pembunuh psikopat lewat narasinya. Meskipun bukan film horror terbaik, pengalaman sinematik menonton Angst tidak bisa dibandingkan dengan film apapun juga. Angst memang tidak mengandung kekerasan berat seperti dalam film-film torture porn modern, tetapi narasi dan penggambarannya sangat mengganggu, terutama bagi penonton era 80-an. Film ini jelas bukan untuk semua orang.

Untuk berdiskusi lebih lanjut soal film ini, silahkan kontak Tremor di email: makanmayat138@gmail.com