WORM ‘Foreverglade’ ALBUM REVIEW
20 Buck Spin. October 22th, 2021
Death/Doom
Trio death/doom asal Florida, WORM, mungkin belum terlalu banyak dikenal oleh metalhead, selain karena nama grupnya kelewat generik, berbagi nama dengan empat band death metal lain dari Jepang, Australia, Hungaria hingga Venezuela, untungnya empat band lainya sepertinya gak ada yang jalan, jadi sosok ultra misterius Fantomslaughter aka Wurm gak perlu repot-repot mikirin buat rebranding kedepanya. Salah satu alasan kenapa band ini, rada kurang diperhitungkan dalam kancah persilatan death metal (meskipun udah menelurkan dua album penuh), karena memang WORM masih belum punya jati diri, alias masih coba-coba menyesuaikan dengan arah angin, debut album ‘Evocation of the Black Marsh’ yang raw as fukk, masih mainin blackened doom metal super boring, namun karena albumnya dicuekin, dalam album keduanya ‘Gloomlord’. WORM pindah jalur ngikut tren death/doom yang emang beberapa tahun terakhir lagi meledak dipasaran, namun sayangnya transisi mereka masih kurang matang, yang menyebabkan album tersebut jadinya ya kelewat medioker dan maksa materinya.
Walaupun dua album pertama WORM kurang bagus, 20 Buck Spin sepertinya punya insting bagus, dan melihat potensi terpendam band ini, dan memanfaatkan mesin pemasaran masif label barunya, sekaligus disokong tangan besi sound-engineer senior, Steve DeAcutis, plus logo baru, dan artwork sangar dari Brad Moore, illustrator yang kemarenan sempat ngegambarin album breakthrough dari TOMB MOLD dan GATECREEPER, WORM akhirnya berhasil menciptakan karya terbaik mereka, ‘Foreverglade’. Dalam album terbarunya transformasi grup ini dari black metal ke death/doom telah mencapai fase final, terpengaruh unit death/doom legendaris macam EVOKEN, GOATLORD, UNHOLY, WINTER, THERGOTHON hingga Peaceville Three, komposisi yang diracik oleh Fantomslaughter, bersama gitaris Nihilistic Manifesto dan pemain kibor Equimanthorn luar biasa dinamis untuk ukuran sebuah album death/doom, ogut jamin misalkan yang dengerin bukan penggemar aliran doom metal sekalipun, pasti bakal kepincut dan enggan beranjak, dalam satu lagu banyak variasi facemelting riff dan lead melodius yang ditawarkan (durasinya juga tak terlalu panjang), temponya pun gak mandek ditempat. Memang atmosfir ‘Foreverglade’ kadang kerasa kayak funeral doom, tapi WORM gak lupa menyelipkan bagian-bagian OSDM-inspired yang lumayan nampol bikin kepala goyang, teknik vokal yang diutilisasikan Fantomslaughter juga beragam, gak cuma deep growl tipikal funeral/death-doom monoton.
Karena WORM memang awalnya memang band black metal, masih adalah sisa-sisa hawa kegelapan dalam album ini, meskipun gambar sampulnya warna-warni menjurus horror psikadelik, semua lagunya dibungkus dengan permainan keyboard subtil ala dungeon synth, dan aransemenya sekarang udah mulai menjurus progresif, jarang melakukan repetisi sekaligus mencampur adukan berbagai aliran extreme metal (mengikuti jejak BLOOD INCANTATION dan HORRENDOUS sepertinya), malahan lagu keempat berserta trek pamungkas (“Empire of the Necromancers” dan “Centuries of Ooze”), tiba-tiba kok maen nge-shred, alhasil pas guitar solo neo-classical-esque sekonyong-konyong masuk, jadi seperti Paul Gilbert atau Yngwie Malsteen kolab bareng DISEMBOWELMENT, dan elemen surprise dalam ‘Foreverglade’ tak hanya sekedar part lagi bakar-bakaran fretboard doang, namun makin menjelang akhir, WORM banyak melontarkan tikungan yang unexpected, dan yang paling penting, dua lagu tersebut ditambah interlude hampir 4 menit “Subaqueous Funeral” termasuk sangat memorable, hal yang saya rasa sangat sulit dicapai band death/doom. Lewat album ketiganya, WORM tidak hanya mampu menghasilkan pencapaian terbesar mereka sebagai sebuah band, karena ‘Foreverglade’ bukan hanya rilisan death/doom terbaik tahun 2021, namun saya rasa ‘Foreverglade’ telah menjadi salah satu magnum opus aliran tersebut, setidaknya untuk era-modern, dan 20 Buck Spin (bersama Profound Lore dan Transcending Obscurity) kembali membuktikan mengapa mereka salah satu label extreme metal paling berbahaya saat ini, atleast untuk dikelas death metal. (Peanhead)
10 out of 10